Marketing.co.id – Berita Finansial Services | Industri fintech (tekfin) identik dengan promo besar-besaran untuk menggaet nasabah. Namun sebagai salah satu pelopor bank digital di Indonesia, Amar Bank enggan menggunakan strategi tersebut. Bank yang berdiri sejak tahun 2021 ini justru lebih senang melakukan edukasi dan literasi keuangan.
Dari sisi pendanaan Amar Bank juga tidak terpaku pada kredit konsumtif. Seperti disampaikan Abraham Lumban Batu, Senior Vice President Retail Banking Amar Bank, sebagian besar pembiayaan Amar Bank disalurkan untuk modal kerja, renovasi rumah, dan pendidikan.
“Kami tidak melakukan akuisisi nasabah melalui promo karena kita berangkat dari kebutuhan nasabah dalam hal pembiayaan. Kami juga melakukan literasi pentingnya menabung ke generasi muda,” tutur Abraham dalam paparan kepada media, di Kantor Pusat Amar Bank, Jakarta, Rabu (6/3).
Lebih jauh dia mengatakan, Amar Bank juga memberikan solusi komprehensif bagi kebutuhan masyarakat akan pendanaan melalui produk pinjaman digital, Tunaiku, yang telah berhasil memimpin segmen pinjaman digital bagi UMKM.
Sejak diluncurkan pada 2014, Tunaiku telah melayani hampir 400.000 UMKM dan menyalurkan lebih dari 1 juta pinjaman dengan total lebih dari Rp10 triliun. Tunaiku menjadi pendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan bisnis mikro di Indonesia. Memanfaatkan teknologi big data, Tunaiku memberikan akses pinjaman produktif bagi UMKM.
Baca juga: Grup Modalku Raih Debt Funding Sebesar USD 27 Juta untuk Atasi Kesenjangan Kredit UMKM
Selain tidak ikut arus melakukan promosi jor-joran, Amar Bank juga lebih berorientasi pada customer (customer oriented). Hal ini, tegas Abraham, sudah menjadi value tersendiri bagi Amar Bank. ”Jadi kami tidak fokus ke kompetitor tapi fokus pada customer,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama David Wirawan, Senior Vice President of Finance Amar Bank, menjelaskan secara ekosistem Amar Bank berbeda dengan bank digital lain yang dimiliki oleh perusahaan ride hailing atau e-commerce
“Kami membuat ekosistem tersendiri yakni embedded banking dan finance yang starting point nya bagaimana kita menjawab keresahan customer. Kita berbicara dengan banyak individu atau perusahaan teknologi mereka menyampaikan bahwa mereka punya banyak customer based, namun mereka tidak bisa memberikan solusi finansial kepada nasabahnya karena tidak memiliki akses ke perbankan,” papar David.
Hingga saat ini aplikasi Amar Bank telah diunduh oleh lebih dari 530.000 pengguna dari berbagai wilayah di Indonesia. Pada kuartal ketiga tahun 2023, Amar Bank meraih laba sebesar Rp162,17 miliar atau meningkat 193,81% YoY, dengan penyaluran kredit yang prudent meningkat 15,56%, mencapai Rp2,47 triliun.
“Amar Bank juga berhasil mempertahankan rasio kredit bermasalah yang cukup baik di level 1,56%. Kinerja positif ini menjadi landasan bagi kami untuk tetap optimis mencapai pertumbuhan yang signifikan di 2024,” beber David.
Menggunakan Teknologi AI
Kevin Kane, Senior Vice President Technology Amar Bank mengatakan, keberhasilan Amar Bank selama ini antara lain karena telah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan machine learning di seluruh kegiatan operasionalnya, termasuk layanan yang dipersonalisasi untuk nasabah.
“Dengan AI kita bisa memprioritaskan customer mana yang kita layani terlebih dahulu. Dari sisi collection, penagihan kita bisa tahu customer ini cukup diingatkan sekali langsung bayar, customer ini diingatkan sampai 10 menit baru mengerti dan bayar,” ungkapnya.
Dia juga menyampaikan, Amar Bank telah memanfaatkan AI untuk proses credit scoring dan underwriting untuk menentukan kelayakan kredit. Bahkan, untuk kedua proses tersebut Amar Bank sama sekali sudah tidak lagi melibatkan manusia. Di samping itu, adopsi AI juga sudah diterapkan untuk customer engagement dan e-KYC.
“Dengan AI harapannya kita juga bisa membuka peluang bisnis yang sebelummnya belum ada, dan itu bisa menjadi value preposition yang baru. Dengan AI kita juga bisa melakukan efisiensi, misalnya pertumbuhan ditargetkan naik tanpa perlu hiring SDM secara masif, bisa memberikan pengalaman yang baik kepada customer dan menciptkan inovasi lebih cepat,” pungkasnya.
Pemaparan kinerja Amar Bank juga dihadiri Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS. Dalam pemaparannya Nailul antara lain menyoroti potensi besar perbankan digital dalam pertumbuhan ekonomi nasional pada 2024.
“Indonesia menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN dan diprediksi akan mencapai 109 miliar Dolar AS pada 2025 dan perputaran uang di layanan keuangan digital di Indonesia sebesar 439 miliar Dolar AS di tahun 2025,” tuturnya.
Nailul juga mengungkapkan jumlah transaksi layanan keuangan digital pada 2025 diproyeksikan 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan 2023, dengan layanan pembayaran digital sebagai pendorong utama.
Baca juga: Bank Indonesia Kembali Beri Ijin Fintech Asing Beroperasi di Indonesia
Di sisi lain, besarnya jumlah pelaku UMKM di Indonesia yang mencapai 64 juta 4 menjadi peluang bagi perbankan digital untuk memperluas akses layanan keuangan termasuk pembiayaan usaha.
Saat ditanyakan bagaimana persaingan antara bank digital yang dimiliki oleh bank konvensional dengan bank digital yang dimiliki oleh perusahaan teknologi. Nailul menegaskan, kompetisi akan semakin menarik karena bank konvensional maupun techno player memiliki ekosistem masing-masing.
“Bank digital yang dimiliki oleh by bank lebih menekankan pada ekosistem perbankan mereka sendiri seperti ATM, ini tak dimiliki oleh bank milik techno player. Tapi bank-bank milik techno player memiliki kekuatan pada ekosistem digitalnya seperti fitur pembayaran transaksi jasa on demand. Siapa yang menang, yang lebih bisa mengembangkan ekosistemnya,” papar Nailul.