Sunday, September 14, 2025
Home Blog Page 2177

Yuppie Couple

0
[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Mengeruk keuntungan dari kekuatan daya beli pasangan muda profesional Indonesia.

Seperti lazimnya negara-negara berkembang lain, Indonesia secara konsisten menunjukkan pertumbuhan makro ekonomi yang semakin baik. Dukungan iklim perekonomian yang positif telah menaikkan daya beli masyarakat secara umum, terutama di kalangan sosio-ekonomi kelas menengah ke atas.

Untuk menangkap peluang pertumbuhan yang kondusif tadi, para peritel maupun kalangan manufaktur seharusnya mulai memberikan perhatian lebih kepada konsumen pasangan muda profesional, menurut Yudi Suryanata, Executive Director Consumer Research Nielsen Indonesia yang baru.

Yuppie couple merupakan kalangan berpendidikan tinggi dengan prospek karier yang cemerlang, oleh karenanya mereka adalah bibit yang mewakili generasi masa depan dari konsumen kelas atas Indonesia,” kata Yudi. “Namun, peritel dan manufaktur perlu mengetahui lebih dalam bagaimana menciptakan produk yang menarik bagi kalangan ini jika ingin menambah share rupiah mereka di pasar. Tantangan terbesarnya adalah seperti layaknya memasarkan merek kepada sesama pemasar.”

Jadi, siapakah yuppie couple ini? Lebih lanjut dijelaskan bahwa mereka adalah pasangan muda menikah berumur di bawah 30 tahun yang tinggal di apartemen atau perumahan di kalangan menengah ke atas, baik di tengah kota maupun daerah suburban. Mereka merupakan pasangan profesional muda dengan posisi rata-rata level manajer dan umumnya bekerja di bidang perbankan dan keuangan, konsultan, pemasaran, dengan karakter profil yang sangat fokus dan ambisius terhadap perkembangan kariernya.

Mereka hidup dengan moto “work hard, play hard”, dan senang bersosialisasi dengan rekan kerja mereka di kafe, restoran, bar, ataupun di mal; memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pencapaian karier dan kerja keras mereka dengan cara membeli luxury maupun branded product, baik itu dalam bentuk fashion maupun gadget yang menjadi tren saat ini.

Pendek kata, yuppie couples memercayai nilai-nilai bahwa kesuksesan yang dicapai melalui kerja keras akan memberikan kepuasan pribadi secara emosional dan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengekspresikan jati diri mereka. Di negara-negara maju, segmen ini lebih dikenal dengan sebutan “DINK” (dual income, no kids). Segmen yang memilih untuk bahkan menunda memiliki anak agar dapat lebih fokus untuk mengejar karier dan menggunakan pendapatan lebih yang mereka peroleh sebagai jalan untuk membangun investasi maupun bisnis masa depan mereka sendiri.

Karena mengusung konsep pasangan modern, peranan wanita atau istri adalah penting. Istri memiliki hak yang sama untuk mengutarakan pendapat dan keinginan mereka. Oleh karenanya, pasangan ini akan menempuh proses saling memengaruhi untuk membangun selera atau pilihan bersama yang kita sebut sebagai mutual taste. Meski demikian, tentu saja ada domain-domain yang menjadi wilayah sakral dan tetap dipertahankan untuk tiap individu, seperti contohnya memilih merek dan jenis mobil maupun elektronik untuk pria, sementara sang istri cukup puas hanya menyumbangkan saran terhadap pilihan warna saja.

Berikut adalah beberapa fakta yang memberikan ilustrasi mengenai gaya hidup dari segmen ini:

  • 19% membaca koran dan 67% mengakses berita online;
  • 15% bepergian ke luar negeri dalam dua tahun terakhir, dan sebagian besar pergi ke Bali setidaknya sekali dalam dua tahun;
  • berkunjung ke mal dua kali seminggu dan menghabiskan rata-rata Rp 120 ribu untuk makanan dalam kunjungan mereka;
  • 88% memiliki microwave;
  • 100% memiliki kulkas, pendingin ruangan, dan mesin cuci;
  • 63% memiliki mobil, dengan penetrasi yang lebih tinggi dari mereka yang tinggal di pinggiran;
  • 100% memiliki telepon genggam, dengan 50% menggunakan lebih dari 1 handset, pengeluaran bulanan untuk setiap ponsel rata-rata Rp 127 ribu;
  • 84% memiliki komputer pribadi.

