Cyber Threats Q2 2025: Sektor Pendidikan Jadi Target Utama, Eropa Alami Lonjakan Tertinggi

0
serangan saiber cyber attack
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Cyber Threats Q2 2025: Sektor Pendidikan Jadi Target Utama, Eropa Alami Lonjakan TertinggiLaporan Check Point Research mengungkap peningkatan serangan siber global sebesar 21% secara tahunan di kuartal kedua 2025. Sektor pendidikan dan kawasan Eropa menjadi titik panas baru dalam lanskap ancaman digital.

Marketing.co.id – Berita Digital | Dunia digital semakin bergejolak. Laporan terbaru Check Point Research (CPR) mencatat lonjakan tajam dalam serangan siber global. Rata-rata terjadi 1.984 serangan per organisasi setiap minggu, atau naik 21% dibanding tahun lalu. Menurut laporan tersebut, sektor Pendidikan menjadi sasaran utama, dan Eropa menjadi kawasan dengan peningkatan serangan tertinggi.

Baca Juga: Human Factor Jadi PR Besar Dunia Cybersecurity

Sektor pendidikan mencatat lebih dari 4.300 serangan siber per organisasi setiap minggu—tertinggi dibanding sektor lain. Lonjakan 31% dari tahun sebelumnya ini menunjukkan bahwa institusi pendidikan, sering kali dengan sumber daya keamanan terbatas, menjadi ladang subur bagi pelaku ancaman yang mengincar data pribadi siswa dan staf.

“Institusi pendidikan adalah target lunak dengan imbal hasil data yang tinggi,” menurut catatan CPR dalam laporannya. “Dari kredensial hingga akses ke sistem pemerintah atau riset strategis, ancamannya nyata dan terus membesar.”

Baca Juga: 80% Perusahaan di Indonesia Kekurangan Tenaga Ahli Cybersecurity

Meskipun Afrika dan Asia Pasifik masih mencatat volume serangan mingguan tertinggi secara rata-rata, Eropa menunjukkan pertumbuhan serangan tertinggi atau naik 22% YoY. Gejolak geopolitik, ketegangan kawasan, dan keragaman regulasi keamanan digital disebut sebagai pemicu utama meningkatnya celah ancaman. “Lonjakan di Eropa bukan hanya soal volume, tapi tentang bagaimana aktor ancaman memanfaatkan kompleksitas hukum dan sistem untuk menyusup,” jelas para peneliti CPR.

Data publik dari situs “shame site” milik pelaku ransomware mencatat lebih dari 1.600 insiden ransomware global selama Q2 2025. Sebanyak 53% di antaranya terjadi di Amerika Utara, sementara Eropa menyumbang 25% insiden.

Baca Juga: 8 Praktik Terbaik Mengamankan Data Perusahaan

Tiga sektor paling terdampak adalah Business Services, Industrial Manufacturing, dan Healthcare. Ketiganya dikenal memiliki sistem kompleks dengan data sangat berharga, baik dari sisi finansial maupun privasi. Oleh karena itu, para peneliti menyarankan agar mewaspadai perubahan pola serangan sektor-spesifik, kesenjangan regional dalam volume serangan, evolusi teknik ransomware dan publikasi insiden.

Saatnya Beralih ke Pencegahan Proaktif

Di tengah ancaman yang kian dinamis, CPR menekankan pentingnya pendekatan prevention-first. CPR merekomendasikan beberapa langkah strategis berikut:

  • Gunakan teknologi keamanan canggih: Seperti sistem pencegahan intrusi (IPS), anti-ransomware, dan intelijen ancaman real-time.
  • Perkuat endpoint dan jaringan: Firewall, proteksi email, dan segmentasi jaringan adalah keharusan.
  • Bangun budaya waspada: Pelatihan karyawan dan simulasi phishing secara berkala bisa menjadi benteng awal.
  • Persiapkan pemulihan data: Backup tersegmentasi dan skenario uji pemulihan harus rutin dilakukan.
  • Terapkan prinsip Zero Trust: Selalu verifikasi akses dan batasi pergerakan lateral dalam jaringan.
  • Ikuti intelijen ancaman: Agar dapat merespons cepat terhadap tren ancaman terbaru.

Tidak ada “one solution”, tapi banyak lapisan pertahanan. Sebab, serangan siber tak mengenal batas sektor atau wilayah. Namun, kesiapan dan strategi yang cermat bisa menjadi pembeda antara sekadar bertahan atau benar-benar resilient. Di era serangan yang makin canggih, keamanan siber adalah investasi strategis.