Sunday, October 5, 2025
Home Blog Page 2206

Merek-Merek yang Menjadi Favorit Mahasiswa

0
[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Untuk menunjang aktivitas mahasiswa, banyak merek dari berbagai produk gencar ditawarkan kepada mereka. Namun, merek-merek mana sajakah yang akhirnya dipilih oleh mahasiswa?

Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi saat ini telah mengubah gaya hidup mahasiswa. Jika 10 tahun lalu jarang kita jumpai mahasiswa mententeng-nenteng laptop, kini mereka seolah tidak bisa lepas dari komputer jinjing itu. Apalagi soal hand phone, rasanya hampir tidak ada mahasiswa yang tidak memilikinya. Tengok saja kalau mereka kongko-kongko di taman atau di rumah makan, pasti selain minuman dan makanan, laptop dan hand phone selalu menemani mereka. Bahkan menurut data survei, tak jarang mahasiswa memiliki lebih dari satu buah hand phone.

Soal internet, belakangan kerap muncul istilah “mahasiswa Google”. Kata ini ditujukan bagi mahasiswa yang doyan mengerjakan tugas dengan cara instan, yaitu browsing melalui internet. Cara instan ini bukan serta-merta menggambarkan sikap buruk seorang mahasiswa—yaitu malas belajar, melainkan lebih merupakan bentuk dari gaya hidup (lifestyle) sekaligus kebutuhan bagi mahasiswa masa kini. Seiring dengan zamannya konvergensi media, dalam hal memperoleh informasi, mahasiswa melakukannya melalui tiga media sekaligus, yakni televisi, internet, dan mobile phone. Maka itu, tak heran jika di kamar kos mereka sering dijumpai televisi, komputer/laptop yang dilengkapi modem untuk akses internet, serta hand phone.

Semenjak harga perangkat teknologi telepon seluler mulai terjangkau oleh kantong mahasiswa, baik dari produk hand phone maupun sim card-nya, kini hampir setiap mahasiswa memiliki perangkat itu. Bahkan, di antara mereka ini ada yang memiliki 2–3 buah hand phone. Sebagaimana data hasil survei yang dilakukan SurveyOne terhadap 400 mahasiswa di Jabotabek, diperlihatkan sebanyak 43.7 % dari responden memiliki dua buah hand phone, dan 4.9% lainnya memiliki tiga buah hand phone. Sementara, separuh dari responden tercatat memiliki satu buah hand phone.

Menyinggung tentang sim card yang dipakai oleh mereka, IM3 adalah kartu yang paling banyak dipilih. Berikutnya adalah XL dan Esia. Ketiga kartu ini memang lebih gencar menawarkan tarif murah yang tentunya terjangkau oleh daya beli mahasiswa. IM3 banyak dipilih selain karena tarifnya murah, juga kartu ini sengaja diarahkan untuk menggarap segmen anak muda, termasuk mahasiswa.

Siapa pun pengguna internet, hampir semuanya memiliki akun Facebook. Tak terkecuali mahasiswa. Situs Facebook memang sangat digemari oleh semua lapisan netter, dari anak SMP, mahasiswa, sampai orang tua, dan ibu-ibu rumah tangga. Perkembangan situs jejaring sosial ini memang luar biasa di Indonesia, melebihi situs apa pun. Dengan situs ini, kita bisa mendapatkan banyak kawan, menemukan kembali kawan-kawan kita yang sudah lama tidak berhubungan, bisa berbagi informasi, dan yang terpenting bisa “narsis”. Dan perilaku seperti ini memang cocok dengan sifat anak muda. Hasil survei menunjukkan Facebook menempati urutan teratas sebagai situs yang sering dikunjungi mahasiswa.

Google menempati urutan kedua sebagai situs yang sering dikunjungi. Sebagai mesin pencari data atau informasi, situs ini banyak dimanfaatkan mahasiswa untuk mencari informasi atau bahan-bahan untuk kuliah maupun skripsi. Mahasiswa sekarang akan semakin jarang datang ke perpustakaan untuk mencari bahan-bahan kuliah maupun skripsinya. Cukup dengan membuka Google di kamar, hampir semua bahan atau informasi yang dibutuhkan bisa diperoleh melalui situs ini. Rasanya julukan mahasiswa Google memang cukup tepat untuk mahasiswa sekarang ini.

Sebelumnya, Yahoo cukup populer sebagai situs mesin pencari. Namun, semenjak ada Google dan Facebook dengan segala kelebihannya serta keberadaan mobile internet, praktis Yahoo banyak ditinggal pengunjungnya. Untung saja di Yahoo masih ada layanan e-mail, sehingga situs ini masih tetap dikunjungi. Namun umumnya, netter yang membuka situs Yahoo lebih dikarenakan berhubungan dengan surat elektronik.