“Dalam proses keputusan pembelian, pasangan ini sepakat untuk menempatkan kualitas produk, rekomendasi dari teman, dan ulasan maupun pembahasan melalui online sebagai faktor-faktor penting, sama pentingnya dengan pengaruh dari pasangan mereka sendiri,” ujar Yudi.

Sejumlah studi dari Nielsen memberikan beberapa insight penting mengenai cara untuk memenangkan segmen ini:

1. Quality is paramount

Karena mereka menghargai hasil kerja mereka dengan standar yang tinggi, mereka merasa berhak untuk meminta standar yang tinggi juga dari orang lain. Di satu sisi, tantangan lainnya adalah mereka termasuk orang yang sensitif terhadap pengalaman buruk. Jika sebuah merek gagal memenuhi ekspektasi, mereka tidak segan untuk tidak membeli lagi merek tersebut dan bahkan akan menggunakan pengaruh mereka untuk menyebarkan buzz negative terhadap merek itu pada jaringan sosial yang mereka miliki.

2. Willing to pay a bit extra for convenience

Yuppie couples cenderung menghargai waktu karena mereka memiliki ritme hidup yang cepat dan padat. Sebab itu, mereka bersedia membayar lebih untuk kenyamanan seperti parkir valet, reservasi online, counter khusus, dan antrean VIP.

3. Modern & liberal

Yuppie couple tidak konservatif. Mereka menyukai konsep keluarga modern yang berpandangan setiap pasangan memiliki privasi untuk “me time”. Setiap individu dapat melakukan hobi, aktivitas, atau liburan dengan teman atau rekan kerja tanpa kehadiran pasangan mereka. Meski untuk hal ini, mereka juga dituntut untuk harus melakukan “me time” secara bertanggung jawab.

4. Like brands with “his & her” designs

Mereka senang terlihat sebagai pasangan yang sempurna dan terkadang memiliki kebutuhan untuk memperlihatkan hal ini kepada dunia. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan menggunakan item fashion yang sama, atau mereka menggunakan barang-barang dari sebuah merek yang sama dengan warna dan desain yang berbeda (his & her design).

5. Online marketing is effective in reaching them

Mereka memiliki keinginan besar untuk sukses, sehingga mereka menghabiskan banyak waktu pada pekerjaan mereka. Waktu untuk menonton TV maupun membaca media cetak dilakukan dengan minim yang kemudian mereka kompensasikan dengan cara online. Pola perilaku konsumsi media seperti ini menjadikan iklan melalui media online maupun seluler akan lebih efektif untuk menjangkau mereka.

6. They are business savvy, and require credible yet convincing communications

  • Komunikasikan produk atau jasa Anda dengan komposisi elemen yang berimbang—antara pesan tentang kualitas dan image—menjadi syarat mutlak agar tidak berkesan over promised ataupun hyperbolized;
  • gunakan tonality yang mengesankan hidup modern dan dinamis;
  • untuk layanan di dalam toko, berikan mereka privasi dan kebebasan untuk memutuskan dan memilih. Dengar dan mengerti mereka, namun jangan bersifat menggurui;
  • customer center harus memberikan layanan konsumen yang profesional dalam artian respons yang cepat dan fokus pada pemecahan masalah.

7. They stay atop contemporary trends

Yuppie couple peduli dengan tren-tren terkini seperti gaya hidup sehat, makanan organik, program peduli sosial, dynamic discount, tempat-tempat eksotis, ponsel pintar, dan konsep “sharing and staying connected” melalui dunia online. (www.marketing.co.id)

Presiden Resmi Buka Perdagangan Saham BEI 2011

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Program suS AQUA Gapai 32 Ribu Penduduk NTT

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

(3)MARKETING, Jakarta – AQUA mengumumkan bahwa program berkesinambungan Satu untuk Sepuluh (SuS) yang diluncurkan sejak 2007 dan cakupan programnya telah mencapai 32 ribu masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).

