Trinity sangat lihai dalam mengorkestrasikan elemen offline dan online marketing. Bagaimana caranya?
Potensi musik digital di Indonesia sangat besar. Hal itu bisa dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang besar serta penggunaan smartphone yang terus meningkat jumlahnya.
Besarnya potensi musik digital di Tanah Air ini juga bisa dilihat dari banyaknya platform musik asal luar negeri yang berlomba-lomba masuk ke Indonesia, seperti iTunes, Spotify, Deezer, Rdio, Guvera, dan YouTube.
Provider selular juga memiliki platform musik sendiri, seperti Telkomsel dengan Langit Musik-nya, XL dengan Musikkamu-nya, Indosat dengan Arena Musik-nya.
Tak hanya itu, pertumbuhan RBT di tahun 2014 juga mengalami kenaikan yang cukup baik. Selain itu dengan adanya platform streaming musik yang mulai masuk ke Indonesia, dirasa akan ber-impact baik ke penjualan musik digital.
Tentu hal itu membuat persaingan di industri musik semakin kompetitif. Rizki Utami, Marketing Manager Trinity Optima Production mengatakan, persaingan dalam industri musik sebenarnya terjadi dalam hal materi. Pasalnya, industri musik adalah industri yang didasari oleh kekuatan konten.
Selain konten, persaingan juga terjadi dalam hal promosi dan distribution channel yang luas. Banyak sekali peluang yang ada dalam industri musik. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita jeli menangkap kebutuhan dari pecinta musik itu sendiri.
Untuk menangkap peluang besar tersebut, Trinity selalu berusaha melihat kebutuhan penggemar dan membuat konten (lagu) yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Misalnya, pada saat Ungu menjadi trendsetter untuk lagu religi yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Ungu sendiri. Ungu merilis mini album SurgaMu pada tahun 2006, dengan single SurgaMu dan Andai Ku Tahu.
Lagu tersebut meledak, Ungu kemudian mendapatkan Multi Platinum Award atas penjualan albumnya serta download RBT tertinggi. Setelah itu lagu-lagu religi yang dibawakan artis lain pun mulai bermunculan, meski lagu-lagu yang mereka bawakan adalah lagu-lagu religi lawas yang di-recycle, diaransemen ulang.
Contoh lainnya adalah pada saat Trinity merilis ST12 sebagai band pop melayu pertama di Indonesia. Sejak itu, band-band pop melayu di Indonesia mulai bermunculan.
“Label (perusahaan rekaman) yang memiliki konten yang bisa diterima masyarakat akan menjadi pemenangnya,” terang Rizki.
Cerdik Manfaatkan Kanal Digital
Kiki, begitu Rizki biasa disapa, bercerita bahwa sekitar lima tahun lalu, Trinity adalah salah satu perusahaan rekaman dengan biaya promosi terbesar. Biaya promosi satu album bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Uang tersebut dihabiskan untuk TV, radio, maupun media cetak. Seiring dengan berkembangnya media online dan media sosial, Trinity pun mulai menggunakannya sebagai sarana promosi.
Trinity saat ini memiliki website fanpage, YouTube Channel, dan hampir semua akun media sosial seperti Twitter dan Instagram. Seluruh artis yang berada di bawah naungan Trinity pun hampir memiliki website, fanpage, juga akun Twitter personal, Instagram, Path maupun social messenger seperti Line atau KakaoTalk sendiri.
“Dengan semakin berkurangnya acara musik di TV yang bisa menayangkan video klip artis, channel YouTube pun mulai digunakan sebagai media untuk menayangkan video klip,” lanjut Kiki.
Meski demikian, saat ini Trinity masih memproduksi album konvensional yang didistribusikan melaui beberapa distribution channel seperti KFC, Gramedia, Texas, maupun melalui toko-toko kaset.
“Income dari streaming musik saat ini masih jauh di bawah penjualan album fisik, karena saat ini orang dapat dengan mudah memperoleh lagu melalui free download di internet,” keluh Kiki.
Biaya produksi lagu yang akan didistribusikan secara digital maupun non-digital sama. Pasalnya, Trinity sangat menjaga kualitas setiap produk yang dibuat. Hanya, yang membedakan di antara keduanya adalah pada tahap distribusi lagu.
Distribusi lagu secara digital tidak ada komponen biaya duplicating, cetak cover, dan ring CD. Sedangkan, biaya tersebut harus dikeluarkan pada saat merilis album fisik, sehingga biaya distribusi album fisik lebih mahal.
Guna memasarkan dan menjual musik digital, Trinity bekerja sama dengan beberapa platform musik asal luar negeri yang telah masuk ke Indonesia, seperti iTunes, Guvera, YouTube, Melon, maupun platform musik lokal yang bekerja sama dengan operator (telco) seperti Musikkamu, Arena musik dan Langit musik.
Selain itu, Trinity juga bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki distribution channel luas (seperti KFC, Gramedia, Texas, dan lainnya) untuk penjualan album fisik sehingga dapat mempermudah orang mendapatkan album.
“Tidak sulit bagi kami untuk berjualan. Kami yakin, dengan kreativitas dan kualitas dalam memproduksi konten serta didukung oleh promosi yang dijalankan, album maupun single yang kami produksi akan tetap dicari penggemar, baik secara konvensional maupun digital,” ucap Kiki optimis.
Trinity juga sangat lihai dalam mengorkestrasikan elemen offline dan online marketing. Setiap kegiatan yang dilakukan artis mereka selalu didokumentasikan dalam bentuk video, seperti pada saat rekaman di studio, pemotretan untuk cover, shooting video klip maupun kegiatan promosi.
Kemudian video tersebut diunggah ke YouTube sehingga orang-orang dapat mengetahui kegiatan idola mereka. “Bagi kami, YouTube bukan hanya sebagai media berpromosi, namun juga menjadi salah satu revenue stream bagi kami,” lanjut Kiki mengakhiri.
Editor: Sekar Ayu
Artikel ini pertama kali muncul di Majalah Youth Marketers. Klik di sini untuk melihat artikel asli dan artikel lainnya tentang “Mengulik Pemasaran Musik di Indonesia”.