Dari Mana Datangnya Ide?

Apa yang paling ingin dilakukan perusahaan pada zaman sekarang? Berinovasi. Tapi, apa yang paling takut dilakukan oleh perusahaan? Ternyata, juga berinovasi.

Setiap kali bertemu dengan berbagai kalangan bisnis, satu hal yang selalu digema-gemakan adalah soal inovasi. Namun, kebanyakan perusahaan justru tidak mampu menggerakkan yang namanya inovasi di dalam perusahaan. Ide mungkin paling mudah muncul. Tetapi, perusahaan sering kali sulit menerima sesuatu yang di luar kaidah, out of the box, bahkan terkesan acak dan asal-asalan.

Kalau kita tidak berpedoman pada keacakan, mungkin inovasi tak akan terjadi. Esensi dasar dari sebuah ide yang berujung pada inovasi memang pada soal dinamika berpikir, keacakan, dan bahkan chaostic. Sesuatu yang (banyak yang bilang) dipengaruhi oleh otak kanan, dibandingkan otak kiri yang serbarapi dan terstruktur.

Banyak ide penemuan datang juga karena peristiwa yang random di dalam hidup si penemu. Teori gravitasi muncul pada saat Newton sedang tiduran di bawah pohon apel. Paul McCartney mendapatkan ide untuk menciptakan lagu fenomenalnya “Yesterday” melalui mimpi. Demikian pula Stephen King memperoleh ide beberapa novelnya juga lewat mimpi. “Ideas come from space. This may seem astonishing and impossible to believe, but it’s true. Ideas come from out of space”, kata Thomas Alfa Edison. Tidak ada sistematika yang menata hari khusus bagi si penemu untuk berpikir dan berinovasi.

Oleh karena itu, mencoba mengombinasikan beberapa hal yang acak dan tidak berhubungan adalah bagian dari upaya menggali ide. Dari berbagai hal yang tidak relevan itulah baru dicari relevansinya. Irwan Hidayat membuat iklan bersama antara Jamu Sido Muncul, Teh Sosro, dan Kacang Dua Kelinci. Langkah yang out of the box untuk mengaitkan jamu, minuman, dan kacang? Bagaimana dengan produsen komputer Apple yang mengeluarkan pemutar musik (iPod) dan kemudian handphone (iPhone)? Atau, es krim Walls yang dijual di apotik? Jualan mobil di supermarket?

Setiap kali menyelenggarakan Marketing Idea Competition, Majalah MARKETING selalu mengadakan roadshow seminar di kampus-kampus. Sekalipun ini merupakan kompetisi ide di bidang marketing, namun kami mengundang orang-orang seperti Mira Lesmana (sutradara), Piyu Padi (pemusik), atau Ipang (pemusik), dan bukan ahli marketing. Simple saja, kalau ingin ide Anda bisa dipasarkan, carilah ahli marketing. Tapi, kalau mencari ide untuk dipasarkan, mungkin Anda harus mencari orang di luar dunia marketing.

Tentu saja, tidak semua ide bisa masuk akal untuk diterapkan, apalagi dipasarkan. Anda mungkin harus membuang ratusan ide sebelum memasarkan satu ide. Namun, banyak perusahaan yang sudah keburu menghambat hal-hal yang keluar dari kaidah. Apalagi yang bersifat acak dan asal-asalan. Alasan terbesarnya memang cuma satu: risiko yang tidak berani mereka tanggung, atau malu berhadapan dengan market dan competitor yang mungkin awalnya akan bingung atau menertawakan hal yang nyeleneh itu.

Killing the sacret cow!, kata Prof. Bernd Schmitt. Anda harus membunuh apa yang sudah dianggap “suci” di perusahaan. Kalau Anda top management, barangkali Anda harus “membunuh” bawahan terbaik Anda yang sudah nyaman di kuil suci dan menikmati keberhasilan masa lalu!

Tapi memang, Anda tidak bisa menunggu apel jatuh dari pohon terlebih dahulu sebelum mendapatkan ide atau bermimpi buruk dahulu untuk bisa membuat novel horor. Kebuntuan pikiran adalah salah satu hal yang menakutkan manakala kita mencoba berinovasi. Ada kata-kata bijak sebagai berikut: “Ketika Anda tidak dapat menemukan ide lagi, cobalah menghidupkan kembali ide di masa lalu”.

Mungkin Anda memiliki ide-ide lalu yang siapa tahu relevan pada masa sekarang. Atau, kalau perlu menghidupkan ide-ide yang ada di masa lalu. Terkadang dengan melihat masa lalu, ada banyak rekaman ide yang begitu menariknya untuk diasah.

Phyllida Lloyd, seorang sutradara film, tahun lalu mencoba menghidupkan kembali demam ABBA. Filmnya, Mama Mia, segera mengeruk uang terbanyak dalam sejarah film Inggris mengalahkan Titanic. Tahun ini Terminator “dihidupkan” kembali melalui film Terminator Salavation.

Demikian halnya dengan Star Trek. James Kirk dan Mr. Spok bisa ditonton di layar lebar dengan versi baru yang lebih futuristik. Di Indonesia, tahun 2007 Nagabonar dikemas lagi dengan fenomena modern, bukan lagi zaman perang. Para pemusik dan pekerja film tahu benar kalau tidak punya ide, pasarkan apa yang sukses di masa lalu.

Kegandrungan pada masa lalu. Itulah pasar yang coba ditangkap oleh mereka. Apa yang membuat Facebook begitu fenomenal, salah satunya karena kemampuannya untuk mempertemukan teman-teman di masa lalu. Reunian Facebook menjadi demam di mana-mana. Ini karena kegandrungan akan masa lalu.

Jadi, kata bijak di edisi ini: Selalu menatap ke masa depan adalah optimisme yang harus dibangkitkan. Namun, ide masa lalu jangan diremehkan, karena jangan-jangan justru menjadi masa depan Anda! (www.marketing.co.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here