Program SUS yang telah memasuki tahap III dan telah membantu masyarakat di beberapa Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, kini kembali dengan mengusung tema Ada Terus, Terus Ada. Meningkatnya akses air bersih telah membuat masyarakat NTT lebih mudah untuk menjalankan aktivitas keseharian mereka, seperti mencuci, memasak, berkebun maupun memelihara ternak.

Melalui program SuS juga dilakukan promosi perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat dan murid sekolah melalui berbagai macam kegiatan, yaitu pemutaran film, pertunjukan drama, sesi penyuluhan rutin serta pelatihan bagi murid, guru dan kader posyandu, dimana tujuannya untuk  meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat penerima manfaat.

Saat ini program Satu untuk Sepuluh terus melakukan monitoring di desa-desa lokasi program  sebelumnya dalam rangka memastikan bahwa air bersih dapat diakses oleh masyarakat meski pelaksanaan program telah selesai. Hal ini sejalan dengan semangat Ada terus, Terus Ada yang diusung AQUA.

Febby Intan, Brand Director AQUA mengatakan, AQUA ingin agar masyarakat TTS dapat terus menikmati keberadaan air bersih melalui penggunaan teknologi tepat guna dengan asas pemberdayaan masyarakat dan semangat gotong royong, meski  program ini telah selesai dilaksanakan di desa mereka.

“Sarana yang terbangun kami harapkan akan membantu masyarakat untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat sehari-hari yang secara tidak langsung berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup mereka” ujarnya. (Andri Darmawan)

Telkomsel Buka Grapari Terluas

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

1opening Grapari Gandaria cityMARKETING, Jakarta-Telkomsel meresmikan GraPARI Gandaria City dengan konsep store mobile lifestyle pertama di Indonesia. GraPARI ini memiliki luas hingga 1000 m2 yang merupakan GraPARI terluas diantara GraPARI lainnya.

Telkomsel menyediakan fasilitas showcase, dan penjualan produk-produk mobile lifestyle terkini seperti modem flash, BlackBerry,iPhone dan lain-lain.

Tidak seperti grapari lainnya, GraPARI Telkomsel berfungsi selain melayani berbagai kebutuhan dan keluhan pelanggan juga menyediakan jasa penjualan bagi segenap produk Telkomsel.Hal ini sejalan dengan konsep sales with emabaded services yang diusung Telkomsel mulai tahun ini.

Dari konsep desain, GraPARI Gandaria City memang berbeda dengan GraPARI sebelumnya, yang mengedepankan nuansa clean, high tech, dan friendly.

“Kami menyediakan area khusus untuk self service, dimana pelanggan bisa mendapatkan infomrasi tanpa melalui customer service, serta ruangan khusus penjualan dan quick service yang memungkinkan pelanggan mendapatkan solusi dengan cepat tanpa perlu antri,” jelas GM Sales & Customer Service Telkomsel untuk Metro Jakarta, Daniel Azhari.

Tambahnya lagi, animo masyarakat menyambut kehadiran GraPARI yang baru ini cukup positif. Sejak diperkenalkan tiga bulan lalu, pengunjung nya terus meningkat hingga tiga kali lipat, dimana sekarang per harinya bisa mencapai 200 orang.

Sementara itu, GM CTP Planning & Control Telkomsel, Dian Ediana mengungkapkan, rencananya tahun depan pihaknya bakal membangun GraPARI serupa dengan yang di Gandaria City di Surabaya. “Hanya untuk luasnya tidak seluas yang di sini,” ujar dia.

Saat ini Telkomsel memiliki 326 titik layanan di seluruh Indonesia. Sekitar 90 titik layanan yang ada sudah di upgarede menjadi GraPARI. Sisanya masih berupa gerai layanan, termasuk geri Halo. Dan, tahun depan rencananya Telkomsel akan membangun 55 GraPARI baru sembari meng-upgrade sisa gerai layanan yang ada. (Andri Darmawan)

Produksi Global Mitsubishi Naik 11,2 Persen

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Merpati Rugi Rp 30-40 Miliar di 2010

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

FIF patok kredit elektronik naik 66%

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Toyota Hilux Taklukan Kutub Selatan

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Perkembangan Kartu Kredit

0
[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Berkembangnya kartu kredit selain ditunjang oleh kondisi ekonomi yang semakin membaik, juga karena kartu ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota. Namun di sisi lain, persaingan di bisnis kartu kredit terlihat semakin ketat.

