
Marketing.co.id – Berita UMKM | Dalam dunia pemasaran modern, branding sering kali disebut sebagai “nyawa” dari sebuah bisnis. Namun, membangun brand yang kuat tidak bisa hanya mengandalkan logo yang menarik atau slogan yang mudah diingat saja.
“Branding bukan sekadar identitas visual, melainkan janji yang harus konsisten diwujudkan dalam setiap aspek bisnis,” ujar Direktur PT Pan Pacific Development Ronny Latu, perusahaan yang menaungi brand sabun antiseptik Asepso.
Menurutnya, branding yang kuat justru lahir dari keselarasan strategi, termasuk bagaimana perusahaan menerapkan bauran pemasaran klasik yang dikenal dengan 4P: Product, Price, Place, dan Promotion.
Sejarah Singkat Marketing Mix 4P
Dikutip dari Wikipedia, 4P Marketing atau Marketing Mix 4P merupakan model dasar strategi marketing yang terdiri dari empat elemen penting, yaitu Produk (Product), harga (Price), Tempat (Place), dan Promosi (Promotion). Konsep ini membantu perusahaan merancang strategi yang efektif dalam menawarkan produk atau layanan kepada target pelanggan, memastikan ketersediaan produk di tempat yang tepat, dengan harga yang sesuai, dan diinformasikan melalui promosi yang tepat.
Istilah bauran pemasaran digunakan pertama kali oleh Neil Border (1964) yang terinspirasi dari gagasan James Cullington (1948). Gagasannya adalah bahwa seorang eksekutif bisnis berperan sebagai ‘mixer of ingredients’. Border Menyusun daftar elemen bauran pemasaran terdiri atas 12 aspek. Kemudian, daftar tersebut disederhanakan dan dipopulerkan Jerome McCarthy (1968) ke dalam 4 aspek pokok, yakni Product, Price, Place dan Promotion yang kemudian dikenal dengan istilah 4P.
Product: Kualitas dan Diferensiasi
Produk adalah pondasi. Pelanggan tidak hanya mencari fungsi, tetapi juga experience. Apple misalnya, tidak hanya menjual smartphone, melainkan gaya hidup yang inovatif. Dalam konteks branding, setiap detail produk mulai dari desain, fitur, hingga layanan purna jual menjadi representasi dari janji merek.
Price: Lebih dari Sekadar Angka
Harga tidak hanya mencerminkan biaya, tetapi juga persepsi nilai. Strategi penetapan harga harus selaras dengan positioning merek. Sebuah brand premium seperti Rolex tidak akan menurunkan harga hanya demi bersaing. Karena, eksklusivitas adalah bagian dari branding itu sendiri. Sebaliknya, merek mass market seperti Indomie menjaga keterjangkauan sebagai identitas utama.
Place: Distribusi sebagai Cermin Reputasi
Saluran distribusi atau place menentukan seberapa mudah pelanggan bisa mengakses produk. Brand mewah memilih butik eksklusif di pusat kota besar untuk menjaga citra premium. Sementara merek FMCG memastikan produknya tersedia di warung hingga minimarket. Konsistensi dalam memilih jalur distribusi akan memperkuat pesan merek yang ingin disampaikan.
Promotion: Lebih dari Sekadar Iklan
Promosi adalah cara brand berkomunikasi dengan pelanggan. Di era digital, promosi tidak lagi cukup hanya dengan iklan satu arah. Interaksi melalui media sosial, kampanye berbasis cerita (storytelling), hingga kolaborasi dengan influencer menjadi cara baru untuk membangun kedekatan emosional dengan para pelanggan. Seperti kata pepatah marketing, “People don’t buy products, they buy stories.”
4P sebagai Fondasi Branding
Ketika branding dipadukan dengan marketing mix 4P, hasilnya adalah ekosistem yang utuh. Produk yang berkualitas, harga yang sesuai nilai, distribusi yang konsisten, serta promosi yang menyentuh hati akan menciptakan brand yang bukan hanya dikenal, tetapi juga dicintai.
“Pada akhirnya, branding dan marketing mix 4P adalah satu paket lengkap yang tidak bisa dipisahkan. Branding memberi jiwa, marketing mix 4P memberi struktur,” tutup Ronny.