
Marketing.co.id – Berita Marketing | Telekomunikasi adalah nadi dunia digital. Namun, di tengah pesatnya adopsi teknologi seperti 5G dan kecerdasan buatan (AI), sektor ini justru menjadi target utama serangan siber. Bagi pelaku kejahatan digital, infrastruktur komunikasi yang kompleks dan terhubung lintas negara adalah peluang emas untuk mengganggu sistem sosial, ekonomi, dan keamanan nasional.
Mengapa Telekomunikasi Menjadi Target Utama Serangan Siber?
Menurut Check Point Research, pada kuartal pertama 2025, sektor telekomunikasi mengalami peningkatan serangan siber tertinggi dibanding sektor lain, mencapai 2.664 serangan per organisasi per minggu, naik 94% dari sebelumnya.
Beberapa alasan mengapa telekomunikasi menjadi sasaran utama di antaranya peningkatan adopsi 5G memperluas permukaan serangan melalui node komputasi di tepi jaringan, integrasi AI dan otomatisasi menciptakan celah baru dalam pengiriman layanan dan perlindungan data, dan kepentingan geopolitik karena pelaku yang disponsori negara dapat menyusup ke infrastruktur komunikasi untuk mengumpulkan intelijen atau menimbulkan kekacauan.
Dampak Serangan Siber terhadap Infrastruktur Telekomunikasi
Serangan terhadap jaringan telekomunikasi dapat melumpuhkan layanan publik seperti gangguan layanan darurat seperti rumah sakit dan pemadam kebakaran, kebocoran data pelanggan, termasuk lokasi pengguna yang dapat disalahgunakan, dan kerusakan reputasi dan kehilangan kepercayaan publik. Contoh nyata terjadi di Denmark ketika gangguan jaringan menghambat layanan rumah sakit, dan di India ketika data 12 juta pelanggan bocor akibat serangan Business Email Compromise (BEC).
AI: Solusi Canggih yang Juga Membawa Risiko Baru
Banyak perusahaan telekomunikasi kini menggunakan AI untuk otomatisasi layanan dan peningkatan efisiensi. Namun, AI juga membuka peluang bagi serangan baru. Misalnya, deepfake digunakan untuk menipu karyawan dalam kasus penipuan video senilai USD 25 juta di Hong Kong, chatbot dan asisten virtual bisa disusupi melalui teknik prompt injection untuk mencuri data pelanggan.
Solusi Keamanan Siber untuk Telekomunikasi Modern
Untuk melindungi jaringan dari ancaman AI dan serangan siber 5G, perusahaan telekomunikasi perlu bertransformasi dari sekadar “patuh regulasi” menjadi “tangguh secara strategis”. Langkah-langkah penting meliputi:
- AI Red Teaming. Simulasikan serangan terhadap sistem AI sebelum penyerang melakukannya.
- Deteksi Deepfake dan Spoofing. Gunakan teknologi biometrik suara dan analisis real-time untuk mendeteksi komunikasi palsu.
- Pencegahan Ancaman Cerdas. Manfaatkan solusi berbasis AI seperti Check Point GenAI Protect, AI Cloud Protect, ThreatCloud AI atau lainnya. Solusi ini memungkinkan pencegahan ancaman di semua lingkungan, mulai dari cloud, data center, aplikasi, hingga SD-WAN.
Uni Eropa melalui NIS2 Directive mewajibkan operator telekomunikasi memperkuat sistem keamanan dari serangan siber negara asing. Amerika Serikat telah mengenalkan Cyber Trust Mark untuk perangkat IoT, mendorong pendekatan keamanan sejak desain (secure-by-design). Dan, Asia Tenggara, termasuk Singapura dan Jepang juga memperketat undang-undang siber untuk operator infrastruktur kritis.
Di era digital, keamanan siber telekomunikasi bukan lagi pilihan melainkan keharusan. Serangan siber pada jaringan 5G atau infrastruktur komunikasi bukan hanya tentang pencurian data, tetapi juga tentang kelangsungan hidup sistem nasional. Dengan menerapkan keamanan cerdas, berbasis AI, dan berkolaborasi dengan regulator global, operator telekomunikasi dapat membangun ketahanan sebagai fondasi layanan masa depan.