“Mau cash atau pakai kartu kredit, Pak/Bu?” Ucapan ini sering kita dengar ketika kita melakukan pembayaran sehabis berbelanja di pasar swalayan atau makan di restoran. Sekarang ini, hampir di seluruh supermarket sudah disediakan fasilitas untuk bertransaksi menggunakan kartu kredit. Kalau dulu, kartu kredit dipakai untuk berjaga-jaga jika ada kebutuhan yang penting dan mendadak. Lambat laun, penggunaan kartu kredit telah bergeser menjadi alat pembayaran sehari-hari, melebihi uang biasa.

Kini, kita tak perlu lagi membawa segepok uang untuk keperluan sehari-hari. Cukup menyimpan kartu plastik berukuran panjang 8,5 cm dan lebar 5,4 cm di dompet, dan menggeseknya di lokasi belanja berlogo Visa, MasterCard, BCA, American Express, Maestro, dan lain sebagainya. Maka itu, jangan heran bila sekarang tidak sedikit orang yang punya kartu kredit lebih dari satu.

Perkembangan bisnis kartu kredit di Indonesia kini makin semarak. Hal ini terlihat dari terus bertambahnya jenis kartu kredit yang diterbitkan, meningkatnya jumlah nasabah, dan melonjaknya jumlah kartu kredit beredar maupun nilai transaksinya dalam enam tahun terakhir (2005–2010). Jika pada tahun 2005 jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia tercatat 8,34 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 51,67 triliun, pada tahun 2009 jumlah kartu beredar telah menjadi 13,41 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 137,25 triliun. Hingga akhir tahun 2010, jumlah kartu kredit beredar di Indonesia diprediksi akan mencapai sekitar 14,15 juta kartu dengan nilai transaksi sekitar Rp 157,48 triliun.

Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan bahwa kartu kredit kini makin populer sebagai alat pengganti uang cash, bahkan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern di Indonesia,  seperti halnya di mancanegara. Selain dipicu oleh perkembangan lifestyle masyarakat di kota-kota besar, pertumbuhan bisnis kartu kredit ini juga ditunjang oleh beragamnya program menarik yang ditawarkan perusahaan penerbit, mengikuti selera dan kebutuhan nasabah yang makin bervariasi. Berbagai tawaran kartu kredit yang menarik saat ini banyak bertebaran di sejumlah media cetak, elektronik, media on line, dan juga melalui layanan SMS.

Jumlah Penerbit kartu Kredit

Kalangan perbankan cukup optimistis bahwa di masa depan, bisnis kartu kredit dapat memberikan keuntungan yang signifikan, selain pendapatan dari sektor kredit lainnya. Sebagai implementasinya, perbankan nasional saat ini terlihat cukup berani mengandalkan penyaluran kreditnya ke berbagai sektor konsumer, termasuk ke sektor kartu kredit. Untuk menggenjot fungsi intermediasinya, bisnis kartu kredit dinilai mampu memberikan kontribusi tinggi sebagai pendapatan nonbunga perbankan (fee based income), sebagai alternatif lain dari pendapatan bunga kredit (interest income).

Makin bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia, yang disertai kenaikan pendapatan per kapita seiring membaiknya kondisi ekonomi makro nasional, juga menjadi faktor pendorong lainnya  bagi prospek pemasaran kartu kredit  di Indonesia.

Melihat peluang pasar yang masih besar ini, sejumlah perusahaan penerbit kartu kredit—baik dari lembaga perbankan maupun perusahaan pembiayaan—terdorong untuk semakin gencar melakukan promosi dan berlomba-lomba menawarkan berbagai jenis kartu kredit baru dengan segala fasilitas dan keunggulannya. Meskipun jumlah perusahaan penerbit kartu kredit di Indonesia tidak mengalami pertambahan dalam tiga tahun terakhir, jenis kartu kredit yang diterbitkan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.

