[Survei] Mayoritas Warga Tolak Skema Vaksinasi Berbayar

vaksinasi berbayarMarketing.co.id – Berita Marketing | Mayoritas responden tidak mendukung skema vaksinasi berbayar karena menganggap vaksin sebagai hak warga di kala pandemic menurut hasil survei Change.org Indonesia, Katadata Insight Center (KIC) dan KawalCOVID19.id. Selain itu, skema berbayar dianggap tidak adil terhadap warga kurang mampu.

“Melalui hasil survei ini, kami bisa memetakan masalah-masalah apa yang dihadapi masyarakat berdasarkan pengalaman dan persepsi vaksinasi warga. Ini penting agar masyarakat dan pemerintah bisa menggunakan inputnya untuk memperbaiki program vaksinasi ke depannya,” jelas Efraim Leonard, campaigner dari Change.org Indonesia.

Survei ini disebarkan 6-21 Agustus 2021 secara online ke seluruh Indonesia dengan melibatkan 8.299 responden menggunakan metode convenience sampling.

Pendapat tentang skema vaksinasi berbayar

Dalam paparannya, Head of Katadata Insight Center (KIC) Adek Media Roza menyebutkan bahwa 70% responden tidak setuju vaksin berbayar. Mereka mengatakan bahwa vaksin merupakan hak warga negara (73,9%), vaksin berbayar tidak adil bagi yang kurang mampu (67,9%) dan ada potensi menjadi ladang korupsi di Indonesia (53,5%).

Sementara, 20,2% responden setuju skema vaksin berbayar dengan alasan agar vaksinasi lebih cepat selesai (71,3%), agar vaksin gratis diberikan hanya kepada yang tidak mampu (52,4%) dan agar mengurangi antrian bagi penerima vaksin gratis (49,9%).

“Di antara responden yang setuju vaksin berbayar, ada kecenderungan semakin senior usianya dan semakin baik status ekonominya, dukungan terhadap skema berbayar semakin tinggi tapi tidak sampai menjadi mayoritas,” kata Adek Media Roza.

Edukasi ke lingkungan terdekat

Adek melanjutkan bahwa 86,6% responden menyarankan keluarga dan teman-teman mereka untuk divaksinasi dengan frekuensi sesekali sampai tiap hari. Alasan yang paling sering diungkapkan adalah agar orang-orang terdekat mereka terlindungi (78,7%), dan agar dapat beraktivitas seperti normal (70,1%). Sebanyak 37,5% responden menyatakan orang terdekat mereka ada yang sudah lansia, dan 34,6% mengatakan orang terdekat mereka ada yang memiliki mobilitas tinggi karena harus bekerja dari kantor.

“Kami melihat data ini sebagai indikasi yang baik bahwa responden sadar pentingnya melindungi yang rentan, dan bahwa melindungi diri sendiri saja tidak cukup. Semakin banyak orang di lingkungan sosial mereka yang tervaksinasi, semakin rendah risiko bagi mereka,” jelas Co-founder KawalCOVID19 Elina Ciptadi.

Namun, ada 13,4% atau 1.113 responden yang tidak pernah menyarankan keluarga dan teman-teman mereka untuk divaksinasi. Alasan utamanya adalah memberi kebebasan kepada orang terdekat karena pilihan di tangan masing-masing (81,4%). Di antara mereka yang tidak pernah menyarankan lingkungan terdekatnya untuk vaksinasi, 65,9% atau 773 memang belum divaksinasi dan 79% atau 154 dari mereka merasa tidak ingin divaksinasi. Terdapat kecenderungan dimana jika responden sendiri belum dan tidak ingin divaksinasi, mereka tidak akan menyarankannya pada orang lain.

Kesadaran protokol setelah divaksinasi

Setelah vaksinasi, lebih dari separuh responden masih berusaha tidak keluar rumah kalau tidak penting (52,6%), 43,2% akan keluar rumah tapi tetap dengan mengenakan masker dan jaga jarak. Hanya 4,2% responden yang menganggap bahwa kegiatan bisa dilakukan secara normal tanpa masker dan jaga jarak sesudah vaksinasi.

“Pemahaman 95,8% responden bahwa vaksinasi tidak memberi 100% kekebalan adalah gambaran yang positif. Karena vaksinasi adalah salah satu cara mengatasi pandemi ini, namun bukan satu-satunya cara. Dari sisi warga, vaksinasi tetap perlu berjalan simultan dengan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Sementara dari sisi pemerintah, percepatan vaksinasi bagi kelompok rentan, tes dan tracing yang terarah, serta edukasi untuk mengurangi resistensi warga terhadap tes dan karantina tetap perlu dilakukan secara konsisten,” Elina menambahkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.