Tren Belanja Akhir Tahun 2025: TikTok, BNPL, AI dan Fenomena “Dupe” di Kalangan Gen Z

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

tren belanja akhir tahun ,tren belanja natal 2025,holiday shopping trends 2025,perilaku konsumen akhir tahun,e-commerce akhir tahun,tiktok shop indonesia,buy now pay later,black friday 2025,cyber monday 2025,agentic commerce ai,produk dupe gen z,tren social commerce,visual search retail,strategi marketing akhir tahun,perilaku belanja digital, tren belanja 2025, holiday shopping 2025, tiktok shop, bnpl, black friday 2025, cyber monday 2025, ecommerce trends, retail innovation, ai in retail, customer experience, ai dalam pengalaman pelanggan, strategi e-commerce 2025, gen z consumer behavior, agentic commerce, belanja onlinePelajari tren belanja akhir tahun dan strategi digital yang dapat membantu brand Anda memenangkan hati pelanggan di musim belanja 2025.

Marketing.co.id – Berita UMKM | Musim belanja akhir tahun 2025 kembali menjadi momen paling dinanti industri ritel global, termasuk Indonesia. Penjualan global selama November–Desember diperkirakan tumbuh 2,1%, dengan total pengeluaran di Amerika Serikat mencapai USD 288 miliar.

Baca Juga: 20 Produk Terlaris di 2025, dan Tips Jualan Online

Meski begitu, konsumen kini lebih berhati-hati. Sekitar 87% pembeli berencana mengeluarkan jumlah yang sama atau lebih sedikit dibanding tahun lalu. Kondisi ini mendorong peritel dan eCommerce untuk berpikir lebih strategis dalam menarik perhatian pembeli.

Berikut lima tren belanja akhir tahun 2025, yang akan membentuk perilaku konsumen dan arah industri ritel menjelang Natal dan Tahun Baru.

1. TikTok Shop Jadi Pusat Inspirasi dan Transaksi

Tahun ini, TikTok Shop resmi menyalip Instagram sebagai etalase utama belanja online. Laporan Salesforce mencatat peningkatan 24% transaksi melalui TikTok sejak 2024.

Tren social commerce semakin kuat, terutama di kalangan usia 18–34 tahun, di mana satu dari tiga konsumen berbelanja langsung lewat media sosial setiap minggu. TikTok menggandeng nama besar seperti Nicki Minaj dan keluarga D’Amelio dalam kampanye Brand Palooza yang menawarkan promo eksklusif dari brand populer seperti Fenty Beauty.

Menariknya, TikTok juga memperpanjang masa retur hingga Februari 2025, untuk meningkatkan kepercayaan pembeli. Sementara itu, muncul tren baru bernama agentic commerce, yaitu transaksi yang dilakukan langsung lewat asisten AI seperti ChatGPT — membuka babak baru dalam dunia belanja online.

2. Buy Now, Pay Later (BNPL) Kembali Populer

Skema pembayaran Buy Now, Pay Later (BNPL) semakin diminati di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. Dalam lima tahun terakhir, pencarian terkait BNPL naik 500%, dan 67% orang tua menggunakannya untuk membiayai belanja liburan tahun lalu. Platform seperti Klarna, Afterpay, Kredivo, dan Akulaku mencatat peningkatan transaksi menjelang Natal. Selain mempermudah pembayaran, BNPL juga berfungsi sebagai alat promosi efektif yang dapat meningkatkan konversi penjualan.

BNPL bagi konsumen muda menawarkan fleksibilitas— berbelanja tanpa harus mengorbankan kestabilan keuangan. Sementara bagi peritel, ini menjadi strategi cerdas untuk menarik pembeli baru dan mempertahankan loyalitas pelanggan lama.

3. Black Friday dan Cyber Monday Tetap Jadi Magnet Utama

Musim diskon besar seperti Black Friday dan Cyber Monday 2025 diperkirakan menjadi yang paling ramai dalam enam tahun terakhir. Laporan Bain memperkirakan peningkatan 10% jumlah pembeli dibanding 2024.

Raksasa eCommerce seperti Amazon mencatat lebih dari 2,6 miliar kunjungan hanya dalam bulan Agustus 2025, sebagian besar karena promosi awal menjelang musim liburan. Bahkan, beberapa brand memperpanjang promo Black Friday hingga beberapa minggu, menjadikannya strategi seasonal sale yang lebih panjang. Tren ini tak hanya terbatas pada ritel. Platform seperti Semrush dan Canva juga ikut menawarkan diskon dan layanan gratis selama periode ini untuk meningkatkan loyalitas pengguna.

4. Fenomena “Dupe” Menjadi Strategi Belanja Generasi Z

Istilah “dupe” (produk tiruan versi murah dari barang mahal) menjadi kata kunci paling populer di mesin pencari. Penjualan produk dupe meningkat tajam, 31% orang dewasa dan hampir 50% Gen Z mengaku pernah membelinya.

Menurut Explodingtopics, pencarian “dupe” naik 134% dalam lima tahun terakhir, menandakan pergeseran perilaku konsumen ke arah value for money. Platform seperti Temu, Shein, dan AliExpress memimpin tren ini dengan produk murah namun cepat viral.

Beberapa brand besar seperti Lululemon justru meresponsnya dengan kreatif lewat kampanye Dupe Swap yang memungkinkan pelanggan menukar barang tiruan dengan produk asli untuk merasakan perbedaannya.

5. Pencarian Visual Menghubungkan Dunia Offline dan Online

Meskipun 82% transaksi Cyber Monday terjadi secara online, toko fisik tetap memiliki peran penting. Bedanya, kini pembeli datang ke toko untuk melihat produk langsung, lalu membeli secara online.

Baca Juga: Tren Belanja Konsumen: Cerdas, Digital, dan Sensitif Harga

Teknologi seperti Google Lens dan Pinterest Shop membuat hal ini semakin mudah. Pembeli cukup memotret barang, dan sistem akan menampilkan produk serupa dari berbagai brand — sering kali dengan harga lebih murah.

Google Lens kini menerima 20 miliar pencarian per bulan, terutama dari pengguna usia 18–24 tahun. Artinya, visual search menjadi jembatan penting antara dunia fisik dan digital dalam pengalaman belanja modern.

Lebih Cerdas, Digital, dan Personal

Tren belanja akhir tahun 2025 menandai era baru di mana konsumen semakin digital, brand semakin data-driven, dan teknologi seperti AI serta visual commerce menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman berbelanja. Bagi pelaku ritel dan eCommerce, kunci keberhasilan terletak pada kemampuan beradaptasi dengan menghadirkan pengalaman personal, kanal interaktif, dan metode pembayaran fleksibel.

Baca Juga: 10 Kesalahan Umum Saat Membangun Bisnis Online

Musim belanja akhir tahun bukan lagi sekadar ajang berburu diskon, melainkan pertarungan antara kreativitas, teknologi, dan loyalitas pelanggan. Belanja akhir tahun akan menjadi cermin bagaimana brand memahami konsumennya. Bukan hanya menjual produk, tetapi juga pengalaman.