Berdasarkan data teraktual yang diperoleh, hingga Oktober 2010 jumlah perusahaan penerbit kartu kredit di Indonesia tercatat ada sebanyak 20 perusahaan; lembaga perbankan masih mendominasi bisnis kartu kredit ini, yaitu sebanyak 19 buah bank, yang terdiri dari 4 bank asing, 1 bank campuran, 11 bank swasta nasional, 3 bank BUMN, dan 1 perusahaan pembiayaan.

Sejumlah pemain terkemuka sekaligus yang menguasai pangsa pasar bisnis kartu kredit di Indonesia selama ini, di antaranya Citibank, HSBC, BCA, BNI, Bank Mandiri, dan GE Finance. Jika dilihat perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir, jumlah seluruh perusahaan penerbit hingga Oktober 2010 tidak berbeda dengan tiga tahun lalu. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan penerbit kartu kredit  di Indonesia juga tercatat sebanyak 20 perusahaan.

Maraknya bisnis kartu kredit di Indonesia saat ini lebih terlihat dari banyaknya jenis kartu kredit yang diluncurkan. Kendati jumlah perusahaan penerbitnya tidak mengalami pertambahan, jenis kartu kredit yang diterbitkan mengalami kenaikan 32,9% dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari sebanyak 76 jenis kartu kredit di tahun 2007 menjadi 101 jenis kartu kredit pada November 2010.

Dari 101 jenis kartu kredit yang beredar hingga November 2010, 26 produk kartu di antaranya diterbitkan oleh bank asing, 6 produk kartu diterbitkan bank campuran, 49 produk kartu diterbitkan oleh bank swasta nasional, 18 produk kartu diterbitkan oleh bank BUMN, dan 2 produk kartu lainnya diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan.

Semakin Ketat Persaingannya

Di tengah maraknya kembali bisnis kartu kredit di Indonesia saat ini, tak dapat disangkal tingkat persaingan di antara perusahaan-perusahaan penerbit juga semakin ketat. Makin ketatnya kompetisi di industri kartu kredit ini pun diakui sejumlah pimpinan card center terkemuka di Indonesia, baik dari kalangan perbankan maupun perusahaan pembiayaan yang terjun di bisnis uang plastik ini. Di sisi lain, para pelaku bisnis kartu kredit sendiri meyakini bahwa potensi pasar kartu kredit di Indonesia masih besar, yang merupakan peluang bagi mereka untuk terus berlomba memperebutkan pangsa pasar.

Para pimpinan card center juga menyadari bahwa untuk mampu bersaing dalam merebut pasar, potensi pasar yang besar ini tidak akan membuahkan hasil yang optimal tanpa disertai strategi pemasaran yang efektif dari tiap-tiap perusahaan penerbit. Karena itu, terlihat perusahaan-perusahaan penerbit—baik kalangan perbankan maupun perusahaan pembiayaan—berlomba menerapkan sejumlah strategi jitu agar tetap mampu bertahan dan makin memperluas pangsa pasarnya.

Di antara sejumlah strategi yang banyak dilakukan perusahaan penerbit saat ini, mereka terlihat makin selektif dalam mempertahankan jenis kartu kredit yang disukai dan dibutuhkan pasar, berlomba memanjakan konsumen dengan berbagai fasilitas dan layanan teknologi tinggi, serta mencoba meluncurkan produk kartu kredit baru yang inovatif dan diminati pasar.

