Dalam artikel ini, Anda akan menemukan cara menggabungkan kekuatan AI dengan sentuhan manusia agar strategi pemasaran tetap terasa personal, relevan, dan dipercaya.
Marketing.co.id – Berita Digital | Di era digital yang serba cepat, kecerdasan buatan (AI) telah mengubah cara brand berinteraksi dengan pelanggan. Otomatisasi membantu meningkatkan efisiensi, mulai dari chatbot hingga sistem personalisasi berbasis data. Namun, jika tidak digunakan dengan bijak, teknologi justru bisa mengikis kepercayaan pelanggan.
Dalam artikel ini, Anda akan menemukan cara menggabungkan kekuatan AI dengan sentuhan manusia agar strategi pemasaran tetap terasa personal, relevan, dan dipercaya.
Apa Itu Human-Centered Marketing di Era AI?
Human-centered marketing adalah pendekatan yang menempatkan kebutuhan emosional dan ekspektasi pelanggan di pusat strategi, bahkan saat teknologi digunakan. Artinya, meskipun Anda menggunakan AI untuk memproses data atau mengotomatisasi tugas, tetap ada nilai-nilai empati, perhatian, dan komunikasi yang hangat dalam setiap interaksi.
Dalam marketing modern, sentuhan manusia masih sangat penting. Karena, menurut survei Forbes 2024, 81% pelanggan lebih suka brand yang memberikan pengalaman yang dipersonalisasi, bukan yang terasa generik atau otomatis. Sementara laporan Sprout Social menyebutkan bahwa 86% pelanggan mengutamakan otentik dalam memilih brand.
Artinya, seberapapun canggihnya teknologi yang digunakan, pelanggan tetap ingin merasa dihargai, dipahami, dan dilayani secara personal. Dikutip Entrepreneurcom, berikut 6 Strategi Marketing untuk Menjaga Keseimbangan antara AI dan Empati
-
Gunakan AI untuk Efisiensi, Bukan untuk Mengganti Peran Manusia
Gunakan chatbot untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum yang sering ditanyakan pelanggan, tetapi pastikan ada opsi untuk bicara langsung dengan tim customer service. Pelanggan butuh kepastian bahwa ada orang sungguhan yang siap membantu mereka ketika dibutuhkan.
-
Personalisasi Bukan Sekadar Nama
Hindari personalisasi dangkal seperti “Hi [Nama pelanggan]”. Tampilkan konteks seperti riwayat pembelian, interaksi terakhir, atau masalah yang baru disampaikan pelanggan. Inilah bentuk personalisasi kontekstual yang benar-benar terasa relevan.
-
Jadikan Frontliner sebagai Sumber Insight
Customer support, sales, dan social media manager tahu betul keluhan dan kebutuhan dari para pelanggan Anda. Integrasikan masukan dari mereka dalam strategi kampanye agar lebih tepat sasaran.
-
Ajak Pelanggan Memberi Masukan
Gunakan kolom komentar, polling, dan email feedback sebagai sumber data real-time. Pelanggan akan merasa dilibatkan dan dihargai, dan Anda pun mendapat insight yang tidak bisa ditemukan dari dashboard analytics saja.
-
Tampilkan True Story dari Balik Brand Anda
Gunakan storytelling untuk memperkuat identitas brand Anda. Konten otentik seperti behind the scenes, proses produksi, atau testimoni tim internal dapat membangun kepercayaan lebih dalam dibanding promosi berbayar.
-
Cek Ulang Apakah Pesan Anda Terdengar Manusiawi
Setiap kali Anda mengirim email otomatis atau menayangkan iklan, tanyakan: “Apakah ini terdengar seperti dari manusia untuk manusia?” Jika tidak, revisi tone dan gaya bahasanya agar lebih personal dan hangat.
Kecanggihan AI seharusnya tidak menghilangkan sisi manusia dari komunikasi brand Anda. Dengan memadukan teknologi AI dan sentuhan manusia (empati), Anda bisa membangun pengalaman pelanggan yang tidak hanya efisien, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang.
Nah, jika Anda ingin strategi marketing yang lebih manusiawi tapi tetap berbasis data, Anda bisa menghubungi HERA atau Konvergence untuk konsultasi strategi digital yang seimbang antara teknologi AI dan sentuhan manusia.