Lalu, bagaimana dengan laptop yang dimiliki? Nampaknya, mahasiswa masih percaya pada merek-merek luar yang sudah dikenal, kendati sekarang ini telah bermunculan beberapa merek lokal dengan harga lebih murah. Hasil survei menunjukkan Acer merupakan merek laptop yang paling banyak dimiliki mahasiswa. Acer dipilih karena merek ini sudah lama dikenal, namun mematok harga yang relatif terjangkau bagi mahasiswa.

Toshiba adalah merek laptop kedua yang paling banyak dimiliki mahasiswa. Toshiba yang dikenal dengan kualitasnya, belakangan ini juga mengeluarkan produk laptop dengan harga yang terjangkau oleh kebanyakan konsumen. Hal ini menjadikan mahasiswa terdorong untuk memiliki laptop Toshiba. Berikutnya adalah merek HP di posisi ketiga, sebagai merek laptop yang banyak dimiliki mahasiswa.

Dalam soal perbankan, BCA dan Mandiri adalah dua bank yang banyak dipilih mahasiswa untuk menyimpan uang mereka. Kedua bank ini dipilih karena infrastruktur layanan yang lebih lengkap dan lebih mudah terjangkau lokasi tempat layanannya. Mesin ATM kedua bank ini sudah menyebar di mana-mana, sehingga memudahkan nasabah untuk mengambil uang atau melakukan transfer, termasuk melakukan berbagai pembayaran lainnya. Jika melihat hasil survei yang ada, nampak BCA dan Mandiri bersaing ketat memperebutkan segmen mahasiswa. (Majalah MARKETING)

Masyarakat Cukup Puas dengan Layanan Publik

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

“Konsumen menilai pelayanan PLN dan PD Air Minum masih sangat jelek atau jauh dari yang diharapkan, tetapi ironisnya pelanggan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan atau menuntut haknya.” (Waspada Online, 19 Mei 2010)

Kutipan di atas adalah bentuk kekecewaan pelanggan terhadap kedua instansi tersebut karena seringnya mereka bermasalah. Dalam kasus PLN misalnya, sering terjadi pemadaman listrik sebagai akibat kekurangan pasokan listrik atau gangguan pada sumber listriknya. Sehingga, perusahaan pelat merah ini sering dipelesetkan sebagai perusahaan “byar-pet”. Walaupun itu sering terjadi di luar kuasa PLN, pelanggan mana tahu mengenai penyebabnya. Bagi pelanggan, yang terasa adalah ketidaknyamanan, dan hal itu sangat mengganggu. Bahkan, bisa menimbulkan kerugian materiil.

Kinerja layanan PLN sebenarnya tidaklah terlalu buruk. Ini bisa ditilik dari usaha PLN memberikan berbagai layanan kepada pelanggan. Salah satunya adalah Call Center 123. Melalui layanan ini, pelanggan bisa menyampaikan keluhan, menambah daya, pasang baru, dan sebagainya, tanpa repot datang ke kantor PLN. Kemudian, di kantor-kantor cabang atau layanannya, terpampang spanduk besar yang bertuliskan, “Jangan memberi tip kepada petugas kami”.

Hasil upaya PLN dalam meningkatkan kinerja pelayanannya selama ini cukup bagus dinilai pelanggan. Sebagaimana terlihat dari hasil survei yang dilakukan SurveyOne di enam kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar) tentang kepuasan terhadap layanan publik, di mana PLN mendapat total skor kepuasan 63.25. Kepuasan tertinggi diraih di Makassar (72.28), sementara kepuasan terendah tercatat di Medan (54.30).

Semangat untuk meningkatkan layanan konsumen/pelanggan tidak hanya terjadi di PLN saja, hal ini juga nyata diperlihatkan di instansi pemerintah lainnya, seperti kantor kelurahan dan SAMSAT (untuk pengurusan KTP dan SIM). Bahkan, layanan di kelurahan dinilai oleh masyarakat paling bagus ketimbang layanan publik lainnya. Mengurus KTP maupun SIM kini tidak lagi dipersulit; waktunya singkat dengan biaya yang normal. Bahkan untuk layanan SIM, pihak kepolisian sampai proaktif mendekati masyarakat. Kemudahan dalam  proses pengurusan serta keseriusan menghapus calo adalah dua hal yang mendapat apresiasi yang signifikan dari masyarakat. Atas upaya ini, masyarakat merasa cukup puas dengan memberikan skor kepuasan 64.24 untuk pembuatan atau perpanjangan KTP, dan 62.27 untuk pembuatan atau perpanjangan SIM.

