Serius Garap Potensi Rempah Nusantara

Timurasa Indonesia menjadi jembatan yang menghubungkan petani rempah dengan konsumen lokal dan internasional. Selain profit bagi petani, edukasi akan rempah nasional menjadi misi yang diusungnya.

timurasa

Bukan rahasia, rempah-rempah menjadi salah satu harta karun khas yang dimiliki Indonesia sejak dahulu kala. Bahkan, rempah ini pula yang menjadi salah satu daya pikat bagi para penjajah di Tanah Air. Kekayaan alam, iklim tropis menjadi faktor suburnya berbagai macam varietas tanaman rempah di Indonesia. Sayangnya tidak semua orang aware dengan potensi dari kebutuhan serta permintaan pasar akan rempah-rempah ini. Di sisi lain, gaya hidup masyarakat perkotaan yang sibuk kerap mengutamakan kecepatan dalam segala hal, termasuk perihal memasak. Konsumsi bumbu masak instan yang jadi favorit membuat  masyarakat urban bahkan tidak kenal dengan rempah-rempah khas Indonesia.

Sadar akan potensi ini, Erdi Yulianto bersama rekannya, Martin Kreshna Asda, memutuskan serius menggarap potensi dari rempah-rempah khas Tanah Air. Sebelumnya Erdi memiliki pengalaman di bidang bisnis ekspor sehingga paham betul kegemaran masyarakat Eropa akan rempah Indonesia.

“Motivasi yang kuat muncul dari pengalaman kami saat datang ke daerah-daerah bertemu dengan komunitas-komunitas petani dan melihat sebagian besar petani adalah orang tua berusia 40–60 tahun. Hal ini memicu keresahan tersendiri buat kami apabila tidak ada regenerasinya di kemudian hari, padahal produk tersebut punya potensi yang bagus asal kita bisa ‘mengemasnya’ agar bisa diterima pasar sesuai dengan misi Timurasa,” ujar Erdi yang sempat menghabiskan waktu di daerah Maluku.

Erdi memulai bisnis ini dari sekadar trial shipment kacang kenari ke Eropa. Ia lalu mencoba berjualan lewat online store, kemudian ke offline store sejak pertengahan 2017. Berawal dari kacang kenari, lantas merambah ke pengembangan produk pertanian Indonesia unik lainnya untuk dikombinasikan. Kacang kenari menurutnya adalah bagian dari kekayaan tanah Indonesia yang layak diperkenalkan kepada dunia. Kacang kenari bahkan bersanding setara dengan almond dan walnut yang mendunia dengan harga jual tinggi.

Alhasil lahirlah inovasi produk kacang kenari rasa Andaliman Batak, kacang kenari dibalut dengan daun kelor bubuk, dan kacang kenari dibalut dengan coklat bubuk yang menjadi andalan dari Timurasa. Ada pula varian produk lainnya seperti Andaliman (merica Batak), gula aren, gula kelapa, bubuk daun kelor, kakao bubuk, hingga vanila. Diferensiasi dari produk Timurasa adalah produk asli Indonesia dengan kandungan nutrisi yang sehat dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, Erdi juga fokus melakukan pengemasan produk dengan desain yang menarik.

Salah satu produk Timurasa, Sweet Andaliman Pepper, produk karya Martin dan kawan-kawannya ini terpilih menjadi salah satu kudapan yang dibagikan dalam acara puncak Bulan Rempah di Semarang pada akhir September 2017. Kenari Sweet Andaliman bahkan dicicipi Presiden Joko Widodo dan para tamu istimewa. Meski demikian, Erdi sadar bahwa ceruk pasar yang digarapnya sangat segmented. Sejauh ini Timurasa membidik 99% pasar domestik dan sisanya 1% adalah pasar ekspor. Pasar domestik meliputi gerai-gerai makanan sehat di Indonesia yang menjual produknya secara offline dan online, hotel, restoran, kafe, bakery, serta konsumen perorangan. Saat ini Timurasa telah bekerja sama dengan mitra-mitra reseller sebanyak lebih dari 40 perusahaan, dan personal yang menjual secara offline dan online. Setiap bulannya Timu Rasa mampu menyerap 100 kilogram hingga 2 ton tiap varian produknya untuk dipasarkan di pasar lokal seluruh Indonesia.

“Kategori niche market menjadi tantangan tersendiri bagi Timurasa. Namun, kami yakin melalui kolaborasi dengan semua yang terlibat di dalam rantai food system, target efisiensi lambat laun dapat tercapai sehingga harga produk Timurasa semakin terjangkau tanpa mengabaikan kesejahteraan petani,” terang Erdi.

Komitmen untuk mengembangkan usaha petani lokal ini diwujudkan Timurasa dalam menentukan harga temu di tiap produk yang terjangkau, namun tetap tidak memberatkan petani. Sementara mengenai strategi marketing, Erdi menerapkan pendekatan personal kepada para konsumennya melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook serta online marketplace.

“Timurasa berusaha membangun keterikatan emosional konsumen dengan tidak hanya menampilkan pengetahuan soal produk yang dijual, tapi juga membagikan cerita kegiatan komunitas petani yang terlibat. Komunikasi lewat media sosial ini juga mendatangkan ide-ide kreatif penggunaan produk Timurasa yang datang dari konsumen sebagai inspirasi bisnis bagi petani Indonesia,” katanya.

Guna mempertahankan kekayaan alam Nusantara lewat rempah-rempah, Timurasa Indonesia berambisi untuk membuka akses pasar skala nasional dan internasional. Sejauh ini selain mitra lokal, Erdi sudah mengekspor produknya ke Singapura dan Finlandia. Di pengujung 2018, dirinya menargetkan mendapat dukungan 100 reseller serta menambah negara tujuan ekspor menjadi 4 negara.

 

Adia Bimala

 

MM.11.2018/W

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.