Marketing.co.id – Media sosial memiliki kekuatan yang luar biasa. Hampir tiap hari kita menggunakan media sosial – baik untuk komunikasi personal, promosi diri atau pemasaran.
Berdasarkan data dari Google, hampir 60% orang-orang berinteraksi secara online daripada berinteraksi dalam dunia nyata. Persentase tersebut bisa sangat menguntungkan bagi sebuah perusahaan jika memasarkan jasa atau produknya secara online.
Bagaimana Wynda Mardio – pemilik restoran Steak Hotel by Holycow – memanfaatkan media sosial – khususnya Twitter – untuk meraih sukses dalam bisnis kulinernya? Berikut petikan wawancara kami:
Kampanye Holycow di Twitter terbilang sukses, bagaimana dan apa yang membuat Holycow sesukses itu dan gaungnya sebesar itu?
Waktu awal kami buka restoran Steak Hotel by Holycow! tahun 2010, belum banyak yang menggunakan Twitter sebagai media marketing. Ada beberapa alasan kenapa kami menggunakan Twitter ini:
Pertama, pada waktu itu kami tidak punya budget marketing. Jangankan memikirkan budget marketing bisa buka warung ini aja sudah bersyukur.
Kedua, kebetulan suami adalah orang advertising. Dialah yang waktu itu bilang bahwa masa depan Twitter ini bagus sekali. Jadi, kenapa kita tidak pakai sekarang. Akhirnya kami membuat akun Twitter @Holycow_Radal.
Saat itu pengguna Twitter itu early adopter dan memang belum terlalu banyak seperti sekarang ini. Saat itu Twitter is so fun, karena tidak ada iklan dan tidak ada apa-apa. Isinya benar-benar fun. Mungkin itulah yang membuat Twitter kami bisa jalan.
Kami juga berusaha menjadikan Twitter kami sebagai wadah komunikasi antara kami dengan pelanggan. Komunikasi dua arah. Misalkan pelanggan tanya jam buka, menu, atau complain kami akan menjawabnya.
Jangan mentang-mentang complain terus tidak dibalas, giliran yang bagus-bagus di-retweet. Karena orang akan berpikir “giliran dipuji aja di re-tweet, giliran di complain diam saja.”
Twitter itu bagus sekali. Apapun bisa sampai dengan cepat. Namun jeleknya, karena forum terbuka semua orang bebas sebebas-bebasnya, tidak ada kontrol.
Complain setiap hari itu pasti ada. Yang penting presentasinya bagaimana. Kalau masih di bawah 10%, saya rasa itu wajar karena tidak mungkin semua orang puas dengan satu tempat.
Sebagus apapun tempat itu pasti ada complain-nya. Jadi kita hanya tetap melakukan yang terbaik, sisanya biar customer yang tentukan.
Apakah ada tim sendiri yang menangani media sosial, dan adakah media sosial lain?
Ada. Awalnya saya menanganinya sendiri. Namun, lama-lama tidak sanggup karena harus maintenance juga. Kemudian, saya membentuk tim yang khusus menangani marketing dan digital marketing.
Kami juga memiliki akun Facebook. Di Facebook kami lebih ke fans page, karena orang jaman sekarang sepertinya sudah tidak terlalu into Facebook. Kami juga ada website, di situ ada forum dan Anda bisa nulis langsung.
Kapan tim ini terbentuk dan kenapa merasa perlu ada tim sendiri?
Saya ingin bisnis ini berkembang ke arah profesional. Jadi, kalau misalkan UKM perusahaan kecil biasanya jabatan sih keren ya saya CEO, tapi semuanya dikerjakan sendiri sampai urusan dapur pun ikut turun, “jadi sebenarnya jabatan kamu apa?”
Kalau terus seperti ini, saya tidak akan bisa berkembang ke next level. Ibaratnya jadi UKM terus sementara kami ingin UKM ini menjadi brand besar.
Untuk menjadi brand besar pastinya harus ada posisi-posisi yang digantikan. Tidak mungkin saya ngurusin semuanya sendiri, akhirnya sekarang aku bikin tim.
Juga, untuk menjadi brand besar kita butuh planning dan tim yang strategis untuk mewujudkan cita-cita ini. Dengan demikian, saya bisa fokus ke bisnis, sementara yang lain bisa fokus di masing-masing divisinya.
Ini eranya internet, kalau internet tidak di-maintenance apa jadinya kita, sementara kita brand yang mulainya saja dari media sosial.
Ada tips dan trik bagaimana menjalankan kampanye twitter? Karena kampanye twitter itu sebenarnya “tricky” susah-susah gampang…
Intinya sih jangan spamming orang terus menerus, orang akan bosan. Posisikan diri kita sebagai customer, kita ingin lihat yang seperti apa sih. Kemudian harus responsif dalam arti ini adalah media dua sisi. Kita harus jawab keluhan, tanggapan, masukan, dan ide-ide mereka.
Dengan begitu banyak yang kita bisa serap dari customer, mereka merasa sererti “Ini ide gue, dipakai lho..”
Satu hal yang kami dapat dari Twitter adalah nama maskot kita “Si Buddy”. Customer memberi nama kenapa nggak ‘Buddy’ aja, Buddy Holly. Kan lagunya Weezer itu Buddy Holly. Sampai sekarang nama Buddy itu terus melekat.
Sumber photo: www.hellocarnivores.com