SUN Energy Berkomitmen Meningkatkan Penggunaan Energi Terbarukan

Marketing.co.id – Berita Technology I Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030 sebesar 29% tanpa bantuan dan 41% dengan dukungan internasional. Tentunya, ini termasuk dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 di tahun 2030. Dengan meningkatnya kesadaran sektor industri atas penggunaan energi terbarukan yang ternyata tidak hanya baik untuk lingkungan namun juga menguntungkan. Artinya, ini selaras dengan naiknya permintaan atas produk yang sustainable.

SUN Energy

Melihat itu, SUN Energy juga terus berinovasi dalam menyediakan teknologi yang terjangkau untuk energi terbarukan. SUN Energy melihat peluang dari pemanfaatan energi baru dan terbarukan di berbagai sektor industri
menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagai salah satu pengembang proyek panel surya asal Indonesia yang telah mengantongi proyek internasional, SUN Energy mencatat kenaikan permintaan instalasi sistem tenaga surya sebesar hampir 40% dibanding tahun sebelumnya.

Baca juga: Wujudkan Penggunaan Energi Bersih, SUN Energy Jalin Kemitraan Strategis

Adapun untuk peminatan tersebut mencakup instalasi on-grid, off-grid, dan hybrid, di seluruh wilayah di Indonesia. Di tahun 2020 ini, SUN Energy telah berhasil melakukan instalasi sistem tenaga surya di lebih dari 15 institusi, diantaranya lembaga pemerintah, segmen industri dan komersial, serta lembaga pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 2020, instalasi sistem tenaga surya yang dibangun oleh SUN Energy di Lampung akan menjadi laboratorium PLTS terbesar di antara seluruh universitas di Indonesia.

Donny Sjarifudin, Head of Sales SUN Energy menjelaskan, bahwa SUN Energy mendukung penuh inisiatif pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi bersih melalui kolaborasi dan kemitraan di berbagai sektor. Salah satunya dengan menyediakan akses teknologi dan menawarkan solusi terintegrasi bagi para pelanggan, mulai dari konsep, konstruksi, perizinan, serta model pembiayaan nol rupiah agar konsumen dapat meraih efisiensi energi hingga 30%.

“Melalui total kapasitas kontrak proyek yang kami miliki, SUN Energy turut mengurangi lebih dari 1,5 juta ton emisi karbon yang berbahaya. Kami berharap dapat terus berkontribusi dalam akselerasi transisi energi rendah karbon, serta mengajak para pelaku bisnis untuk menggunakan energi bersih melalui instalasi sistem tenaga surya sebagai bentuk tanggung jawab menyelamatkan lingkungan,” ujar Donny.

Sementara itu, dia menambahkan, ketersediaan energi dan akses masyarakat terhadap energi masih menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mencapai elektrifikasi nasional sebesar 100%. Agar listrik dapat dinikmati secara
merata di masyarakat daerah terpencil, terdepan, dan tertinggal (3T) dibutuhkan peran pemerintah dan swasta dalam menyediakan sumber energi yang terjangkau.

“Di tahun 2020 ini, SUN Energy turut berkontribusi dalam keberhasilan pasokan listrik ke 2.885 rumah di 6 Provinsi. SUN Energy mengaplikasikan sistem panel surya mandiri yang tidak memerlukan grid lain untuk menyala. Hal ini pula yang membuat SUN Energy terus berinovasi untuk menyediakan akses terhadap energi bersih bagi masyarakat Indonesia,” imbuh dia dalam diskusi ‘Unlocking Renewable Energy Demand from Commercial and Industrial Buyers for Green Economy’, yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD).

Seperti diketahui, 60% gas rumah kaca di dunia dihasilkan dari penggunaan energi oleh manusia. Indonesia sendiri adalah negara terbesar di ASEAN dalam hal konsumsi energi, dan jumlahnya terus meningkat pesat. Menanggapi fakta tersebut, pemerintah Indonesia sendiri telah menargetkan proporsi penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2030, serta 31% pada tahun 2050.

Menteri ESDM Arifin Tasrif yang diwakilkan oleh Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan, Harris ST MT, menyampaikan, dalam kacamata ekonomi, pengurangan biaya pada sistem energi, dikombinasikan dengan pengurangan polusi udara dan emisi karbon dioksida, akan menghemat hingga 53 miliar dollar AS per tahun, atau
diperkirakan 1,7% dari GDP Indonesia tahun 2030. Artinya, percepatan penggunaan energi terbarukan dapat meningkatkan GDP Indonesia sebanyak 1,3% pada tahun 2030 (International Renewable Energy Agency, 2017).

Hal senada juga diuntarakan Shinta Kamdani, President Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), “Menurunnya biaya energi terbarukan telah menciptakan peluang baru untuk pemanfaatannya, termasuk
di sektor komersial dan industri. Karena permintaan energi bersih terus meningkat di negara berkembang,
sektor industri telah memimpin komitmen untuk menggunakan energi bersih dalam operasinya.”

Adapun perusahaan anggota IBCSD yang menjadi thought leader dalam penggunaan energi terbarukan antara lain
adalah Coca-Cola Amatil Indonesia. Direktur Public Affairs, Communications dan Sustainability Amatil Indonesia Lucia Karina menyampaikan bahwa sejak tahun 2017, Coca-Cola Amatil telah mendeklarasikan komitmen publik untuk target keberlanjutan yang akan dicapai di tahun 2020. Salah satu diantaranya adalah tentang perubahan iklim dan energi, yang mana Coca-Cola Amatil menargetkan untuk menggunakan setidaknya 60% dari kebutuhan energi dari energi terbarukan dan rendah karbon.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.