Di samping itu, strategi lainnya yang tidak kalah penting untuk menarik minat konsumen adalah tingkat suku bunga yang ditawarkan, kemudahan persyaratan menjadi anggota—seperti syarat gaji minimum per tahun dan besarnya iuran tahunan, serta besarnya denda yang dikenakan jika terjadi keterlambatan pembayaran. Sejumlah faktor inilah yang turut mewarnai ketatnya persaingan di antara para pelaku bisnis kartu kredit di Indonesia dalam kompetisi merebut pangsa pasar seoptimal mungkin. (Majalah MARKETING)

Grab Pasar Dengan Intikom Community Movie Buzz

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]
Yolla Chairunnisa, Public Relations & Marketing Communications PT Intikom Berlian Mustika
Yolla Chairunnisa, Public Relations & Marketing Communications PT Intikom Berlian Mustika

Sebagai salah satu langkah strategi dalam pengembangan pasar, PT Intikom Berlian Mustika menyelenggarakan acara nonton bareng bersama para customer dengan tema “Intikom Community Movie Buzz”. Kegiatan yang berlangsung di Blitzmegaplex, Grand Indonesia Selasa (22/12) lalu itu, juga menggelar seminar tentang IBM & Stream Product Update yang dihadiri ratusan orang dari beragam perusahaan.

“Setiap event yang kami gelar ditujukan sebagai salah satu langkah strategi dalam pengembangan pasar. Lewat kegiatan ini kami tawarkan pula produk piranti lunak, hasil buah karya Intikom sendiri, yaitu Stream Applications,” terang Yolla Chairunnisa, Public Relations & Marketing Communications PT Intikom Berlian Mustika.

Dalam kesempatan itu, turut hadir Tjin Chendra – Kepala Seksi Pengembangan Software BPK Penabur Jakarta, yang memberikan testimonial tentang Intikom.

“Sebelum bekerja sama dengan Intikom, kami mengalami kendala karena sistem yang kami gunakan tidak dapat memfasilitasi kebutuhan dari BPK Penabur. Dari pengalaman kami selama ini, Intikom selalu memberikan suatu pelayanan yang sangat baik. Khususnya, dari sisi aplikasi, Stream sangat qualified, budget pun bisa disesuaikan, serta reputasi Intikom yang sangat baik. Dan yang paling penting menurut kami adalah keberadaan reputasi itu,” paparnya.

Acara yang terselenggara berkat kerjasama dengan PT IBM Indonesia ini juga menghadirkan Andreas Fender – Product Specialist dari IBM, yang menyampaikan presentasi produk IBM System X and Blade Center Portfolio. (Harry Tanoso/Majalah MARKETING)

Fastron Gold 5W-30 API SN, Pelumas Teknologi Terbaru

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]
Saat Peluncuran Fastron Gold 5W-30 API SN di Jakarta
Saat Peluncuran Fastron Gold 5W-30 API SN di Jakarta

Baru-baru ini Pertamina meluncurkan produk pelumas baru yang merupakan varian produk Fastron yaitu  Fastron Gold 5W-30 API SN. Produk oli sintetik untuk kendaraan roda empat ini, diluncurkan untuk menjawab perkembangan teknologi beberapa merek kendaraan roda empat saat ini.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina –  Djaelani Sutomo saat acara peresmian peluncuran produk di FX Plaza – Jakarta, beberapa waktu lalu mengatakan, “Kami targetkan produk ini untuk pasar dalam negeri, seiring dengan banyaknya mobil kelas premium di Indonesia,“ papar Djaelani.

Sementara itu, President Director Mercedes Benz Indonesia – Rudi Borgenheimer membenarkan keandalan Fastron Gold 5W-30 API SN di dunia otomotif, sebagai produk terbaik di kelasnya. Terbukti Fastron Gold telah lulus dyno test dengan hasil yang sangat memuaskan dibandingkan dengan merek lain dengan tingkat kekentalan yang sama.

“Dyno test ini dilakukan pada mobil Mercedes Benz C-Class dan Compressor. Keunggulan Fastron Gold terutama dirasakan saat mobil dipacu pada rpm tinggi dimana Fastron Gold mampu mengatasi heat yang ada dan dari segi power pun tidak terkalahkan,” jelas Rudi.

Berangkat dari kesuksesan ini, Pertamina Fastron Gold 5W-30 API SN dipercaya oleh Mercedes Benz Indonesia untuk digunakan sebagai Pelumas Resmi di Event Mercedes Benz Pertamina Fastron C-Class Touring Championship yang diselenggarakan pada tanggal 04 – 05 Desember 2010  lalu di Sentul. (Harry Tanoso/Majalah MARKETING)

Internal Service Quality

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Pertanyaan:

Pengalaman pelanggan memang penting.  Pengalaman karyawan ketika saling melayani sesama karyawan menurut saya juga penting. Jika tidak ada semangat saling melayani, adakah kualitas pelayanan? Kemudian, manakah yang lebih utama, Bu?

