Strategi OTT di Indonesia

Marketingcoid – Bill Gates dikenal atas perkataannya bahwa “konten adalah raja” pada tahun 1996, dan perkataan  itu menjadi prinsip panduan untuk zaman internet. Kalimat tersebut begitu akurat menggambarkan generasi milenial di seluruh dunia saat ini dan harapan mereka terhadap mobile video.

Sumber: https://i.ytimg.com/vi/Z3oD8xGI-08/maxresdefault.jpg

Tidak seperti generasi sebelumnya, konsumen seluler sekarang memiliki:

• Aksesibilitas – Apa pun yang terjadi,  di mana pun di dunia tersedia bagi mereka untuk diakses dalam waktu singkat

• Awareness – Media sosial telah mengajarkan mereka untuk menjadi cerdas. Akses ke konten global telah memberi mereka ekspektasi yang tinggi terhadap kualitas produksi acara

• Aspirasi – Karena kaum muda saat ini selalu memahami tren fesyen global, barang-barang konsumsi, dan tren ritel, mereka telah berusaha untuk menjadi warga global sejati dan memakai, membeli, dan mengonsumsi tren tersebut. Hal ini juga berlaku  bagi  konsumsi hiburan mereka

• Keterjangkauan – Semakin banyak konsumen yang mengalami peningkatan pendapatan, biaya murah untuk data seluler, dan konten premium OTT dapat memperoleh manfaat dari kedua tren ini dan memberikan lebih banyak opsi dan peluang bagi konsumen.

Arun Prakash, President dan COO Vuclip mengatakan, inilah  realitas yang akan terus berkembang di Indonesia dan di seluruh dunia. “Tentu saja, kami memiliki informasi aktual mengenai hal ini, dengan pengguna kami masing-masing mengonsumsi rata-rata 1,2 hingga 1,8 jam konten per hari. Dengan mendengarkan keinginan konsumen secara seksama dan mengamati kebiasaan mereka untuk menarik kesimpulan, serta menerapkan usaha agar tidak terlena dan mengambil langkah yang salah, kami telah mampu membawa pendekatan baru yang segar ke konten OTT di wilayah tersebut.”

Globalisasi Konten Lokal dan Lokalisasi Konten Global

 Konten video tidak terkekang oleh batas negara atau bahasa. Jika seseorang menyukai konten yang tayang di negara lain, mereka memiliki sarana untuk menontonnya. Lebih hebatnya, mereka tidak hanya menonton versi berkualitas rendah yang disulihsuarakan, sekarang mereka dapat menonton acara sukses di salah satu bagian dunia yang telah disesuaikan dengan nilai lokal dan memiliki nilai produksi tinggi.

Arun mengungkapkan contoh konten video berkualitas tinggi, “Contoh terbarunya adalah Tollywood Squares, reboot India kami dari waralaba global, Hollywood Squares. Ini juga menandai game show CBS besar yang pertama kali diproduksi di India.”

Lebih lanjut Arun menjelaskan, belum lama ini Viu bekerja sama dengan Endemol Shine Group untuk memproduksi sepuluh episode serial lokal The Bridge, sebuah drama kriminal yang sudah populer di Eropa dan Amerika Serikat. Adaptasi ini akan mengambil premis asli dan membuatnya unik untuk audiens lokal, menarik bagi beragam orang, masakan, dan etnis yang menyebut Malaysia dan Singapura sebagai rumah, menyoroti keragaman dan kesamaan antara kedua negara. Premis ini akan memengaruhi setiap aspek dari seri, dengan kedua belah pihak berbicara bahasa lokal.

The Bridge akan menambahkan koleksi tambahan selain tayangan India What the Duck, sebuah talk show komedi tentang olahraga kriket, dan tayangan Indonesia The Publicist, sebuah serial drama romantis, yang terbukti sangat populer di negara lain dengan adanya komunitas diaspora di seluruh dunia.”

Mendorong kualitas talenta dan konten lokal

Arun menyadari bahwa keterlibatan talenta lokal dan key opinion leader dalam mengembangkan konten unik telah menjadi formula yang luar biasa. Oleh karena itu, Arun dan tim mengidentifikasi, memelihara, dan memberikan kesempatan bagi talenta lokal. Setelahnya, Arun dan tim memberdayakan mereka dengan dukungan finansial dan teknis untuk membuat konten berkualitas tinggi untuk menampilkan bakat mereka. Kemudian mendistribusikannya di Viu, di mana jutaan penonton di seluruh dunia siap menikmatinya.

“Untuk contoh ini, kami mengadakan pitching forum baru-baru ini di Indonesia, di mana kami mengadakan audisi di lima kota dan menerima ratusan cerita, sebelum akhirnya memilih karya Halustik oleh Sally Anom sebagai cerita yang akan kami angkat sebagai serial original. Acara tahunan ini membantu kami mengembangkan talenta terbaik dan memberi kami ide tentang cara meningkatkan kualitas industri konten di Indonesia,” ujar Arun.

Format durasi dan konten yang beragam terbukti populer

Selain tren di atas yang terkait dengan pengembangan dan konsumsi konten, Viu juga mencatat bahwa generasi smartphone tidak terlalu peduli dengan format video jaman dulu, seperti apa yang mendefinisikan klip versus acara TV versus film. Sekarang, video akan menyesuaikan dengan kehidupan dan kebiasaan konsumen, dan bukan sebaliknya.

Inilah sebabnya mengapa sebagian besar konten Viu memiliki berbagai durasi, termasuk film seperti High Jack dari India; mini-series seperti yang It Happened in Hong Kong dan seri Ramadan di Timur Tengah; Tayangan durasi 30 hingga 50 menit, seperti serial Publicist dari Indonesia; dan kemudian ada What the Duck Googlies yang merupakan klip pendek 3-5 menit dari seri What the Duck yang sangat populer.

Menurut Arun, pasar OTT mengubah cara konten dibuat, diinginkan, ditemukan, dan dikonsumsi. Viu memiliki kesempatan unik untuk membuat konten drama dan melokalkan acara dari wilayah lain, dan bereksperimen dengan cara-cara yang tidak pernah diizinkan televisi berdasarkan rating tradisional.

Kemudian ketika audiens tumbuh,  harapan mereka berubah, dan semakin banyak orang menggunakan akses mereka untuk menemukan dan berbagi suara, visi, dan bakat mereka dengan dunia, Arun berharap dapat hadir di sana untuk membantu memberi mereka platform dan audiens.

“Segalanya berubah sangat cepat, tetapi ketika Anda mempertimbangkan semuanya, kami memberi lebih banyak orang akses lebih banyak untuk mendengar lebih banyak suara dan menceritakan lebih banyak cerita dan saya tidak sabar untuk melihatnya terjadi. (***)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.