Sebagai penyedia jasa transportasi publik melalui moda kereta api, layanan yang diberikan PT KAI sejauh ini masih dinilai kurang bagus. Dibanding layanan publik lainnya, layanan kereta api dinilai paling rendah skor kepuasannya, yang hanya meraih 58.63. Kekecewaan masyarakat terhadap layanan kereta api merupakan dampak dari persoalan yang dihadapi perkeretaapian nasional yang tak kunjung terselesaikan dengan baik.

Permasalahan yang dihadapi perkeretaapian nasional memang cukup pelik, baik dari sisi internal maupun eksternal. Pesatnya perubahan lingkungan eksternal dan perkembangan global, baik dari aspek teknologi, ekonomi, sistem informasi, dan desentralisasi, menyebabkan semakin tingginya tuntutan terhadap akuntabilitas, efisiensi, dan kualitas pelayanan. Sementara di sisi lain, PT KAI terkendala pada pendanaan, juga kebutuhan subsidi dan kebutuhan biaya investasi yang besar.

Oleh karena itu, tidak heran jika sering terjadi gerbong anjlok, karena gerbong yang beroperasi sudah tua atau relnya sudah banyak yang rusak. Dan menjadi pemandangan sehari-hari penumpang KRL yang berjubel hingga di atas gerbong, lantaran keterbatasan armada dibanding jumlah penumpangnya. Oh, kereta apiku yang malang…. (Majalah MARKETING)

BP Migas Siap Lepas Stok Minyak Mentah 3 Juta Barel

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Harga Minyak di Asia Naik

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Telkom Belum akan Lapor KPPU soal Merger Flexi dan Esia

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Bisnis Properti di Jakara Utara Tetap Diminati

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Jasa Marga Tawarkan Bunga Obligasi 8.75% – 9.95%

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Pertamina Incar 50% Konsumen BBM Bersubsidi

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Layanan Mudik Gratis Turunkan Angka Kecelakaan

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Produsen Mobil Cina Pangkas Bobot Mobil Produk Mereka

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

IHSG Turun 21 Poin, Saham Bakrie 7 Melejit

0
[Reading Time Estimation: < 1 minute]

Marketing Hotel?

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Pertanyaan:

Hotel kami cukup unik, kaya akan nuansa alam dengan landscape yang berbeda. Setelah 10 tahun beroperasi, kami menyimpulkan bahwa konsep landscape dengan nuansa alam kurang menarik bagi pelanggan. Mohon pendapat dari Ibu. Terima kasih.

UMI, di Bogor.

Jawab:

Seharusnya tidak ada masalah dengan konsep nuansa alamnya. Ada sesuatu yang mungkin belum pas saja. Ditinjau dari konsepnya yang bernuansa alam, target pasar adalah “escaper” yakni orang kota yang menginginkan nuansa alam. Saran saya, pertama, silakan digali lebih lanjut target-target pasar yang dapat digarap. Salah satu caranya dengan mengenali para escaper ini. Apakah yang sebenarnya dicari oleh mereka. Dari customer’s benefit sought akan pengalaman yang dicari, dapat diketahui apakah Anda punya kekuatan untuk memenuhinya. Jika tidak, maka harus dicari target yang permintaannya sesuai dengan sesuatu yang bisa diadakan oleh perusahaan. Kegiatan ini disebut “segmentasi dan targeting” yang merupakan fundamental strategi pemasaran. Tanpa kejelasan ini, akan sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan. Pelanggan mana yang hendak ditarik? Ini mesti dijawab dulu.

Berikutnya soal komunikasi membangun awareness. Jika target telah ditentukan, ukur awareness target terhadap hotel ini, dan terhadap apa yang menjadi keunikan hotel Anda. Jika ternyata masih lemah, Anda harus membangun sebuah komunikasi baik langsung ke pengambil keputusan penggunaan hotel, maupun ke influencer-nya. Anda harus jemput bola, tidak bisa tunggu bola kalau soal kelola hotel agar terkenal. Apalagi tempat dan lokasinya tidak dilewati pelanggan, alias terpencil. Pemasangan billboard di pinggir jalan, petunjuk-petunjuk arah menuju lokasi di jalan-jalan yang besar akan membantu. Dan yang paling jitu, dapatkan kepuasan penggunanya terlebih dahulu. Tanpa ini diperhatikan, tidaklah mungkin tercipta advertising dari mulut ke mulut.