SIT, tinggal di Jakarta Utara

 

Jawab:

Menciptakan pengalaman adalah kata kunci perusahaan jasa. Saat ini pun, perusahaan non jasa juga berfokus untuk menciptakan pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman pelanggan. Jelas sumbernya dari dalam tubuh perusahaan. Ibarat atlet yang bertanding atau berinteraksi dengan lawan, jika tubuhnya sakit, apakah mungkin dia optimal dalam melakukan interaksi? Tubuh terdiri dari fisik dan emosi. Jika salah satu sakit, maka tidak mungkin interaksi menjadi optimum. Di sinilah peran penyehatan tubuh dan emosi organisasi. Penyehatan tubuh organisasi artinya penyehatan fungsi-fungsi, bagian per bagian, dalam organisasi. Penyehatan emosi adalah penyehatan keadaan temperatur—temperatur bisa naik-turun, maka perlu dijaga.  Penjaganya adalah para pimpinan atau leader dalam perusahaan. Terlalu panas juga menyebabkan kegerahan, terlalu dingin menyebabkan kebekuan.

Internal service quality memastikan temperatur dalam perusahaan “nyaman”. Bagaimana ini bisa terjadi? Kaitannya dengan kepemimpinan atau leadership. Jika ada suatu masalah dengan perusahaan—terutama yang berhubungan dengan soal panas dan dinginnya suatu hubungan kerja, maka leader haruslah mengetahui terlebih dahulu dan segera melakukan adjustment.  Mengapa? Karena temperature control ada padanya. Perusahaan Anda harus memastikan temperature control berfungsi. Maka, para leader harus berfungsi sebagai leader, baru bisa terbentuk pengalaman yang menyenangkan. Selamat bekerja. (www.marketing.co.id)

Intikom Gelar Workshop

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Peserta Workshop Refresh Your Mind - Intikom
Peserta Workshop Refresh Your Mind - Intikom

Bertempat di Aula Graha Intikom, Rabu-Kamis (15-16/12) lalu, PT Intikom Berlian Mustika menyelenggarakan workshop pelatihan pembuatan proses SPT pada aplikasi STREAM—aplikasi resmi yang dibuat oleh Intikom—bagi mereka para pengguna yang berasal dari kalangan Human Resources (HR) pada setiap perusahaan.

Seperti dijelaskan oleh Subono Handoko, Senior Manager Stream Applications, tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk mengingatkan kembali para pengguna Stream Payroll akan proses perhitungan pajak tahunan.

Dengan mengusung tema “Refresh Your Mind in SPT Process”, acara yang dihadiri oleh 31 perusahaan ini ditutup dengan presentasi dari Erwin Elias, Kepala Divisi Enterprise Application & Services (EAS) yang membagikan pengalaman Intikom dalam melakukan penghematan biaya komunikasi dan perjalanan dinas serta meningkatkan produktivitas karyawan melalui teknologi Unified Communications dari Microsoft. Media Komunikasi ini berbasis software yang memungkinkan karyawan berinteraksi dengan mudah melalui e-mail, instant messaging, video call, voice call, video conference, dan bahkan melakukan virtual meeting.

Yolla Chairunnisa, Public Relations & Marketing Communications PT Intikom Berlian Mustika menambahkan, “Pengguna saat ini memiliki banyak pilihan dengan beragamnya aplikasi serupa Stream Payroll yang ada di pasaran. Kami sangat menyadari hal ini dan kami juga sadar bahwa kepuasan klien adalah asset kami yang paling berharga, karena hal tersebut yang menjadi modal terciptanya loyalitas produk aplikasi yang telah mereka beli. Hal tersebut kami upayakan dengan cara melakukan optimalisasi layanan purna jual, ditambah dengan melakukan terobosan-terobosan baru, dan dijaga dengan komitmen after-sales service yang kuat, bukan sekedar janji.” (Harry Tanoso/Majalah MARKETING)