Marketing.co.id – Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang bagaimana Anda harus mementingkan dan menerapkan transparansi, kolektivisme, dan kolaborasi. Tapi sebelumnya, mari kita ulang sedikit poin pertama mengenai transparansi, yaitu mendengarkan dan merespons.
Apakah Anda Mementingkan Transparansi?
Mendengarkan dan Merespons
Apakah Anda mendengarkan? Apakah Anda mempunyai sistem untuk memonitor social media (SMM—social media monitoring)? Apakah Anda menganalisis sejumlah percakapan yang terjadi? Apakah sentimen di balik semua percakapan tersebut (positif, negatif, netral)? Apakah Anda tahu arah atau kecenderungan dari segala percakapan ini seiring waktu?
Mengenai kompetitor atau pesaing, apakah Anda menganalisis skor SIM (social influence marketing) Anda? Apakah Anda mengumpulkan data untuk keperluan pemasaran, produk, dan wawasan tentang pelayanan pelanggan? Apakah Anda mengenali di mana saja biasanya produk, perusahaan, atau diri Anda dibicarakan? Apakah Anda menggunakan SMM dan search untuk meramalkan penjualan dan juga untuk menentukan keefektifan kampanye-kampanye offline Anda?
Suara-suara Merek Baru
Apakah Anda merespons? Apakah Anda punya kebijakan sendiri tentang social media untuk para staf? Siapa saja yang bersuara atas merek Anda? Apakah mereka mempunyai panduan untuk menyuarakannya? Bagaimana juga Anda bisa memonitor kemajuan yang dicapai?
Key Influencers
Apakah Anda mengenali siapa saja yang mampu menjadi pengaruh terbesar secara online melalui SMM? Apakah Anda mempunyai strategi pemasaran khusus bagi orang-orang ini? Apakah Anda turut memasukkan tujuan serta hasil dari para key influencer ini pada strategi komunikasi Anda? Apakah Anda pernah menggunakan strategi key influencer ini sebagai inti dari kampanye Anda?
Apakah Anda Mementingkan Kolektivisme?
Brand Experience yang Luar Biasa
Apakah Anda mempunyai konteks yang lebih besar daripada produk atau servis Anda? Suatu konteks yang cukup besar sehingga orang-orang ingin berpartisipasi di dalamnya? Apakah Anda sudah menghidupkan konteks yang lebih besar melalui pengalaman merek secara digital? Pengalaman sosial secara digital? Terobosan pengalaman secara digital yang sebelumnya tak mungkin? Apakah ada pelanggan potensial yang belum terlayani maksimal dimana Anda bisa memasarkan sesuatu kepada mereka secara menguntungkan melalui channel–channel digital? Apakah Anda menggunakan behavioral targeting untuk periklanan online? Apakah Anda menjalankan paid search secara kontinu supaya pelanggan mudah menemukan yang mereka cari? Anda harus menjembatani gap di antara minat yang timbul dari komunikasi offline dengan keberadaan online Anda.
Percakapan
Apakah Anda menggunakan pull marketing untuk mengisi percakapan yang sudah ada tentang kategori Anda dengan konten yang berarti? Apakah Anda juga melakukan percakapan dengan para pelanggan melalui blog, Twitter, Facebook, atau forum?
Komunitas
Apakah komunitas merek bisa diterapkan pada bisnis Anda? (Suatu komunitas yang terdiri dari para pelanggan, mitra, key influencer, dan pelanggan yang niche?)
Konten
Apakah Anda mempunyai strategi konten untuk merek Anda? Apa saja investasi yang telah dicurahkan pada konten-konten untuk kepentingan merek? Bagaimana Anda menyebarkannya? Apakah bisa disebarkan secara mudah dan tidak sulit pula untuk ditemukan? Apakah Anda sudah memikirkan suatu strategi dimana konten digital yang branded bisa menjadi pusat dari kampanye Anda?
Apakah Anda Mementingkan Kolaborasi?
Crowdsourcing
Apakah Anda terus menambah pelanggan, mitra, karyawan, sekaligus inteligensia mereka secara kolektif melalui crowdsourcing untuk mengembangkan bisnis dan pemasaran, serta berinovasi dalam menawarkan hal-hal baru? Apakah Anda menggunakan crowdsourcing supaya Anda bisa menyusun prioritas akan ide-ide Anda dan mulai membangun berdasarkan ide-ide tersebut?
Komunitas yang Bisa Berdiri Sendiri
Apakah komunitas macam ini bisa diterapkan untuk merek Anda? Apakah pelanggan Anda bisa belajar dan mendapat keuntungan dari nasihat dan pertolongan sesama anggota komunitas tersebut?
Clay Shirky mengatakan, “Sebuah revolusi tidak terjadi ketika masyarakat mengadopsi tools baru, melainkan ketika masyarakat mengadopsi perilaku baru.” Saya akan menambahkan, “Revolusi tidak terjadi ketika pemasaran mengadopsi tools baru, melainkan terjadi ketika para pemasar mengadopsi value dan perilaku baru.”
Kita perlu me-reboot (memulai kembali) pemasaran kita untuk menambahkan lebih banyak value pada dasar atau fondasinya. Blog dan hasil karya saya adalah penelitian yang terus berlanjut tentang bagaimana kita melakukan semua hal tersebut. Saya sangat ingin mendengar pendapat Anda tentang nilai-nilai pemasaran baru, eksperimen, dan cerita-cerita tentang penerapannya di dunia nyata.
-Heather Albrecht-
Digital Marketing Trainer Digital Marketing Strategy at Digital Connections New South Wales, Australia