Dari Hobi ke Bisnis, Podcast Kini Naik Kelas!

0
Podcast Naik Kelas: Dari Audio ke Video, Dari Hobi ke Bisnis
Podcast Naik Kelas: Dari Audio ke Video, Dari Hobi ke Bisnis (Ilustrasi: Freepik.com)
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Podcast Naik Kelas: Dari Audio ke Video, Dari Hobi ke Bisnis
Podcast Naik Kelas: Dari Audio ke Video, Dari Hobi ke Bisnis (Ilustrasi: Freepik.com)

Marketing.co.id – Berita Marketing | Podcast kini bukan lagi sekadar medium alternatif untuk mendengarkan obrolan santai di sela aktivitas. Di Radiodays Asia 2025, terutama dalam sesi Podcast Day Asia, para praktisi dan peneliti sepakat bahwa podcast telah naik kelas menjadi industri dengan potensi bisnis yang semakin serius, khususnya di Indonesia.

Pergeseran Perilaku Pendengar

Data terbaru dari Populix menjadi titik berangkat diskusi. Indah Tanip, VP of Research Populix, menegaskan bahwa masyarakat Indonesia kini lebih menyukai podcast dalam format video dibanding audio saja. Bahkan dibandingkan hasil survei Populix 2023, pendengar podcast audio turun lebih dari setengahnya.

“Dua dari tiga penikmat video podcast menonton hingga akhir, terutama jika ada narasumber yang menarik,” jelas Indah. Artinya, video bukan sekadar pelengkap, melainkan faktor kunci dalam daya tarik podcast masa kini.

Peluang Monetisasi

Bagi Ron Baetiong, Founder & CEO Podcast Network Asia, fenomena ini membuka jalan baru bagi kreator. “Podcast hari ini tidak hanya memanjakan telinga. Aspek visual memperkaya pengalaman sekaligus membuka peluang monetisasi lebih luas,” ujarnya.

Format video memungkinkan iklan yang lebih variatif, mulai dari product placement, logo di latar belakang, hingga komisi affiliate link. Bahkan, tren subscription dan donasi audiens mulai berkembang di Asia Tenggara, menandai loyalitas komunitas pendengar.

Industri Iklan Mulai Melirik

James Cridland, Editor Podnews, menambahkan perspektif global. Menurut data Magellan AI, belanja iklan di podcast naik 28% pada paruh pertama 2025. “Namun perlu diingat, iklan bisa jadi pedang bermata dua. Monetisasi jangan sampai mengorbankan kualitas konten,” tegasnya.

James menyarankan kreator menjaga ownership atas konten mereka, dan melihat model langganan sebagai opsi paling aman. “Pendengar akan tetap datang kalau cerita yang dibawakan autentik, apa pun genrenya,” tambahnya.

Survei Populix juga membedah preferensi dua generasi dominan yaitu Milenial dan Gen Z. Milenial cenderung memilih topik berat seperti politik, berita, dan motivasi. Sementara Gen Z lebih menyukai komedi, hiburan, dengan durasi singkat. Strategi diferensiasi konten inilah yang akan menentukan keberhasilan kreator dalam menjangkau audiens dengan kebutuhan dan gaya konsumsi berbeda.

Dari diskusi Radiodays Asia 2025, jelas bahwa podcast bukan lagi hanya ruang ekspresi, melainkan medium yang bertransformasi menjadi ekosistem bisnis. Dengan format video, dukungan teknologi, dan kreativitas kreator, podcast berpotensi menjadi salah satu kanal pemasaran paling relevan di era digital. “Harapannya, data dan diskusi ini mendorong lahirnya lebih banyak pencerita di Indonesia. Podcast bisa menjadi medium berkelanjutan, baik sebagai hiburan maupun industri,” pungkas Indah Tanip.