
Dalam artikel ini Anda akan menemukan lima tren yang membentuk cara masyarakat menonton strategi media 2025 yang perlu diperhatikan pelaku industri media, marketing, dan brand.
Marketing.co.id – Berita UMKM | Tahun 2025 menjadi babak baru dalam evolusi media dan perilaku audiens. Ketika batas antara siaran televisi konvensional dan layanan streaming semakin kabur, data terbaru Nielsen menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam cara masyarakat mengakses dan mengonsumsi konten hiburan.
Mulai dari TV konvensional, layanan streaming, hingga tayangan olahraga, semua saling bersaing dan melengkapi untuk merebut perhatian pemirsa.
Berikut strategi media dan lima tren yang membentuk cara masyarakat menonton di 2025, yang perlu diperhatikan pelaku industri media, marketing, dan brand.
TV Konvensional Masih Jadi Primadona Iklan
Meski banyak yang mengira bahwa media televisi tradisional sudah tersingkir oleh platform digital, nyatanya data berkata lain. Menurut laporan Nielsen, TV linear (mencakup TV kabel dan satelit) masih menyumbang 57,6% dari waktu menonton tayangan yang disisipi iklan. Streaming memang terus tumbuh, namun bagi brand yang mencari skala jangkauan dan eksposur iklan, TV konvensional masih menjadi rajanya.
Menariknya, brand kini mulai mengeksplorasi portofolio media secara holistik. Satu grup media seperti Disney misalnya, bisa menawarkan jangkauan lintas demografi, mulai dari anak muda di Disney+ hingga orang tua di ABC atau ESPN.
Streaming Tak Lagi Dimonopoli
Jika lima tahun lalu Netflix mendominasi daftar top 10 konten streaming, kini kompetisi lebih merata. Per Maret 2025, tujuh perusahaan berbeda berhasil mencatatkan konten unggulannya di tangga popularitas.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ekosistem streaming semakin demokratis. Brand kini punya lebih banyak opsi untuk menyesuaikan penempatan iklan berdasarkan target demografi dan gaya konsumsi konten.
Olahraga, Mesin Penggerak Audiens Lintas Platform
Olahraga tidak hanya menjadi penyelamat TV linear, tapi juga magnet baru untuk streaming. Acara besar seperti NFL atau Olimpiade menciptakan lonjakan viewership yang masif. Tahun 2024, tayangan olahraga mencapai hampir 20% dari total waktu menonton di kalangan dewasa usia 25–54 tahun, angka tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Namun menariknya, streaming kini ikut bermain. Thursday Night Football di Prime Video menembus rata-rata 14 juta penonton, sementara pertandingan NFL di Netflix saat Natal mencetak rekor lebih dari 50 miliar menit tayangan hanya dalam satu hari.
Kombinasi eksklusivitas dan live engagement membuat olahraga menjadi properti konten paling bernilai saat ini. “Live sport” menjadi momen kolektif yang bisa dimanfaatkan brand untuk masuk dalam percakapan publik secara real-time.
Konten Multibahasa dan Multikultural Meningkat
Platform seperti Netflix dan YouTube menyumbang sepertiga dari total waktu tonton di rumah tangga Hispanik dan Asia di AS. Konten yang mencerminkan keragaman budaya makin diminati. Tren ini mendorong brand untuk merancang kampanye yang inklusif dan sesuai dengan identitas audiens yang beragam.
Ekosistem Media Menjadi Semakin Portofolio-Driven
Tren lain yang muncul adalah pendekatan lintas platform dalam strategi media. Perusahaan media besar tak lagi bergantung pada satu saluran, melainkan memaksimalkan kekuatan gabungan dari TV linear, streaming berbayar, hingga platform AVOD (advertising video on demand).
Bagi pengiklan, ini berarti satu grup media bisa menawarkan segmen audiens yang sangat beragam, baik dalam hal usia, latar belakang budaya, hingga perilaku konsumsi. Fleksibilitas inilah yang mendorong efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan media di era connected TV.
Tahun 2025 menuntut brand untuk tidak hanya hadir di berbagai layar, tetapi juga hadir dengan pesan yang tepat dan relevan. Di tengah fragmentasi media, fleksibilitas dan pemahaman mendalam terhadap pola menonton menjadi keunggulan kompetitif.