Krisis Identitas, Bagaimana Apple menghadapinya?

tim cook ceo apple
Tim Cook CEO Apple. Photo softpedia.com

Marketing.co.id – Apple tengah mengalami krisis indetitas di bursa Wall Street. Perusahaan besutan mendiang Steve Jobs ini menghadapi situasi yang baru pertama kali terjadi di Apple dalam satu dasawarsa terakhir.

Para mengamat memprediksi, sepertinya Apple akan melaporkan penurunan penerimaan year-on-year. Selain itu, Apple juga sedang bergelut dengan para investor yang cemas serta anjloknya saham.

Kapitalisasi pasarnya merosot sejak sahamnya mencapai rekor tertinggi pada angka $702,10 bulan September lalu.

Sebagian besar kekhawatiran para investor berakar pada bagaimana Wall Street memperlakukan dan menilai Apple sebagai produsen perangkat keras tradisional.

Sejumlah pengamat dan penanam modal mengatakan ada bukti kuat yang menyiratkan bahwa Apple seharusnya dipandang dari sisi lain: perusahaan peramu perangkat lunak sekaligus perangkat keras.

Perbedaan itu memiliki arti penting jika Apple terus dilihat sebagai usaha perangkat keras. Jajaran produk Apple – yang digerakkan oleh barang-barang seperti iPhone dan iPad – dapat tersingkir dengan cepat karena smartphone dan tablet diproduksi dengan skala besar dan selera konsumen berubah.

Pelajaran itu sangat membekas bagi perusahaan seperti Reseach In Motion, produsen BlackBerry yang teknologi perangkat kerasnya dengan cepat dibenamkan oleh kedua produk Apple tersebut.

Jika Apple digolongkan sebagai perusahaan campuran perangkat lunak dan perangkat keras, ia akan mendapat nilai lebih. Sejumlah produsen perangkat lunak mencatatkan pemasukan bagus dan diperdagangkan dengan price-to-earning ratio lebih tinggi daripada produsen perangkat keras.

“Pasar melihat Apple sebagai perusahaan perangkat keras yang terikat dengan siklus produk. Ini mendorong bergejolaknya pemasukan dan penerimaan,” ujar analis dari Morgan Stanley, Katy Huberty.

Namun menurutnya, pandangan itu tidak menyeluruh, karena para konsumen Apple membeli yang menawarkan kemudahan, serupa dengan yang ditawarkan perusahaan seperti Amazon.

Apple memiliki karakteristik yang berbeda dari banyak perusahaan perangkat keras lain. Para pelanggannya sering membeli produk Apple secara rutin setiap tahun.

Sistem operasi dan perangkat lunak iTunes sudah dipakai banyak orang. Apple juga memiliki 500 juta akun pengguna Apple Store – sebuah basis pelanggan, target bagi produk-produk layanan baru.

Apple membukukan pemasukan sebesar US$3,7 miliar dari iTunes dan perangkat lunak serta jasa lainnya pada triwulan keempat tahun lalu atau 7% dari seluruh pemasukannya.

Hasilnya, Apple bisa memiliki sifat-sifat mirip dengan perusahaan pengembang perangkat lunak, seperti perusahaan jasa dan perangkat keras penyimpanan, EMC Corp.

Direktur utama Apple Tim Cook telah melobi Wall Street untuk mengubah pandangan pasar demikian. Tapi, mekipun Wall Street mengubah pandangannya tentang Apple sebagai perusahaan yang meramu perangkat lunak dan perangkat keras, duka perusahaan itu belum berakhir.

Pada forum yang mempertemukan para investor Februari lalu, Cook mengatakan, “Kami bukan perusahaan perangkat keras. Kami punya jalan lain mencatatkan penerimaan dan membalas pemegang saham.”

Menurut Cook, perusahaan tidak memandang penjualan produk sebagai ujung dari hubungan dengan pelanggan. Tapi justru   itu yang menjadi pangkalnya.

Sumber: WSJ.COM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here