Ambisi Melawan Disposable Panties Merek Asing

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Portia_Natalie_TjandraMarketing.co.id –Pertumbuhan industri pariwisata tidak hanya memberikan peluang bagi industri hospitality dan penerbangan, tetapi juga bisa menebar manfaat bagi produk lain. Salah satunya adalah pakaian dalam untuk para traveller.

Geliat pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia kian lama makin menunjukkan peningkatan yang progresif. Salah satu indikatornya adalah jumlah wisatawan yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Menurut The 1st Annual Indonesia Hospitality and Tourism Investment Conference (IHT2013, dari sekian banyak jumlah kenaikan tersebut, jumlah wisatawan domestik setiap tahun tumbuh 5%.

Ya, travelling belakangan memang menjadi tren baru bagi masyarakat Indonesia, terutama di daerah urban. Baik ke dalam maupun luar negeri, aktivitas ini sudah menjadi rutinitas yang diagendakan baik pria maupun wanita.

Menariknya, Skyscanner—situs pencarian perjalanan global—dalam surveinya (2013) menyebutkan bahwa wisatawan perempuan ternyata lebih memiliki jiwa petualangan dan lebih bersedia untuk mencoba gaya perjalanan yang menantang. Terkait aktivitas bungee jumping atau hiking, 36% responden wanita mengaku hal tersebut merupakan tujuan perjalanan mereka di tahun 2013.

Namun, berbeda dengan pria, wanita tentunya memiliki kebutuhan ekstra yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan travelling. Salah satunya adalah pakaian dalam. Meski terkesan simpel, kebutuhan ini tergolong hal yang vital bagi kaum hawa.

Dari sinilah terbuka potensi pasar pakaian dalam sekali pakai (disposable panties) berlabel “Portia”. Brand yang digawangi Natalie Tjandra sejak tahun 2011 ini semula menyasar wanita pencinta travelling sebagai segmen utama marketnya.

“Pakaian dalam Portia sangat praktis, sekali pakai dan bisa langsung buang tanpa perlu membawa cucian kotor. Ini sangat mendukung aktivitas para traveller perempuan,” ujar wanita yang menjabat sebagai Presiden Direktur PT Portia Utama.

Secara material, Natalie menjelaskan, Portia dibuat dari 100% nylon impor. Selama ini jenis disposable panties yang kerap ditemui di pasaran berbahan kertas dengan label luar negeri. Padahal faktanya, penggunaan kertas cenderung membuat iritasi, tidak nyaman, dan tidak melekat di kulit sehingga kurang rapi saat dipakai. Oleh sebab itu, pemilihan nylon inilah menurutnya yang menjadi diferensiasi sekaligus inovasi bagi Portia di pasar disposable panties.

“Ini baru pertama kalinya ada di Indonesia. Bahan nylon ini lebih tipis, elastis, dan nyaman dipakai sehingga lebih seksi ketimbang celana sekali pakai berbahan kertas,” tuturnya.

PortiaNilai lebih dari serat nylon ini pun secara otomatis memperluas segmen pasar Portia. Akibat rasa nyaman dan elastisitasnya, pemakainya pun tidak terbatas para traveller saja, melainkan semua wanita mulai dari lajang sampai ibu hamil dengan rentang usia yang lebih luas, yakni 25–60 tahun (lansia).

Meski mengklaim diri sebagai brand lokal, Portia masih tetap melakukan proses produksi di Thailand. Hal ini dikarenakan komponen utama, yakni serat nylon impor, yang tergolong sebagai komoditi langka.

Sementara mengenai distribusi, wanita bertubuh semampai ini memilih saluran modern market seperti department store dan convenience store. Beberapa titik penyebarannya antara lain di Glow Living Beauty – Plaza Indonesia, Guardian, dan Sogo Foodhall. Sejauh ini tiga model panties yang dipasarkan adalah boxerbrief, dan G string, dalam tiga warna dengan harga Rp 45.000 per tiga pieces.

Meski terbilang pelopor di kategori yang masih belum terlalu awam, Portia menunjukkan hasil yang memuaskan. Natalie memaparkan, jumlah permintaan dari tahun ke tahun sejak pertama dipasarkan terus bertambah. Padahal, sejauh ini ia mengaku belum melakukan strategi komunikasi atau iklan apa pun terkait produk yang dicetuskannya itu.

“Rata-rata kenaikan permintaan per tahun sebesar 50%. Misalnya, tadinya suplai dari pabrik Portia di Thailand bisa memenuhi permintaan pasar Indonesia sampai sebulan. Tapi, sekarang baru dua minggu saja kami sudah harus order lagi,” ungkapnya.

Berbekal sambutan positif ini, ia pun bertekad memperluas cakupan pasar dan memangkas jalur produksi dengan membuat pabrik di Tanah Air dalam kurun waktu 1–2 tahun ke depan.

“Rencananya kami akan memperbanyak mitra ritel di kota besar dalam dan luar Indonesia, seperti Surabaya, Medan, Kalimantan, Singapura, Malaysia, dan Hong Kong. Selain itu, inovasi produk dalam hal model, warna, dan kemasan juga terus kami lakukan secara kontinu mengikuti kebutuhan wanita Indonesia,” tandas Natalie.

 

Fotografer: Lilyanti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here