Untuk pertama kalinya Kekhawatiran akan Toleransi Antar Agama muncul pada urutan lima teratas hal-hal yang menjadi kekhawatiran utama konsumen di Indonesia. Demikian hasil temuan “Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intention” yang dirilis baru-baru ini .
Sebanyak 25% konsumen mengatakan bahwa mereka khawatir akan kondisi Toleransi Antar Agama pada kuartal keempat 2016; sama banyaknya dengan konsumen yang menyatakan Khawatir akan kondisi Stabilitas Politik (25%), yang meningkat dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu yang hanya sebesar 13%.
“Jelang Pilkada, adanya kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Ahok yang kemudian diikuti dengan aksi 411 berdampak cukup signifikan pada keyakinan konsumen Indonesia pada kuartal terakhir tahun lalu, sehingga memunculkan kekhawatiran akan kondisi Toleransi Antar Agama dan Stabilitas Politik.” ujar Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia.
Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen Global di kuartal akhir 2016 meningkat tiga poin menjadi 101 dibandingkan dengan kuartal pertama di tahun tersebut. Sementara itu Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia tercatat turun dari 122 di kuartal ketiga tahun lalu menjadi 120 pada kuartal keempat. Meskipun turun dua poin, Indonesia masih berada dalam urutan teratas 5 negara teroptimis di dunia setelah India (136), Filipina (132), dan Amerika Serikat (123); dan berada di atas Vietnam (112).
Turunnya Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia dipengaruhi oleh dua indikator yang mengalami penurunan. Pertama, optimisme mengenai Kondisi Keuangan Pribadi dalam 12 Bulan Mendatang dengan skor 81 (turun tiga poin dibandingkan dengan kuartal sebelumnya) dan (2) Keinginan Berbelanja dalam 12 Bulan Mendatang dengan skor 59 (turun satu poin dari kuartal sebelumnya). Kedua, optimisme mengenai Prospek Lapangan Kerja dalam 12 Bulan Mendatang stabil di skor 68 sejak kuartal ketiga 2016.
Pada kuartal terakhir tahun lalu, persepsi konsumen Indonesia mengenai resesi ekonomi juga memburuk. Konsumen Indonesia yang berpendapat bahwa saat ini negara sedang berada dalam keadaan resesi ekonomi meningkat menjadi 54 persen dibanding kuartal sebelumnya yang hanya 47 persen.
Tampaknya persepsi tersebut berdampak pada cara konsumen membelanjakan dana cadangan mereka, dimana konsumen yang menggunakan dana cadangannya untuk menabung menjadi lebih sedikit. Jika di kuartal ketiga 2016 ada 77% konsumen Indonesia yang memilih menggunakan dana cadangannya untuk menabung, pada kuartal keempat jumlah ini menurun menjadi 71%. Di sisi lain, konsumen yang menggunakan dana cadangan untuk berinvestasi di pasar saham atau reksa dana sedikit meningkat dari 28% di kuartal ketiga menjadi 30% di kuartal keempat tahun lalu.
Terkait penghematan biaya rumah tangga, pada kuartal ini konsumen online Indonesia yang memilih untuk Mengurangi Belanja Baju Baru meningkat menjadi 49 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 47 persen. Disusul oleh konsumen yang memilih Mengurangi Hiburan di Luar Rumah (46%), Menunda Mengganti Teknologi Baru (43%), Mengurangi Biaya Liburan (40%) dan Mengurangi Membeli Makanan Siap Antar (35%).
Pada kuartal keempat tahun 2016 ini, kekhawatiran konsumen Indonesia akan Kondisi Ekonomi turun menjadi 26% dibandingkan kuartal sebelumnya (31%).
Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions dilaksanakan pada 31 Oktober – 18 November 2016 dan mensurvei lebih dari 30.000 konsumen online di 63 negara. Meskipun metode survei online dapat menjangkau skala yang besar secara global, survei ini hanya memberikan perspektif dari kebiasaan pengguna internet, bukan populasi total.
Tony Burhanudin