Saatnya Tahu #YangBenar, Bongkar Fakta MSG yang Sering Disalahpahami Masyarakat

0
mitos dan fakta MSG
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

mitos dan fakta msg sasaSaatnya Tahu #YangBenar: Bongkar Fakta MSG (Monosodium Glutamat) yang Sering Disalahpahami oleh Masyarakat Indonesia

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | MSG (Monosodium Glutamat) kerap menjadi topik hangat di masyarakat Indonesia. Sebagian orang memilih menghindarinya karena dianggap berbahaya, sementara yang lain masih ragu memasukkannya ke dalam masakan. Namun, fakta ilmiah justru menunjukkan bahwa MSG aman dikonsumsi selama digunakan sesuai takaran.

Melalui kampanye MSG #YangBenar, PT Sasa Inti berupaya meluruskan berbagai persepsi keliru mengenai penyedap rasa ini. Albert Dinata, Head of Marketing PT Sasa Inti menegaskan bahwa edukasi publik menjadi kunci. “Lezat itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah perasaan tenang saat menyajikan masakan untuk keluarga. Lewat kampanye MSG #YangBenar, kami ingin masyarakat tahu bahwa MSG aman digunakan karena terbuat dari bahan alami, dan justru bisa membantu pola makan yang lebih sehat jika digunakan dengan bijak,” ujar Albert

MSG dari Proses Alami

Sasa MSG diproduksi melalui fermentasi alami tetesan tebu, serupa dengan proses pembuatan tempe, kecap, atau yogurt. Dari fermentasi tersebut dihasilkan kristal glutamat murni yang aman, higienis, dan identik dengan glutamat alami yang terdapat pada tomat, jamur, keju, hingga ASI.

Menurut Nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, glutamat memiliki banyak fungsi penting, mulai dari mendukung sistem imun, membantu fungsi otak, hingga mengatur rasa kenyang.

“Faktanya, glutamat dalam MSG sama dengan yang ada di sayuran, buah, dan daging. Jadi tidak ada alasan khawatir, asalkan digunakan secukupnya,” jelasnya.

Salah satu keunggulan MSG adalah kandungan natriumnya yang hanya sepertiga dari garam dapur. Penelitian menunjukkan, mengganti sebagian garam dengan MSG bisa menurunkan konsumsi garam hingga 30–40% tanpa mengurangi cita rasa. Langkah sederhana ini berpotensi membantu menjaga kesehatan jantung, ginjal, dan tekanan darah.

Di Indonesia, BPOM RI menetapkan MSG sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Keamanan MSG juga diperkuat dengan SK Menteri Kesehatan RI, sertifikat halal MUI, serta dukungan regulasi dari Kementerian Agama. Secara global, WHO/FAO Expert Committee on Food Additives (JECFA) dan US FDA (Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika Serikat) telah memberikan status GRAS – Generally Recognized As Safe untuk MSG sejak 1958.

Kampanye Edukasi #YangBenar

Sebagai bagian dari kampanye ini, Sasa meluncurkan microsite MSGyangbenar.sasa.co.id, konten edukasi di media sosial, hingga demo masak bersama chef. Sejumlah tokoh kredibel juga dilibatkan, antara lain Dr. Sonia Wibisono, Chef Martin Praja, Mom-fluencer Caca Tengker, serta food technologist Harry Nazaruddin.

Takaran yang dianjurkan untuk penggunaan MSG adalah sekitar satu sendok (3–4 gram) untuk empat porsi masakan keluarga. Bahkan anak di atas dua tahun dapat mengonsumsinya selama seimbang dengan gizi lainnya.

Lewat kampanye ini, Sasa menekankan bahwa MSG bukan sekadar penyedap rasa, melainkan bagian dari pola makan yang bisa lebih sehat jika digunakan dengan bijak. Dengan pemahaman yang tepat, keluarga Indonesia dapat menikmati masakan yang lezat, aman, dan menyehatkan tanpa lagi dibayangi mitos seputar MSG.