Jangan Salah Langkah, Pahami Ini Dulu Agar Semakin Cuan di TikTok Shop

[Reading Time Estimation: 4 minutes]
Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia
Foto 1_Shoppertainment 2024 Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia

Laporan terbaru ini diharapkan dapat membantu brand lokal mempersiapkan strategi marketing yang tepat di TikTok tahun ini dengen menerapkan pendekatan berbasis entertainment first, commerce later, atau biasa disebut Shoppertainment. 

Marketing.co.id – Berita UMKM | TikTok baru saja meluncurkan laporan terbaru bertajuk Shoppertainment 2024: The Future of Consumer & Commerce here in APAC. Menurut laporan tersebut, 59% konsumen Indonesia dipengaruhi konten non-promosi. Mereka lebih suka membuat keputusan intuitif dengan secara aktif mencari informasi untuk menilai kualitas produk.

Percaya pada intuisi sebelum memilih brand atau produk 

Dalam laporan tersebut terdapat sejumlah perubahan tren perilaku konsumen di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Hanya 41% konsumen di Indonesia yang terpengaruh konten promosi sebelum memutuskan membeli. Kini, mereka lebih mempercayai intuisi saat menentukan apakah produk itu cocok dengan mereka atau tidak, tanpa perlu mencari informasi lebih lanjut. Laporan ini menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia lebih mungkin 2 kali lipat untuk membuat keputusan belanja secara intuitif, dibandingkan mereka yang jarang belanja di platform sosial atau hiburan.

Baca Juga: 7 Langkah Mudah Membangun Loyalitas Pelanggan

Dari segi konten, konsumen Indonesia lebih menyukai konten video yang memiliki tingkat relevansi dan autentik yang tinggi dengan kehidupan mereka (Relatable Realism). Video yang memperlihatkan kualitas produk secara nyata, memperbolehkan audiens melihat produk tersebut dari berbagai angle, justru lebih disenangi konsumen. Inilah yang membuat format live shopping menjadi populer karena memberikan akses kepada konsumen untuk melihat produk sepenuhnya seperti melihatnya secara langsung.

Pengalaman belanja tanpa hambatan menjadi dambaan

Sebagian besar konsumen Indonesia (93%) mencari platform belanja yang berbasis konten dalam 1-2 tahun ke depan, di mana mereka bisa menemukan, mempertimbangkan, dan membeli produk di satu platform. Konten video di platform seperti TikTok pun menjadi cara bagi konsumen ini untuk mencari produk secara rutin, di mana 2.5 kali lebih banyak orang yang memanfaatkan platform video, dibandingkan menemukan produk lewat mesin pencarian tradisional.

Sejalan dengan temuan ini, sebanyak 77% konsumen di Indonesia juga secara rutin mencari produk di platform sosial dan hiburan online. Tidak hanya konten video, konsumen Indonesia juga 1.4 kali lebih mungkin untuk berpartisipasi di live shopping baik di TV ataupun online, dibandingkan konsumen lainnya di Asia Pasifik.

Baca Juga: Branding, Rahasia Sukses UMKM Memenangkan Persaingan

Melihat potensi konten video sebagai sumber informasi konsumen tentang suatu produk, brand shampo Kelaya pun sangat serius dalam menggarap konten-kontennya di TikTok. UMKM asal Surabaya ini mengutamakan konten yang edukatif, namun tetap menghibur, dengan mengedepankan penjelasan mengenai manfaat dan kandungan produknya.

“Konsumen Kelaya sangat menyukai konten-konten video yang informatif. Hal ini membuat kami menjadi lebih gencar untuk memberikan edukasi perawatan rambut dengan berkolaborasi langsung bersama dokter sebagai ahli di bidangnya. Selain itu, kami juga terus memberikan informasi seputar kualitas dan kandungan produk kami sehingga membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap keaslian dan keterjaminan produk Kelaya ini hingga mendorong mereka untuk membeli produk kami,” jekas Ardian Faisal Akbar, Founder & CEO Kelaya.

Interaksi antar konsumen ikut jadi penentu

Sebanyak 45% konsumen di Indonesia ternyata dipengaruhi komunitas konten (content community). Mereka cenderung merayakan dan membagikan brand maupun produk yang mereka sukai atau mereka lihat, mewujudkan semangat “gotong royong” khas Indonesia untuk membantu satu sama lain (Alturistic Sharings).

Selain itu, 81% konsumen Indonesia membuat konten dengan cara yang ‘mengalir’ atau interaktif dengan mengikuti tren dari para kreator, serta mendorong pengguna lainnya agar berkontribusi di kolom komentar, like, dan lainnya. Hal ini juga terlihat dari para pengguna di TikTok yang ingin saling terhubung, berinteraksi, dan memengaruhi keputusan pemilihan brand atau produk.

HEYLOOK, brand UMKM fashion dari Tangerang yang telah didirikan sejak 2006, kini telah merangkul pasar offline dan online untuk mengoptimalkan laju bisnisnya. Mereka berkomitmen menjangkau lebih banyak orang dan memperkuat kepercayaan terhadap produk lokal, dengan memperluas basis pelanggan mereka di luar Indonesia melalui semangat #LocalToGlobal.

Baca Juga: 5 Tips Agar Keuangan Bisnis UMKM Tetap Sehat

Sejak Maret 2022, HEYLOOK telah membentuk komunitas mereka sendiri di TikTok melalui konten kreatif yang menampilkan produk-produk mereka yang penuh gaya. “Perilaku tren konsumen di Indonesia yang sangat kuat dalam komunitas konten, menjadi peluang emas bagi kami untuk mengoptimalkan bisnis di TikTok. Ke depannya, kami melihat bagaimana sesama kreator bisa saling mempengaruhi, karena itulah kami ingin berkolaborasi dengan kreator, bukan hanya untuk mengulas, tapi juga menciptakan produk bersama,” ungkap Hikma Sukmawati, Owner HEYLOOK.

Brand lokal tidak bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan tradisional. Strategi Shoppertainment yang sukses memerlukan kombinasi konten informatif, pengalaman berbelanja yang mudah atau seamless, dan keterlibatan konsumen yang aktif melalui komunitas dan konten kreator. Dengan beradaptasi terhadap tren-tren ini, memungkinkan brand untuk dapat terhubung dengan generasi pembeli yang percaya diri dalam menemukan dan membeli produk sambil mereka menikmati hingga ikut membuat konten mengenai brand tersebut.

Baca Juga: Konsep Shoppertainment Sangat Disukai Konsumen Indonesia

Head of Business Marketing TikTok IndonesiaSitaresti Astarini mengatakan, perkembangan teknologi dan kondisi ekonomi yang dinamis terus memengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja. Di Indonesia, konsumen lebih memilih mengikuti intuisi mereka dengan mencari konten yang informatif, menghibur, dan ragam konten dari komunitas yang diikuti sebelum membeli produk. Mereka juga lebih suka mencari produk di platform sosial dan hiburan.

“Ini menjadi kesempatan untuk brand memanfaatkan Shoppertainment, kegiatan perdagangan berbasis konten interaktif yang menghibur dan dapat berkolaborasi dengan kreator serta komunitas untuk terus berinteraksi dengan konsumennya,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here