Marketing.co.id – Berita Marketing |Â Terlepas dari tingginya penetrasi internet seluler, televisi masih memiliki tempat khusus dalam budaya Indonesia. Sebagai media tradisional, iklan TV dianggap masih bisa diandalkan dan berwibawa karena kualitasnya seringkali lebih tinggi dibandingkan iklan digital.
Namun demikian, iklan digital (baca: online) juga semakin populer. Dengan lebih dari 17 ribu pulau di Indonesia, jangkauan luas TV tidak bisa dianggap remeh. Per 1 Juli 2023, penetrasi TV digital telah mencapai 95,2%.
Fase terakhir signal analog televisi (Analog Shut Off-ASO) di Indonesia telah menjadi sinyal berakhirnya masa kejayaan media penyiaran TV tradisional. ASO mengubah TV non-digital menjadi bagian dari media digital.
Pengaruh TV dalam melibatkan pemirsa secara emosional dan menciptakan branding yang tahan lama, sangat besar. Hal ini tentu saja memerlukan kreativitas dari semua pemangku kepentingan dan agensi media karena memerlukan lebih banyak investasi dalam pemikiran nilai produksi dibandingkan investasi digital.
“Beberapa iklan televisi yang hingga saat ini masih kuat diingat seperti iklan “1984” dari Apple dan iklan “Di Mana Xon Ce-nya?” dari Kalbe Farma. Iklan TV tersebut menarik karena muncul pada jeda program acara TV populer yang sudah terjadwal. Pengiklan menampilkan merek mereka di layar besar, memikat pemirsa dengan visual dan audio yang menarik,” ungkap Prami Rachmiadi, President Director | CEO, Citra Surya Indonesia melalui rilis yang dikirim.
Meskipun platform digital dianggap telah mendominasi industri komunikasi, faktanya TV tradisional hingga saat ini masih memiliki nilai besar di lanskap periklanan Indonesia. Terutama menjangkau penonton di pelosok-pelosok yang belum terjangkau oleh layanan internet.
Dari 112 wilayah siaran di 341 kabupaten dan kota, sebanyak 676 stasiun TV sudah go digital. Memanfaatkan peluang melampaui siaran tradisional, iklan TV sekarang dapat dibuat menggunakan promosi silang dan integrasi multi-saluran. Perusahaan raksasa teknologi Indonesia juga beriklan di TV dan mempertahankannya dalam bauran pemasaran (marketing mix) mereka.
Saat ini penempatan TV sudah bisa diukur dengan alat otomatis untuk melacak penjualan dan ingatan merek, menghitung jangkauan, frekuensi iklan dan masih banyak lagi. Alat-alat ini dapat menganalisis keberhasilan dan efektivitas kampanye TV seakurat kampanye digital.
Pada akhirnya, berakhirnya penghentian siaran analog di Indonesia malah menjadi sebuah awal baru bagi periklanan di TV. Dengan menggabungkan periklanan TV dan digital secara strategis, pengiklan dapat menciptakan kampanye holistik yang secara efektif terhubung dengan konsumen di berbagai titik kontak.
Marketing.co.id: portal berita marketing dan bisnis