Konten Marketing, Cuma Wacana PR dan Marketers

Konten Marketing, Wacana PR dan Marketers
Sumber: OnlineBusiness.Volusion.com

Setiap pemasar dan public relations mengaku bahwa konten marketing itu penting. Saking pentingnya, tiap pemasar wajib memiliki strategi untuk menampilkan konten yang unik. Hanya saja ketika di survei, ternyata tidak terlalu banyak dari mereka yang mengaku mengaplikasikan teori tersebut.

Maraknya perkembangan dunia teknologi informasi memaksa para PR dan marketer untuk bisa tampil di ranah digital agar mereknya mudah di lihat publik. Inilah yang kemudian membuat konten marketing menjadi topik pembicaraan yang hangat.

Meski demikian, wacana tersebut tidak banyak diterapkan. Setidaknya, hanya setengah dari seluruh pemasar dan praktisi PR yang patuh akan teori konten marketing.

Hal tersebut dijelaskan oleh Vocus.com. Seperti yang dilansir PR Daily, untuk para pemasar, hanya sekitar 60% dari seluruh responden yang menerapkan strategi konten marketing. Sedangkan para PR profesional, jumlahnya hanya mencapai 53%.

Sayangnya, Vocus tidak menjelaskan secara spesifik alasan para responden memilih menerapkan atau tidak menerapkan strategi konten marketing dalam kampanyenya. Namun alasan yang paling mendekati, kebanyakan dari mereka yang tidak menerapkan strategi konten marketing karena kekurangan staf pemasaran, waktu, serta bujet.

Selain konten marketing, yang dibahas dalam survei tersebut adalah penerapan Search Engine Optimization (SEO).

Tak banyak berbeda dengan konten marketing, ternyata yang menggunakan strategi SEO juga hanya setengahnya. Cuma sekitar 49% dari PR profesional yang memanfaatkan strategi SEO, dan hanya sepertiga dari mereka yang meng-engage pengguna mobile. Padahal, pengguna internet banyak dihasilkan oleh users yang memanfaatkan ponselnya.

Mereka yang tidak menerapkan SEO menjelaskan, penggunaan SEO dinilai sangat mahal dan memakan waktu. Sementara bagi mereka yang sudah menerapkannya, SEO dapat meningkatkan penjualan.

Berikutnya adalah blog, hanya sepertiga dari pemasar dan praktisi PR yang menghabiskan banyak dana untuk memasarkan kontennya di blog. Sementara yang lain menganggap bahwa blog merupakan saluran distribusi yang tidak terlalu efektif.

Mereka lebih tertarik memanfaatkan website perusahaan, email, media sosial, dan media konvensional seperti televisi atau radio.

Sumber: PR Daily

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.