Perempuan Perajin Tenun Batak

[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Road to W20: Kolaborasi Tobatenun dan BRI Prioritas Memperkuat Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui Perempuan Perajin Tenun Batak

Marketing.co.id – Berita UMKM | Tobatenun bersama dengan BRI Prioritas menggelar forum pertemuan yang mengusung tema “Empowering Women in Rural Economies” di Glass House Mutia Garden, Medan, Rabu (13/7). Forum pertemuan ini merupakan salah satu acara yang digelar dalam dukungan menjelang W20 Summit di Sumatera Utara.

Beberapa kegiatan seperti pameran pop-up, sesi pagelaran busana, dan sesi talkshow sebagai upaya membuka cakrawala publik terhadap isu peran perempuan dalam ekonomi keluarga, sekaligus menunjang karya para perempuan perajin wastra daerah serta kontribusi mereka terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) daerah.

Himpitan ekonomi menjadi dorongan kuat bagi para perempuan desa di Sumatera Utara ikut mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga demi mewujudkan kehidupan yang layak. Dengan minimnya kesempatan pendidikan yang dimiliki, serta banyaknya perempuan Sumatera Utara yang tak sanggup ikut bertani bersama suaminya, membuat keterampilan menenun menjadi satu-satunya kemampuan yang dijadikan modal untuk mencari penghasilan tambahan keluarga.

Sejak tahun 2020, kehadiran Tobatenun memberikan peluang bagi para perempuan perajin di sana untuk mengembangkan diri di tengah kesulitan ekonomi dan minimnya potensi desa. Tak hanya melalui sejumlah pendidikan dan pelatihan teknik keterampilan, Tobatenun juga mendorong semangat wirausaha bagi para pelaku pembuat tenun untuk membangun jaringan kerjasama dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

“Membangun ekosistem perajin yang terampil, mandiri, dan berdaya, menjadi salah satu harapan kami untuk para pelaku pembuat tenun kedepannya. Oleh karena itu, kami menyambut baik agenda prioritas kelompok kerja W20 yang sejalan dengan misi kami dalam pemberdayaan ekonomi perempuan. Rangkaian kegiatan Road-to-W20 yang kami selenggarakan menjelang W20 Summit di Danau Toba minggu depan adalah bentuk penguatan dorongan kolaboratif dari berbagai sektor, khususnya para penggiat wirausaha yang hadir sebagai narasumber kali ini, maupun sebagai tamu undangan untuk terus berupaya memperluas advokasi kepada para pelaku usaha perempuan agar lebih berdaya,” jelas Melvi Tampubolon, COO Tobatenun.

Selain itu, Melvi juga menjelaskan bahwa secara konkret, sampai saat ini Tobatenun telah menjalankan 9 (sembilan) program pendidikan dan pelatihan peningkatan kapasitas keterampilan. Mulai dari pewarnaan benang, proses produksi, teknik tenun, menjahit, dan wawasan wirausaha, yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan menambah pendapatan mereka di kemudian hari. Selain itu, untuk memperkuat kapasitas wawasan perempuan, Tobatenun juga memberikan sesi konseling dan advokasi terhadap tindakan kekerasan domestik, yang diharapkan mampu membangun kesadaran kritis terkait peran gender serta hak perempuan terhadap perlindungan sosial, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mereka. Secara keseluruhan hingga saat ini, sebanyak hampir 200 penenun telah menjalankan program penguatan perempuan penenun.

Uli Silalahi, Chairwoman W20, yang ikut berpartisipasi sebagai narasumber dalam sesi talkshow, mengungkapkan bahwa upaya kolaboratif dari berbagai lini institusi/pemerintah maupun non-pemerintah berupa dukungan pelatihan kewirausahaan, keterampilan e-commerce dan lainnya, pasti bisa memperkuat peran perempuan dalam pembangunan ekonomi kedepannya. Isu inklusi ekonomi perempuan ini menjadi salah satu isu prioritas yang diusung kelompok kerja W20 dalam Presidensi G20 Indonesia.

W20 menetapkan empat isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia. Pertama, kesetaraan gender. Kedua, inklusi ekonomi yaitu mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Ketiga, peningkatan ketahanan perempuan marjinal. Keempat, akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil secara gender.

“Empat isu prioritas menjadi fokus agenda W20 ditujukan untuk meningkatkan status perempuan secara global. Berbagai langkah strategis pun kami promosikan agar para perempuan mencapai penuh potensi mereka. Sehingga kedepannya, terwujud pembangunan yang inklusif bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali, dimana kebutuhan, akses perlindungan sosial, serta partisipasi perempuan dalam kemajuan perekonomian dapat terakomodasi dengan baik, tanpa ada hambatan apapun. Kami harapkan bincang-bincang kita ini dapat memberikan manfaat dan wawasan akan peran penting perempuan dalam geliat ekonomi dan menambah kepercayaan diri perempuan pelaku usaha yang hadir dalam forum ini,” tutup Uli.

Turut hadir sebagai narasumber lainnya dalam sesi talkshow, Lisda Budhi Novianto, Wakil Ketua, Ikatan Wanita BRI (IWABRI), dan Janlie, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Medan.

Selain sesi talkshow, pameran pop-up Tobatenun juga hadir di area dining dan terbuka untuk umum. Sebagian hasil penjualan dari pameran akan diperuntukkan bagi rumah komunitas tenun, Jabu Bonang. Sedangkan dari sesi pagelaran busana, hasil penjualan koleksi tenun yang ditampilkan akan didonasikan sepenuhnya bagi pengembangan komunitas tenun, melalui Jabu Bonang.

Rumah komunitas tenun, Jabu Bonang, didirikan oleh Tobatenun sebagai bentuk solusi dan upaya berkelanjutan dalam pengembangan kompetensi dan kapasitas para penenun, bukan hanya sebagai penenun terampil yang berwawasan, namun juga mendorong ruang kewirausahaan agar para penenun mampu mandiri sebagai pelaku ekonomi tenun itu sendiri.

Banyak kegiatan pengembangan yang dilakukan di Jabu Bonang, para penenun berkesempatan memiliki akses akan 32 koleksi warna benang yang berasal dari material alam sekaligus meningkatkan teknik dan kreativitas menenun. Teknik dan motif ─ dari tenun Batak yang hampir punah ─ belum tentu dikuasai penenun muda, namun menjadi salah satu materi pelatihan yang diberikan di Jabu Bonang. Pelatihan tersebut diharapkan dapat mengembalikan kembali penciptaan ulos-ulos kuno yang kini sudah sangat minim keberadaannya, sehingga dapat dikenal oleh generasi penenun sekarang dan mendatang.

“Besar harapan kami, masyarakat akan banyak berkembang melalui sejumlah pemberdayaan perempuan dan sosial yang kami lakukan. Program pemberdayaan tersebut kami rancang dengan konsep ekosistem berkelanjutan. Yang niscaya menaikkan nilai kain tenun itu sendiri dengan material alam yang tidak merusak lingkungan, memberikan kenyaman perdagangan bagi semua pihak khususnya para penenun perempuan, dengan tujuan kesejahteraan bagi masyarakat komunitas penenun di Sumatera Utara,” tutup Melvi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here