Lotus Elise: Lambang Bagi Pecinta Balap

Bagi pecinta mobil balap, tentu tidak asing dengan merek Lotus. Mobil sport asal Inggris ini lama dikenal sebagai salah satu raja arena balap dunia hingga sekarang. Sederet tipe dan jenis mobil sport telah dilahirkannya sejak 56 tahun lalu. Dimulai dari mobil sport Mk 6 (1953), Mk 8 (1954) hingga Exige, Evora, 2-Eleven, dan Ellise.

Di antara jenis mobil sport yang dijual Lotus di Indonesia, dua yang cukup laku adalah Lotus Elise dan Exige. Maka dari itu, di tahun ini, PT Artha Auto (EuroSport) selaku diler resmi merek Lotus dan Lamborghini Indonesia memboyong New Lotus Elise 2011 ke Tanah Air. Adapun jajaran New Lotus Elise 2011 adalah Lotus Elise dan Lotus New Elise SC.

“Lotus Elise 2011 diperuntukkan bagi para maniak balap. Bukan yang cuma hobi dengan mobil sport,” ujar Endy Kusumo, Chief Operation Officer PT Artha Auto.

Sebab itu, pada Lotus Elise 2011, Anda jangan berharap melihat desain interior yang mewah dan aksesoris yang menawan. Karena yang ditawarkan benar-benar sensasi balap, bukan penampilan untuk gaya.

Mesin yang tersemat pada Lotus Elise 2011 adalah mesin baru Toyota 1598cc 1ZR-FAE. Kecepatan yang dihasilkan 204 km/jam untuk Lotus Elise dan 233 km/jam untuk Elise SC. Berat masing-masing mobil tersebut hanya 876 kg. Di Tanah Air, Lotus Elise 2011 dibanderol dengan harga sekitar US$ 118 ribu.

Lotus Elise 2011 memiliki sejumlah perubahan dan perbaikan tambahan dari Lotus Elise sebelumnya, antara lain adanya pemasangan mesin 1,6 liter Velvematic yang memenuhi regulasi EURO 5. Mesin baru ini 200cc lebih kecil dari model Elise S. Mesin tersebut memungkinkan Lotus Elise 2011 menjadi mobil sport dengan emisi CO2 terendah di dunia.

Lotus Elise merevolusi mobil sport ketika diluncurkan 14 tahun lalu dan sekarang menjadi lebih “hijau”. Kontribusi Elise dari total penjualan mobil sport Lotus telah mencapai 32% sejak tahun 1997.

Endy mengatakan, target penjualan Lotus Elise 2011 di tahun ini diharapkan dapat menembus 20 unit. Tahun lalu, ia mengaku hanya bisa menjual tujuh unit mobil Lotus dari berbagai tipe.

Untuk itu, Endy berujar, pihaknya bakal menggencarkan komunikasi guna memperkenalkan Lotus Elise 2011 ke pasar. Di antaranya dengan ikut serta dalam berbagai event balap bergengsi di Tanah Air. Serta menggandeng sejumlah mitra, mulai dari perbankan sampai restoran—kalau perlu yang target marketnya setara dengan Lotus, yakni kelas atas.

Tujuannya demi memperlihatkan sekaligus membuktikan performa Elise di mata para calon konsumen. Jujur diakui oleh Endy, di Indonesia nama Lotus Elise kurang begitu bergaung lantaran tingkat awareness masih rendah.

Bagi yang pernah bersekolah atau kuliah di Inggris mungkin tidak asing dengan Lotus, namun bagi konsumen dalam negeri lainnya, perlu edukasi yang lebih dalam soal Lotus.

Berbeda dengan di negara Asia lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Di sana, mobil ini begitu tinggi peminatnya. Terlebih di Malaysia, lantaran dipegang Proton, Lotus mendapatkan tempat tersendiri bagi pemerintah di sana. Sebab itu, harganya pun jauh lebih murah karena mendapat subsidi.

Di Indonesia, pasar mobil sport tergolong niche. Akan tetapi, potensinya cukup besar untuk digarap. Hal ini disebabkan beberapa alasan, pertama, seperti yang diperkirakan oleh banyak ekonom bahwa arah angin perekonomian nampaknya sedang meluncur ke Asia. Lalu yang kedua, melihat pertumbuhan orang kaya di Asia, terutama di Indonesia yang kini jumlahnya mencapai 300 ribu orang lebih.

Tak ayal, dengan berpegang pada faktor-faktor tersebut, bukannya tidak mungkin bahwa penjualan mobil sport di Asia kian manis di tahun-tahun mendatang. Dari sisi persaingan, Endy menuturkan, lantaran pemainnya tidak sebanyak kelas mobil lainnya, persaingan untuk mobil sport boleh dibilang kecil.

Terkait strategi memenangkan diri di pasar yang niche, Endy menuturkan bahwa dalam melancarkan strategi yang terpenting adalah harus berhati-hati, fokus, tidak boleh sembarangan, sehingga tepat sasaran. Jangan sampai meleset. Sebab mengusung strategi di pasar yang niche untuk segmen atas, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.

Dalam setahun, Lotus pasti mengundang para pelanggannya ke berbagai kegiatan, yang teranyar adalah event balap F1 dan kompetisi auto cross di Sepang.

Soal menawarkan produk terbaru, Lotus terbiasa mendekati calon pelanggan ataupun pelanggannya yang sudah loyal lewat sentuhan personal. “Misalkan ada produk baru, mereka akan kami beri undangan dahulu sembari menawarkan test drive. Begitu setuju, penekanan komunikasi yang intensif baru digencarkan,” ungkap Endy.

Tidak menutup kemungkinan di ajang balap F1 tahun ini, Lotus juga berencana mengundang seluruh pemilik Lotus di Indonesia untuk datang bertemu dengan pembalap dari Lotus, seperti Jarno Trulli dan Kovalainen.

“Ini sebagai bentuk apresiasi dan program loyal customer Lotus kepada pelanggannya,” tandas dia. Mengenai servis dan suku cadang, Endy mengatakan bahwa itu bisa diperoleh di  Artha Auto. Soal tempat tinggal yang jauh dari kantor perwakilan Lotus tidak masalah, karena Lotus juga menyediakan servis panggilan yang akan melayani pemilik Lotus di mana pun mereka berada.

Ketika disinggung soal segmen pelanggan mobil supermewah yang dijualnya, Endy menjelaskan bahwa segmen Lotus umumnya untuk anak-anak muda, sedangkan Lamborghini peminatnya banyak dari kalangan pengusaha yang sudah lebih matang secara umur. Bisa dibilang, Lotus untuk si anak, kalau Lamborghini untuk sang bapak.

Terkait pasar mobil supermewah di Tanah Air, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Johnny Darmawan sempat angkat bicara ketika dihubungi oleh majalah MARKETING beberapa waktu lalu. Menurutnya, pasar mobil supermewah di Indonesia masih relatif kecil. Paling setahun terjual 20–30 unit dari semua merek yang ada. “Karena, meski pasar yang dibidik orang kaya, namun belum tentu kan, mereka semua suka mobil sport,” imbuh dia.

Umumnya, konsumen mobil supermewah hanya melakukan sekali pembelian. Kalau ada tipe baru dan itu sesuai dengan kegemarannya, baru akan dibeli.

Ke depan, menurut Johnny, kondisi penjualan mobil supermewah masih akan sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, sekitar 20 unit per tahun. Tinggal sekarang bagaimana para pemilik merek bisa adu strategi menarik minat lewat komunikasi dan pendekatan secara personal kepada para calon konsumen. (Majalah Marketing/Andri Darmawan)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here