Iklan Pemerintahan dan Politik Kian Seksi

Politik_01Iklan pemerintahan dan organisasi politik nilainya terus meningkat dan menjadi lumbung pendapatan media cetak.

Tiap menjelang Pemilu Legislatif dan presiden, banyak politisi maupun parpol yang mencuri start. Mereka berupaya sedini mungkin membangun awareness meski biaya yang dikeluarkan untuk itu sangat besar.

Anda mungkin saja terganggu dengan iklan politik, apalagi banyak tokoh politik tersandera kasus korupsi. Tapi, sadarkah Anda iklan politik mendatangkan berkah tersendiri bagi media massa?

Sampai dengan kuartal III tahun 2013, pertumbuhan iklan organisasi politik jika digabungkan dengan iklan pemerintahan mencapai 61% dengan nilai Rp 4,7 triliun.

Pertumbuhan iklan pemerintahan dan organisasi politik lebih tinggi dari iklan mi instan yang tumbuh 58% dengan raihan angka Rp 1,5 triliun, namun masih di bawah pertumbuhan iklan kopi dan teh yang naik 81% menjadi Rp 2,3 triliun.

Sementara itu, belanja iklan nasional mencapai Rp 78,5 triliun hingga kuartal III, meningkat 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Politik_02Menurut Irawati Pratignyo, Managing Director Audience Measurement Nielsen Indonesia, hampir semua top kategori iklan tumbuh, kecuali kategori motor yang turun 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp1,6 triliun. (Data belanja iklan mengacu pada belanja iklan kotor yang dicatat dari rate card yang dikeluarkan oleh tiap media [TV, surat kabar, majalah, dan tabloid], tanpa memperhitungkan diskon, promosi, atau paket penjualan lainnya.)

Bicara mengenai iklan Pemilu, seperti pada dua Pemilu sebelumnya, iklan jenis ini mulai ramai jelang Pemilu Legislatif pada April dan Pemilu Presiden di bulan Juli tahun 2014.

Bercermin pada Pemilu 2009, belanja iklan pemerintahan dan organisasi politik naik dua kali lipat pada Maret dan Juni, masing-masing menjadi sebesar Rp 500 miliar dan Rp 400 miliar. Menariknya, pemasang iklan kategori ini lebih memilih media cetak daripada televisi.

Fenomena tersebut sudah terjadi pada pemilu 2009. “Sejak tahun 2007, iklan pemerintahan dan organisasi politik lebih banyak dialokasikan di media cetak, dengan proporsi sekitar 30:70 antara TV dan media cetak,” jelas Irawati.

Nielsen Indonesia juga mencatat, ada kenaikan porsi belanja iklan kategori pemerintahan dan organisasi politik dari Pemilu 2004 ke Pemilu 2009. Pada tahun 2004, porsi iklan kategori ini adalah sebesar 3% dari total belanja iklan (kotor) media yang sebesar Rp 22 triliun.

Sementara pada tahun 2009, porsi belanja iklan kategori ini naik menjadi 7% dari total belanja iklan (kotor) media yang sebesar Rp 48,5 triliun. Hingga kuartal III tahun 2013, porsi belanja iklan pada kategori pemerintahan dan organisasi politik mencapai sebesar 6% dari total belanja iklan nasional yang mencapai Rp 78,5 triliun.

Iklan pemerintah dan organisasi politik berperan cukup penting terhadap pertumbuhan belanja iklan media cetak. Dibandingkan tahun lalu, belanja iklan di media cetak hingga kuartal III tahun 2013 naik 13% menjadi Rp 25 triliun.

Pertumbuhan positif ini antara lain ditopang iklan kategori pemerintahan dan organisasi politik yang naik dua kali lipat dari tahun lalu, menjadi Rp 3,3 triliun. Kategori teratas lainnya adalah korporasi dan layanan sosial, yang tumbuh 11% menjadi Rp 2 triliun, dan kendaraan pribadi yang tumbuh 42% menjadi Rp 1,8 triliun.

“Melihat pertumbuhan belanja iklan pada kategori pemerintahan dan organisasi politik yang cukup besar, diperkirakan hingga pelaksanaan Pemilu tahun 2014, kategori ini masih akan memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pertumbuhan belanja iklan di media cetak,” tutur Irawati.

Irawati menjelaskan, porsi belanja iklan di televisi masih yang paling besar dibandingkan media lainnya. Pada semester I tahun 2013, porsi belanja iklan di TV sebesar 68%, atau lebih besar dari tahun lalu yang sebesar 64% dari total belanja iklan. Sementara itu, sampai kuartal III, belanja iklan di TV tumbuh 28% dibandingkan tahun lalu, menjadi Rp53,4 triliun.

Adapun tiga kategori belanja iklan terbesar yang mendukung pertumbuhan ini antara lain produk perawatan rambut (naik 19% menjadi Rp 3,5 triliun), telekomunikasi (naik 11% menjadi Rp 2,5 triliun), dan produk perawatan wajah (naik 13% menjadi Rp 2,3 triliun).

Iklan berkategori pemerintahan dan organisasi politik, telekomunikasi, produk perawatan rambut dan wajah, serta korporasi dan layanan sosial diprediksi masih akan mendominasi belanja iklan di media pada tahun 2014.

Jangan lupa di tahun ini ada hajatan Piala Dunia. Siaran pertandingan Piala Dunia diprediksi akan mendorong belanja iklan kategori health drink, mi instan, dan fast food.

Sumber: Majalah MARKETING

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here