Karena advertising dari mulut ke mulut bersifat kritikal, maka mengelola pengalaman pelanggan menjadi sesuatu yang penting. Setiap pelanggan yang datang dipastikan puas.  Terlalu cost oriented akan banyak memotong pengalaman yang menyenangkan. Ketika mengelola alam dan nuansa alam, tantangannya besar sekali. Pertama, kebersihan dan pemeliharaan, nuansa hijau alam dari tanaman yang sehat serta berbatu-batu yang tidak berjamur haruslah menjadi titik-titik yang penting untuk menyenangkan mata pelanggan. Kedua, kamar, pemandangan dari kamar ke luar, kebersihan kamar, dan lain sebagainya, menjadi tantangan tersendiri. Definisikan kebersihan ini dengan jelas dan tersistem. Sebab jika tidak, nuansa ini akan berubah dari waktu ke waktu, sehingga kesannya hotel Anda tidak berstandar. Loyalitas pelanggan sangat berhubungan dengan kerapian standar.

Akhirnya, saya sarankan agar Anda kembali memperhatikan soal people dan paket-paket yang bisa diberikan kepada pelanggan. Jika nuansa keramahan dan keakraban yang akan ditekankan di sini, maka melatih semua unsur dalam organisasi untuk tidak mengatakan “tidak” kepada seluruh jajaran, mesti dilakukan. Karena, perkataan “tidak” menjadi tidak relevan dengan nuansa alam yang selalu ramah dan berkata “ya”. Keramahan pepohonan dan dedaunan harus sama dengan manusianya. Selamat bekerja. (www.marketing.co.id)

Strategi Fitur?

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Pertanyaan:

Fitur senantiasa menarik dan terus diupayakan, apalagi dengan bujet komunikasi yang besar. Berapakah cycle time sebuah fitur baru diluncurkan, Bu? Sebab, yang satu saja belum selesai, sudah muncul yang lainnya.

IKL, Jakarta Utara.

Jawab:

Anda benar, saat ini, persaingan sudah semakin dahsyat. Perang fitur seolah-olah tidak pernah berhenti membuat pemain saling mengawasi dan saling berlomba untuk menarik perhatian pelanggan lewat fitur. Pendekatannya sudah sangat hard sell. Bukan hard sell dalam soal harga, tetapi hard sell di fiturnya.  Permen misalnya, sudah berubah dari sekadar soal kesegaran mulut, soal kunyah dan irresistible, menjadi soal bentuk, warna, rasa, kemasan, aktivasi merek, komunitas permen, dan lain sebagainya. Fitur apa pun yang ditawarkan kepada pelanggan haruslah bersifat relevan pada zamannya, target audience-nya, dan relevan terhadap positioning-nya, yakni diluncurkan untuk memperkuat positioning-nya.

Kisah nyata, pelanggan lama pernah puas dengan kualitas produk yang ditawarkan oleh sebuah merek permen. Setelah bertahun-tahun loyal dan terdidik, ia sempat tidak mengonsumsi lagi permen ini dalam jangka waktu beberapa tahun. Kemudian,  ketika si pelanggan hendak mengonsumsi lagi, ia terkejut karena permen tersebut sudah berubah bentuk karena adanya cost reduction. Bagi pelanggan lama tadi, dampaknya, “mengapa menjadi makin jelek” sehingga dia makin meninggalkan permen tersebut. Mungkin saja bagi pelanggan baru, ini sangat relevan dan disukai. Kenyataan bahwa pelanggan lama sudah pernah tidak mengonsumsi, berarti dia sudah bukan target market permen itu lagi.

Di sisi lain, dari kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa mengubah fitur atau atribut haruslah hati-hati. Tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat karena akan mengganggu keunikan dan positioning yang sudah dibangun. Antara fitur yang baru harus berkaitan dengan fitur sebelumnya yang telah dikomunikasikan untuk makin memperkuat strategi positioning. Fitur merupakan pemanis, tetapi tidak boleh menjadi positioning merek, hendaknya menjadi penguat positioning. Katakanlah ada sebuah merek semen yang positioning-nya “kokoh” meluncurkan  fitur warna, ukuran kemasan, jenis dan ukuran partikel, dan lain sebagainya tanpa dikaitkan dengan soal “kokoh” yang diusungnya. Maka, jika dikomunikasikan terus-menerus dan gencar-gencaran, akan justru melemahkan positioning-nya.

Saya sarankan pemasaran menggunakan fitur sebagai senjata dan konten komunikasi mesti memperhatikan bahwa ini bertujuan untuk memperkuat positioning merek. Jika ada tendensi membingungkan, harus dicari relevansinya dengan positioning merek. Tujuan fitur adalah untuk membangun image dan reputasi merek. Tentang cycle time-nya berapa lama, semestinya tidak terlalu sering. Setahun bisa maksimal dua kali dengan fitur yang berbeda. Terlalu sering berarti boros biaya dan membuat pelanggan makin bingung akan positioning merek dan makin loose. Selamat bekerja. (www.marketing.co.id)