Jasa Keuangan Indonesia Berkembang Pesat, Tapi …

Jasa keuangan Indonesia berkembang pesat, tetapi keamanan siber akan menentukan ketahanan sektor ini

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Percepatan digitalisasi sungguh telah mengubah cara kita bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu, perusahaan perlu berpikir ulang tentang strategi penyelenggaraan layanan mereka. Bidang perbankan misalnya, yang menurut situs ey.com sudah menyalip e-commerce di pertengahan pertama 2022, dalam hal perolehan pendanaan dan pengumpulan modal.

Norma-norma baru telah menciptakan peluang yang luar biasa besar, tetapi juga memunculkan banyak pertanyaan penting tentang masa depan industri perbankan, jasa keuangan, dan asuransi (BFSI).

Bagi perusahaan jasa keuangan tradisional, pastinya terdapat masalah eksistensi di tengah munculnya pemain-pemain teknologi finansial yang lebih lincah. Di Indonesia, contohnya, situs ey.com menemukan bahwa hampir setengah populasinya sudah memiliki produk atau layanan dari neobank —ini menandakan sengitnya persaingan industri ini.

Kendati banyak BFSI tradisional sudah menunjukkan keinginan untuk mengadopsi model bisnis digital baru, landasan untuk kepuasan nasabah dan inovasi adalah kepercayaan, keamanan, dan ketangguhan. Sentimen ini digaungkan oleh IDC sebagai tiga area strategis teratas untuk diprioritaskan sebagai persyaratan dari transformasi digital jasa keuangan.

Kepatuhan dan Kinerja Keuangan: Pedang Bermata Dua

Disrupsi memang menciptakan peluang dan tantangan, tetapi risiko dan agenda perlindungan regulasi tetap menjadi fokus utama yang harus disikapi oleh institusi di Indonesia.

Pada akhirnya, kepatuhan juga terkait dengan kinerja keuangan dan upaya memenuhi kebutuhan nasabah dan investor yang semakin meningkat. Sebagai hasilnya, inovasi dan transformasi yang berpusat pada bisnis akan menjadi sangat penting dalam mengatasi ketegangan ini dan memastikan imbal balik yang berkelanjutan.

Di satu sisi, hal ini akan meningkatkan kepercayaan, yang ditemukan situs ey.com  sebagai alasan utama bagi 91 persen nasabah Indonesia saat memilih layanan perbankan. Hal ini juga memengaruhi kemampuan penyedia layanan untuk membina hubungan dengan nasabah, sekaligus mempertahankan kebijakan privasi tinggi yang melindungi kepentingan nasabah mereka.

Di saat bersamaan, hal ini juga memampukan inovasi yang dengan mulus memenuhi kebutuhan finansial dengan aman. Nilai penting yang terlihat jelas di sini, seperti penemuan situs ey.com, adalah bahwa 70 persen orang Indonesia sangat tertarik dengan aplikasi ‘super’ sebagai platform tunggal untuk memenuhi seluruh kebutuhan perbankan mereka dengan aman.

Memperoleh Visibilitas dengan Teknologi

Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi regulasi dan memenuhi kebutuhan nasabah, BFSI perlu mengadopsi pendekatan zero trust untuk memperoleh visibilitas. Zero trust mewajibkan autentikasi dan otorisasi dilakukan tiap kali akses diberikan kepada sumber tertentu pada tiap transaksi.

Di Eropa, 55% Lembaga keuangan sudah menggunakan bentuk strategi zero trust tertentu untuk otorisasi dan autentikasi. Mengadopsi zero trust di BFSI akan menggeser paradigma tradisional, dari kepercayaan penuh pada pengguna dan sumber dalam perimeter statis dan berbasis jaringan ke sebuah model autentikasi yang berfokus pada pengguna, aset, dan sumber.

Akselerasi digital sangat penting dalam persaingan di pasar keuangan masa kini. Namun, risiko tetap ada. Pertama, pastikan karyawan mendapat pelatihan dan pengembangan kemampuan dalam hal teknologi perusahaan.

Kedua, pemanfaatan set data besar dapat membantu mengidentifikasi potensi kesulitan sebelum menjadi besar. Satgas Waspada Investasi (SWI) adalah contoh yang baik, menggunakan analitik data besar untuk mengidentifikasi aktivitas jasa keuangan ilegal dan mengambil langkah pencegahan untuk melindungi masyarakat dari penipuan berkedok investasi. Upaya ini dapat dilengkapi pihak industri dengan menggunakan pendekatan zero trust yang kuat, yang juga memampukan pemain untuk berbagi data dengan aman dan memitigasi risiko siber.

Keamanan Siber: Upaya Kita Bersama

Melalui langkah-langkah keamanan siber yang didasarkan pada zero trust, kepatuhan menjadi tidak terlalu menakutkan karena perusahaan berada di posisi yang bisa memastikan bahwa data dan transaksi mereka terlindungi dengan lebih baik. Walaupun ini bukan tugas sederhana untuk dilakukan sendiri oleh pihak BFSI, bekerja sama dengan vendor dan mitra dapat lebih membuahkan manfaat.

Terutama jika vendor dan mitra ini berkomitmen terhadap keterbukaan dan integrasi lintas vendor. Saat vendor bekerja sama di seluruh lanskap ancaman, gabungan produk mereka lebih kuat dibanding bagian-bagiannya, sehingga memperdalam tingkat perlindungan siber Anda. Berbagi inteligensi ancaman memberikan cara yang lebih efektif untuk mendeteksi abnormalitas dalam transaksi uang dengan platform keamanan, orkestrasi, automasi, dan respons (SOAR).

Namun, nilai kemitraan semacam ini juga mencakup pengalaman nasabah yang bisa diberikan BFSI. Dengan memastikan mitigasi risiko melalui strategi keamanan siber yang gencar, BFSI dapat memanfaatkan data dan teknologi awan untuk memicu perjalanan transformasi menuju digital-first.

Artikel ini dikirim dan ditulis oleh Edwin Lim, Country Director of Indonesia, Fortinet

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here