Ketika generasi orang tua kita dan orang tua mereka sebelumnya hidup di jaman dimana keamanan kerja adalah prioritas nomor satu dan para pekerja diharapkan mematuhi aturan tanpa bertanya, sekarang ini bukanlah jamannya lagi untuk hal tersebut.
Umat manusia di jaman lainnya tidak pernah mendapatkan akses informasi seperti yang kita miliki saat ini. Penyebaran media sosial dan konten digital membuat kita terus mendapatkan informasi akan perkembangan dan tren global terkini dalam satu langkah.
Kita membuat para perekrut untuk mempunyai standar yang lebih tinggi sekarang, karena kita bisa. Sebagaimana dijelaskan dalam Deloitte 2017 Global Human Capital Trends Report: Talent Acquisition:
“Bagian tenaga kerja dan perekrutan menghadapi tekanan besar. Kekurangan jumlah tenaga kerja dan kemampuan ahli sedang menyebar luas. Para pekerja menuntut adanya jenis karir dan model karir yang baru. Apalagi teknologi dan inovasi – termasuk kognitif, kepandaian buatan, kolaborasi sosial, kumpulan orang, dan sharing ekonomi – sedang membentuk kembali ketenagakerjaan.”
Yang menjadi masalahnya adalah fakta bahwa para pekerja tidak hanya mengharapkan kompensasi finansial yang lebih baik saat ini. Mereka juga sedang mencari perusahaan dengan nilai-nilai yang sesuai, keseimbangan pekerjaan/hidup, pekerjaan yang punya arti, otonomi kreatif, dan banyak lagi.
Akan tetapi bagaimana tepatnya hal ini mempengaruhi iklim perekrutan di Asia Tenggara? Berikut 5 fakta yang Anda perlu tahu.
Transformasi digital terus mengendalikan perekrutan
Mendukung kajian Deloitte diatas, The Star melaporkan bahwa transformasi digital di berbagai industri di Asia Tenggara akan terus mengendalikan perekrutan di tahun 2017. Laporan ini menyoroti rangkaian kemampuan yang paling banyak diminta yaitu big data, komputasi awan, DevOps, analitik, perdagangan elektronik, keamanan cyber, dan teknologi finansial (fintech).
Faktor-faktor yang berkontribusi untuk aktivitas perekrutan yang sehat di wilayah Asia Tenggara termasuk pertumbuhan ekonomi yang kuat, kepercayaan bisnis yang meningkat, dan lebih banyaknya perusahaan internasional yang bergerak di wilayah tersebut.
Kandidat pekerja selalu mencari adanya kesempatan karir baru
Dalam suatu kajian terbaru dalam Tren-tren perekrutan di Asia tenggara oleh JobStreet.com dan JobsDB, lebih dari 8.000 calon pekerja dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam diminta untuk membuat peringkat persetujuan dan ketidaksetujuan mereka akan pernyataan berikut: “Saya tidak punya rencana meninggalkan pekerjaan/ perusahaan saya saat ini di tahun yang akan datang”.
Mungkin tidaklah mengejutkan, semua kandidat dengan suara bulat setuju dengan pernyataan tersebut, sedangkan hampir semua responden menunjukkan minat yang besar untuk secara aktif memonitor dan memindai bursa kerja di 2017.
Prioritas perekrutan dari para perekrut
Dalam kajian yang sama oleh JobStreet.com dan JobsDB, hampir 3,000 perekrut dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam diminta untuk mengidentifikasi prioritas perekrutan untuk tahun 2017 dari sebuah daftar yang tersedia.
Di Indonesia dan Malaysia, mayoritas perekrut memilih mengganti/ mengisi posisi penting sebagai prioritas perekrutan nomor satu, dengan memperluas/ mempekerjakan lebih banyak orang untuk urutan kedua tertinggi.
Sementara mayoritas pekerja di Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam memilih memperluas/ mempekerjakan lebih banyak orang sebagai prioritas tertinggi mereka di 2017. Kecuali Singapura, 3 negara lainnya dalam kelompok ini memilih “mengganti/ mengisi posisi penting” sebagai prioritas tertinggi kedua.
Tenaga kerja yang paling dicari oleh para perekrut
Ketika ditanyai posisi apa yang paling sulit untuk diisi, mayoritas perekrut di Indonesia, Malaysia, dan Filipina setuju bahwa Supervisor/ Spesialis adalah posisi tersulit untuk diisi, sedangkan perekrut dari Singapura dan Thailand menemukan bahwa posisi Junior adalah posisi tersulit untuk diisi. Vietnam, di lain sisi, mempunyai kesulitan terbesar untuk merekrut Manajer.
Para Perekrut Perlu untuk Menciptakan Sebuah Brand Ketenagakerjaan Digital
Sebagaimana bagian Perolehan Tenaga Kerja (Talent Acquisition) dari Laporan Deloitte akan Tren Modal Manusia Global 2017 (Deloitte 2017 Global Human Capital Trends Report) tunjukkan, para perekrut perlu untuk:
“Menciptakan sebuah brand ketenagakerjaan digital: segala sesuatu yang sebuah organisasi lakukan dalam dunia yang terhubung secara sosial dan digital mempengaruhi keputusan kandidat untuk bekerja di sana. Pastikan Anda memonitor dan meluruskan pesan melalui situs-situs dan pengalaman-pengalaman.”
Hal ini membawa kita kembali kepada pesan di awal artikel ini: Kita membuat para perekrut untuk mempunyai standar yang lebih tinggi sekarang, karena kita bisa. Jika organisasi-organisasi ingin menjaga daya saing dan efisiensi operasional, mereka akan perlu untuk terus menyesuaikan dengan transformasi digital yang ada di sekitar kita.
Deloitte juga menghimbau para perekrut untuk memperluas dan menambah saluran sumber ketenagakerjaan dengan membuka saluran-saluran pipa tenaga kerja untuk sumber non-tradisional, termasuk paruh-waktu, pekerja lepas, dan pekerja musiman.
Waktu terus berubah, dan para perekrut perlu merangkul revolusi digital untuk tetap bersaing sebagai seorang perekrut, apalagi sebagai suatu bisnis. Akan tetapi, para pekerja dan kandidat pekerja sebaiknya tidak cepat merasa puas – terus menyesuaikan dengan peralatan teknologi dan tren terkini merupakan hal yang paling penting sekarang lebih dari sebelumnya. (Jobstreetcom)