Media Quality Penting bagi Brand di tengah Keriuhan Kampanye Capres

Marketing.co.id – Berita Marketing | Dengan dimulainya kampanye Pemilu dan Pilpres 2024, media dan platform sosial dipenuhi dengan pemberitaan dan perbincangan seputar pemilu. Menimbang hal ini kualitas media (media quality) menjadi faktor penting, bahkan bagi  brand dan marketer untuk menempatkan konten dan iklan mereka di lingkungan yang hiperaktif seperti saat ini.

DoubleVerify, (“DV”) (NYSE: DV) – platform perangkat lunak untuk pengukuran, data, dan analitik media digital, membagikan insight bagi para marketer dan brand untuk menavigasi aktivitas mereka dalam periode yang kompetitif ini.

Seiring berkembangnya siklus pemberitaan, pengiklan juga akan mendapatkan keuntungan dengan memastikan bahwa mereka tidak terlihat mendukung pemberitaan yang berpotensi tidak baik, dengan menghindari konten high-risk hate speech (HRHS) dan inflammatory politics & news (IPN).

Temuan yang dipaparkan pada laporan 2022 Four Fundamental Shifts in Advertising & Media oleh DoubleVerify mengungkapkan dampak brand reputation di kalangan konsumen. Di era ketidakpastian dan ketegangan politik, 68% dari mereka yang disurvei menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya tingkat konten palsu atau menyesatkan. Selain itu, 69% responden menyukai  brand yang secara aktif memerangi jenis-jenis konten seperti itu.

Baca juga: Marketing Politik: Apa Saja yang Dijual Partai Politik?

“Siklus berita yang terus berkembang merupakan platform menarik yang perlu dievaluasi dengan cermat. Di satu sisi, brand cenderung ingin memanfaatkan tren seputar pemilu untuk mengarahkan perhatian pada kampanye mereka. Namun, periode pemberitaan yang ramai belum tentu menguntungkan mereka,” kata Muhammad Arif Bijaksana, Business Director, Indonesia, DoubleVerify.

Lebih jauh Arif memaparkan ada dua hal yang pertama diperhatikan dari ramainya pemberitaan kampanye Pemilu.

“Pertama, opini konsumen yang kami amati terkait konten politik dan berita yang menghasut menunjukkan bahwa pengiklan harus berhati-hati dengan konten yang akan mereka tampilkan. Kedua, laba atas investasi (ROI) yang sebenarnya selama periode tersebut dapat menjadi tantangan, karena banyak pengiklan yang berebut perhatian dari audiens yang sama. Pengiklan dapat memperoleh  keuntungan dengan  memperhatikan media quality pada kampanye mereka, yang memainkan peran penting dalam efektivitas kampanye iklan. Definisi media quality yang kami miliki di DV adalah bahwa lingkungan media tempat iklan tersebut terlihat aman bagi  brand (brand-safe), bebas dari  fraud, dapat dilihat (viewable), dan sesuai dengan geografi yang dituju,” beber Arif.

Sangat penting bagi para pengiklan untuk memastikan pengukuran media quality  dari iklan mereka, terutama pada momentum khusus seperti pemilihan presiden. Meta menyoroti jumlah belanja iklan oleh calon presiden, partai politik, LSM, media massa, dan lembaga publik dalam laporannya baru-baru ini. Sejak Agustus 2020 hingga 24 Oktober 2023, nilai iklan politik yang tercatat mencapai Rp 70,95 miliar dengan total 272.010 iklan yang ditayangkan. Iklan tersebut berasal dari sekitar 19.000 akun atau identitas pengiklan.

“Penting untuk diketahui, pengiklan juga harus mempertimbangkan penerapan pengukuran attention pada kampanye mereka. Penelitian kami menunjukkan bahwa konsumen di Asia Pasifik, termasuk konsumen Indonesia, menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengkonsumsi konten online saat ini dibandingkan sebelum pandemi. Namun, konsumsi konten terpecah di berbagai platform seperti media sosial dan layanan streaming,” jelas Arif.

Capres
Ilustrasi: JPNN.Com

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh DV mengungkapkan pandangan positif diantara para marketer di Asia Pasifik mengenai pengukuran media quality. Sebanyak 91% responden menegaskan peran penting media quality dalam meningkatkan efektivitas kampanye secara keseluruhan.

Selain itu, 98% menggunakan alat verifikasi iklan dalam kampanye mereka. Namun, terdapat kesenjangan yang mengkhawatirkan antara niat dan tindakan dalam hal verifikasi, di mana hal tersebut tidak diterapkan secara konsisten oleh semua marketer di Asia Pasifik, dengan hanya satu dari tiga marketer yang menggunakan alat verifikasi secara tidak menyeluruh.

Baca juga: Para Pesohor di Panggung Politik dan Fenomena Anti Politisi Selebritas

Sebagian besar marketer gagal mengevaluasi pembelian media digital terhadap metrik kualitas yang utama. Hanya 17% yang mengevaluasi indikator efektivitas yang penting seperti brand suitability (kesesuaian brand), viewability (keterlihatan), fraud (penipuan), atau apakah iklan ditayangkan di wilayah geografis yang dituju.

Pengiklan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam hal pengukuran media quality. Seiring dengan pertumbuhan lanskap periklanan digital, pengiklan dihadapkan pada tantangan untuk memastikan, bahwa iklan mereka dilihat oleh audiens yang dituju. Untuk memastikan media quality, sangat penting bagi marketer dan brand untuk fokus pada tiga komponen inti, yaitu: Brand Safety, Ad Fraud Prevention dan Viewability.

  1. Brand Safety: Brand dan pengiklan harus memprioritaskan keamanan untuk melindungi reputasi. Hal ini termasuk memastikan bahwa iklan tidak terkait dengan konten yang berbahaya, menyinggung, atau tidak pantas.
  2. Ad Fraud Prevention: Penipuan iklan adalah masalah serius dalam ruang periklanan digital. Marketer perlu memastikan bahwa konten dapat dilihat oleh real human (audiens nyata).
  3. Viewability: Sejauh mana sebuah iklan benar-benar dilihat oleh pengguna. Marketer harus memastikan bahwa konten mereka dapat dilihat untuk memaksimalkan strategi pemasaran.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here