Pamerkan Karya Anak Bangsa, Atmajaya Timbulkan Kecintaan Pada Produk Lokal

Hingga kini, paradigma tentang impor lebih baik daripada lokal memang masih bertengger di banyak kepala penduduk Indonesia. Coba perhatikan, bagaimana buasnya merek luar menguasai pasar dalam negeri.

Melihat fenomena tersebut, Erwin Suryadi, akademisi dari Universitas Atmajaya coba untuk menimbulkan kembali rasa cinta serta kekaguman terhadap merek lokal.

Demi menunjang hal tersebut, Erwin pun lantas mengintruksikan kepada mahasiswanya di kelas Negosiasi Bisnis untuk membuat sebuah pameran mobil listrik dalam “Atmajaya Business Week 2014”, yang terselenggara dari Rabu 26 Februari hingga Jumat 28 Februari 2014.

“Saya sih pengennya kita menghargai produk dalam negeri, bahkan kalau bisa menjadi market leader dalam beberapa hal. Pameran ini akan membuat banyak orang tahu bahwa kita (Indonesia) juga bisa memproduksi barang yang inovatif,” papar Erwin, ketika ditemui di hari kedua

“Tujuan lainnya adalah untuk merangsang para mahasiswa kita untuk terus berinovasi. Inovasi itu kan berkaitan erat dengan bisnis dan marketing,” tambahnya.

Pada acara yang diselenggarakan selama tiga hari itu, mereka tidak hanya memajang duet mobil listrik ‘Seno’ dan ‘Gendhis’ saja, tapi juga airboat produksi dalam negeri yang bisa dikendarai di darat, air, hingga rawa.

Mobil Listrik dalam Dunia Industri

Seno, Mobil Sport Listrik karya anak bangsa yang dipamerkan di Atmajaya
Seno, Mobil Sport Listrik karya anak bangsa yang dipamerkan di Atmajaya

Di dunia industri otomotif sendiri, mobil listrik telah menjadi sebuah proyek masal. Di mana tiap negara berlomba-lomba untuk membuat kendaraan tanpa bahan bakar minyak. Selain tidak ramah lingkungan, mobil listrik juga lebih hemat biaya dan akan mampu mengurai pembiayaan APBN untuk subsidi BBM.

“Untuk menempuh jarak 220 km atau setara dengan Jakarta-Bandung misalnya, mobil listrik hanya memakan biaya sekitar Rp 40 ribu (perhitungan untuk listrik pra bayar). Sementara BBM, bisa habis 120 ribu,” jelas Ricky Elson, pengembang mobil listrik dari Kupu-Kupu Malam dan Pandawa Putra Petir.

Namun harganya masih terbilang mahal, karena dibuat dengan kualitas premium. Tidak hanya itu, biaya untuk produksi baterai lithium yang dapat menggerakkan mobil listrik pun masih terbilang sangat mahal.

Alhasil, untuk Seno yang berwujud mobil Sport, harganya sekitar Rp 1 milyar, sementara Gendhis yang berjenis MPV kurang lebih Rp 2 milyaran. Tapi itu untuk prototype, jika di produksi secara masal, Seno bisa seharga Rp 700 jutaan dengan kualitas premium.

Semangat terus deh ya buat Indonesia. Terus berkarya dan keep inovatif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here