Tak ingin Bernasib sama dengan Komoditas lainnya, IPOSS Promosikan Biofuel Berbasis Sawit

Marketing.co.id – Berita Marketing |Untuk mempromosikan keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia telah lahir organisasi bernama Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS). IPSOS yang berdiri sejak awal tahun ini diklaim sebagai organisasi independen dan non profit. Organisasi ini antara lain didirikan oleh Sofyan Djalil dan Darmin Nasution.

Sofyan Djalil, Vice Chairman IPOSS mengatakan, jika Indonesia tidak memiliki kebijakan yang baik tentang sawit, maka sawit nasibnya bisa seperti komoditas lainnya seperti rempah, teh, atau karet. Awalnya komoditas tersebut menjadi andalan Indonesia, namun akhirnya pamornya memudar karena harganya merosot.

“Dulu rempah yang membuat orang Barat datang kemari, sekarang rempah tinggal sejarah. Juga teh, teropong BOSSCHA di Bandung dibangun oleh pengusaha teh, karena begitu jayanya teh pada saat itu. Sekarang teh harganya jatuh. Banyak kebun teh dikonversi jadi kebun kentang, karena teh tidak kompetitif lagi. Karet juga kalah bersaing dengan karet sintetis,” papar Sofyan, saat memberikan keterangan pers, di School of Business Management ITB, Jakarta, Kamis (20/7).

Sofyan menegaskan, posisi sawit sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena sekitar 18 juta penduduk Indonesia bergantung pada industri ini. “Industri sawit bukan hanya menyangkut korporasi besar tapi juga rakyat kecil,” tandasnya.

Dia juga mengungkapkan, total lahan sawit di Indonesia mencapai sekitar 16,4 juta hektar. Dari jumlah tersebut sebesar 55% dikuasai korporasi dan 45% milik rakyat. Dari sisi produktivitas, perkebunan sawit milik rakyat tertinggal jauh dari korporasi. Rata-rata produktivitas perkebunan korporasi sekitar 6 ton per hektar, sementara perkebunan rakyat hanya 3 ton per hektar.

Baca juga: Sinar Mas Agribusiness and Food Perkenalkan Program Sawit Terampil

“Total luas lahan kebun sawit milik rakyat sekitar 7 juta hektar, hanya 20% yang status tanahnya HGU, sisanya status tidak jelas, sehingga Pemerintah kesulitan untuk melakukan peremajaan kebun sawit rakyat,” tutur mantan Meneg BUMN di era Presiden SBY tersebut.

Gelar Seminar Internasional

Untuk mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit, Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) akan menggelar seminar internasional berjudul “Integrating Biofuels as the Main Pillar of ASEAN Renewable Energy Development for a Resilient and Sustainable Just Energy Transition”. Dalam menggelar seminar ini  IPOSS bekerja sama dengan ASEAN Center for Energy (ACE), Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC), School of Business and Management – Institut Teknologi Bandung (SBM – ITB).

Seminar tersebut merupakan side event Keketuaan ASEAN Bidang Energi di bawah koordinasi Senior Official Energy (BUMN) Leader Keketuaan ASEAN 2023. Event ini akan dilaksanakan di Hotel Westin Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2023.

Seminar akan mengundang pembicara dari kalangan pengambil kebijakan, pelaku bisnis, dan Pakar Internasional dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Australia untuk berdialog dengan investor dan komunitas bisnis, think tank internasional, akademisi, dan media.

Ada tiga topik utama yang akan dibahas dalam seminar tersebut. Pertama, Mengungkap Potensi Bahan Bakar Nabati: Menjelajahi Atributnya yang Lebih Bersih, Lebih Hijau, dan Berkelanjutan untuk Transisi Energi ASEAN. Kedua, Bahan Bakar Nabati sebagai Kontributor Ekonomi Pembangunan: Mengkaji Dampaknya terhadap Lanskap Ekonomi ASEAN. Ketiga, Mendorong Masa Depan Berkelanjutan ASEAN: Menjelajahi Peran Kolaboratif Bahan Bakar Nabati dalam Pembangunan Energi.

IPOSS
Jumpa pers membahas seminar “Integrating Biofuels as the Main Pillar of ASEAN Renewable Energy Development for a Resilient and Sustainable Just Energy Transition”

Terkait alasan mengapa Biofuel penting sebagai alternatif energi terbarukan, Sofyan mengatakan, biofuel menawarkan pengganti bahan bakar fosil konvensional yang lebih bersih dan lebih hijau, yang mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara yang signifikan.

“Dengan mengembangkan biofuel, kita secara aktif berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan kualitas udara, membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, biofuel dapat dihasilkan dari limbah organik, termasuk residu pertanian, limbah makanan, dan sumber organik lain yang tersedia. Karena Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya memiliki cadangan limbah organik yang besar, peluang untuk pengembangan biofuel sangat besar,” bebernya.

Pada kesempatan yang sama, Dono Boestami, Ketua IPOSS mengatakan, seminar tersebut akan menjadi wadah bagi pertukaran pengetahuan, praktik terbaik, dan teknologi dalam produksi biofuel. “Melalui prakarsa dan kemitraan regional, negara-negara ASEAN dapat secara efektif memanfaatkan potensi biofuel dan mengembangkan pengembangan energi berkelanjutan, sehingga mendorong kawasan ini menuju masa depan yang lebih hijau dan sejahtera,” kata Dono.

Sementara itu, Director of Center for Policy and Public Management SBM-ITB, Yudo Anggoro menuturkan, produksi biofuel yang bergantung pada bahan baku seperti tebu, kelapa sawit, dan berbagai biji minyak, memiliki potensi yang sangat besar untuk merangsang pembangunan pertanian dan memberdayakan ekonomi pedesaan. “Semuanya merupakan tanaman asli Indonesia, sehingga kita tak perlu impor,” katanya.

Baca juga: Pupuk Kaltim Kembali Gandeng KOSTRAD Tanam Lebih Dari 63 Ribu Pohon

Selain itu, kata Yudo, di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian, sehingga pengembangan biofuel menciptakan peluang baru bagi petani dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat pedesaan serta mempercepat pengentasan kemiskinan.

“Dari sudut pandang ekonomi, pengembangan sektor biofuel dan rantai pasok terkait memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Investasi dalam infrastruktur produksi biofuel, penelitian dan pengembangan, dan manufaktur membuka jalan bagi industri yang berkembang. Saat sektor ini berkembang, hal tu menciptakan peluang kerja di seluruh rantai nilai, mulai dari pertanian dan pemrosesan hingga distribusi dan ritel,” tutur Yudo.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here