[TIPS] Wah, 90% Orang Indonesia Tak Punya Dana Darurat

Marketing.co.id – Berita Financial | Dana darurat sejatinya berfungsi untuk membantu kita memitigasi risiko berkurang atau hilangnya pendapatan. Namun sayangnya, hanya sedikit warga Indonesia yang memiliki dana darurat dalam jumlah ideal.

Berdasarkan data yang dihimpun program konsultasi keuangan Lifepal dari awal Januari 2021, hanya 9,3% dari 500 partisipan program ini yang memiliki dana darurat dalam jumlah ideal. Sementara itu, 90,7% lainnya dinyatakan tidak memenuhi standar minimum.

Baca Juga: Panduan Mengelola Keuangan bagi Orang Kaya Mendadak

Pada umumnya, ada berbagai faktor mengapa seseorang sulit menabung untuk memenuhi ketersediaan dana darurat. Faktor-faktor yang dimaksud adalah:

  1. Adanya kewajiban membayar cicilan utang yang melebihi batas ideal
  2. Pengeluaran bulanan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun yang bersifat gaya hidup
  3. Pemahaman yang kurang baik mengenai pentingnya dana darurat dan jumlah idealnya

Ketersediaan dana darurat mencerminkan tingkat likuiditas yang paling mendasar 

Dalam perencanaan keuangan, dana darurat kerap kali disebut dengan istilah basic liquidity ratio atau rasio likuiditas. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung berapa lama (dalam satuan bulan) dana darurat dapat menanggung pengeluaran bulanan seseorang, adalah sebagai berikut:         Aset lancar itu sendiri adalah aset yang dimiliki seseorang, yang mudah dicairkan dalam bentuk uang atau bisa digunakan segera dalam waktu cepat (kurang dari satu tahun). Dalam keuangan pribadi, beberapa aset yang tergolong sebagai aset lancar adalah uang di tabungan Anda, baik dalam mata uang Rupiah maupun Dollar, simpanan deposito, piutang, atau investasi jangka pendek.

Berkaca pada kehidupan sehari-hari, pengeluaran bulanan bisa dikategorikan dalam beberapa kategori yaitu:

  1. Pengeluaran wajib seperti pajak, cicilan utang, tagihan-tagihan rumah tangga atau zakat
  2. Pengeluaran untuk kebutuhan seperti, biaya belanja bahan makanan, internet, dan lainnya
  3. Pengeluaran yang bersifat keinginan, traveling, belanja barang hobi, dan sebagainya

Sederhananya, dana darurat akan mengukur berapa lama kita sanggup mencukupi kebutuhan di atas setiap bulannya meski kita telah kehilangan pendapatan.

Baca Juga: 5 Kesalahan Yang Sering Dilakukan Milenial Saat Mengatur Keuangan

Anggap saja seseorang yang memiliki tabungan dengan jumlah Rp30 juta dan simpanan deposito sebesar Rp50 juta, maka dia memiliki aset lancar setara Rp80 juta. Jika pengeluaran bulanannya adalah Rp8 juta, maka dana darurat yang dimiliki saat ini cukup untuk 10 bulan.

Besaran dana darurat akan bergantung pada kondisi dan pengeluaran seseorang

Seseorang yang berusia muda, lajang, produktif, dan tidak memiliki tanggungan tentu cukup dengan dana darurat yang setara 3 kali pengeluaran bulanan. Berbeda dengan seseorang berusia muda yang sudah berumah tangga dan memiliki satu orang anak. Idealnya, individu seperti ini menyimpan dana darurat minimal 6 kali pengeluaran bulanan.

Bagi seorang pemuda lajang, menyimpan dana darurat terlalu banyak hanya akan menambah jumlah aset ‘tidur’ alias tidak produktif. Alangkah lebih baik bagi mereka yang masih muda untuk memusatkan dananya untuk berinvestasi.

Baca Juga: Tips Manjur Mengelola Keuangan Bagi UMKM

Pada intinya, semakin besar jumlah pengeluaran bulanan, semakin banyak tanggungan, dan semakin tinggi risiko pekerjaan maka makin besar pula jumlah dana darurat yang harus disediakan.

Namun mengingat pandemi mengakibatkan ketidakpastian ekonomi yang berimbas pada tingginya risiko pemutusan hubungan kerja (PHK), maka sangat disarankan bagi siapapun (termasuk lajang) untuk menambah ketersediaan dana darurat sebesar 50% hingga 120% dari persediaan awal.

Saat dana darurat tak cukup, maka seorang terpaksa berutang 

Ketika seorang kehilangan pekerjaan dan hanya memiliki dana darurat untuk satu bulan saja, maka satu-satunya cara untuk bisa memenuhi kebutuhan di bulan selanjutnya adalah dengan cara berutang. Tanpa disadari dengan adanya utang, maka akan muncul pengeluaran pasif bersifat wajib yang harus dibayar.

Mengingat kita masih berada di masa pandemi, mendapat pekerjaan baru bukanlah hal yang mudah direalisasikan. Itulah sebabnya mengapa kita wajib memiliki dana darurat. Tidak akan ada yang tahu kapan kita mengalami masalah ini.

Mengumpulkan dana darurat bisa dilakukan dengan menyisihkan 10% dari penghasilan

Jika dana darurat Anda dinilai kurang, alokasikan saja dana minimal 10% dari penghasilan bulanan untuk mengumpulkannya. Apabila Anda menginginkan proses pengumpulan yang cepat, maka tidaklah salah untuk mengalokasikan dana 30% dari penghasilan, dengan catatan proses menabung ini tidak memberatkan. Bila Anda harus mengurangi pengeluaran untuk menabung dana darurat, kurangilah pengeluaran yang bersifat keinginan, bukan yang wajib atau butuh.

Dimanakah kita sebaiknya menyimpan dana darurat?

Tidak sedikit rekomendasi dari pakar perencanaan keuangan yang menyarankan penyimpanan dana darurat di berbagai instrumen investasi, sebut saja seperti emas atau reksa dana. Namun apakah ini tepat untuk dilakukan?

Melihat rumus dari basic liquidity ratio di atas, jumlah dana darurat ideal didapat dari hasil bagi antara aset lancar dan pengeluaran bulanan. Maka alangkah baiknya bagi kita untuk menyimpan dana darurat di instrumen keuangan yang likuid, salah satunya adalah rekening tabungan di bank.

Baca Juga: Tips Mengelola Rencana Keuangan untuk Mencegah Kerugian di Awal Bisnis

Selain rekening tabungan, Anda juga bisa memilih aset keuangan lain yang fluktuasi nilainya tidak tinggi atau yang bersifat pendapatan tetap. Instrumen keuangan yang dimaksud adalah, rekening tabungan biasa, simpanan deposito, dan reksa dana pasar uang (RDPU).

Mengingat deposito dan reksa dana pasar uang membutuhkan waktu lebih dari sehari untuk pencairan, maka alangkah lebih baik untuk tidak menempatkan seluruh dana darurat di instrumen tersebut. Anda bisa melakukan penyimpanan dana darurat dengan porsi 50% di rekening tabungan biasa dan 50% di deposito atau RDPU.

Hindari menyimpan dana darurat di instrumen investasi dengan fluktuasi tinggi. Selalu ingat bahwa dana ini bukan modal investasi dan harus bisa digunakan dengan cepat di saat mendesak.Itulah hal-hal yang harus Anda ketahui seputar dana darurat.

Artikel ini ditulis dan dikirim oleh Aulia Akbar,  CFP financial educator dan periset Lifepal

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.