Seeking Alpha – Mei 2021

Marketing.co.id – Artikel Financial Services |Mempertimbangkan dinamika terkini – kenaikan imbal hasil UST, masih tingginya ketegangan Amerika Serikat-China dan pemulihan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kuat – bagaimana kiranya prospek Asia di tahun ini? Terlepas dari beberapa sentimen yang disebutkan tadi, secara fundamental kawasan Asia menawarkan potensi yang menarik, dimana beberapa indikator ekonomi seperti neraca transaksi berjalan, inflasi dan cadangan devisa sudah semakin membaik.

Makroekonomi yang semakin baik membuat Asia menjadi lebih risilien dalam menghadapi goncangan volatilitas di pasar global. Sebagai bagian penting dari rantai pasokan global, pemulihan ekonomi global berpotensi menguntungkan kawasan Asia. Membaiknya selera risiko global, kepemilikan asing yang relatif rendah dan tren kebijakan moneter/ fiskal yang masih akomodatif diharapkan dapat menambah daya tarik investasi ke pasar Asia untuk mencari imbal hasil yang lebih atraktif.

Kenaikan imbal hasil UST – asal bertahap – akan memberikan dampak yang konstruktif pada ekonomi dan pasar finansial. Mestinya ke depan pergerakan imbal hasil UST akan relatif lebih stabil karena penyesuaian ulang proyeksi pasar akan imbal hasil UST yang sudah cukup tinggi sesungguhnya mencerminkan pemulihan ekonomi dan potensi kenaikan inflasi telah diterima dan dikalkulasi oleh pasar.

Baca juga: Besarnya Kekuatan dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia

Ketegangan AS-China walaupun meningkat namun lebih terkait dengan isu yang lebih ‘lunak’ dan lebih jangka panjang sehingga tidak mendorong pergerakan yang besar di pasar saham. Meskipun tarif dagang tetap dipertahankan namun setidaknya tarif tersebut tidak meningkat.

Asia akan diuntungkan dari pemulihan ekonomi AS karena berdampak positif terhadap meningkatnya aktivitas perdagangan di Asia. Secara historis defisit neraca berjalan di AS merupakan refleksi dari surplus neraca berjalan di Asia dimana pemulihan aktivitas ekonomi AS cenderung mendorong permintaan dan ekspor dari Asia.

Tidak dapat dipungkiri, gelombang  kedua pandemi COVID-19 di India mempengaruhi persepsi investor terhadap pasar Asia,  apalagi hal ini terjadi di tengah kesuksesan program vaksinasi massal negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat.  Apa pandangan Anda akan hal ini?

Sebagai salah satu underlying dalam portofolio investasi, kami memang mengamati dengan cermat perkembangan di India. Meskipun pandemi gelombang kedua menyebabkan disrupsi ekonomi, namun diperkirakan dampaknya akan lebih ringan dibandingkan dengan gelombang pertama karena dalam hal mitigasinya, pemerintah India akan lebih fokus pada percepatan program vaksinasi dibandingkan dengan lockdown.

Yang perlu dicatat India adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki kapasitas vaksin yang cukup untuk memvaksinasi penduduknya. Diperkirakan bahwa sampai akhir September, hampir semua orang dewasa di perkotaan akan mendapatkan vaksinasi.  Ini yang menjadi salah satu faktor yang menjelaskan mengapa di tengah melonjaknya kasus penularan yang luar biasa tinggi, tetapi  pasar saham India relatif tidak mengalami penurunan yang berarti, karena pasar sudah ‘forward looking’ pada pemulihan ekonomi pasca wabah gelombang kedua ini. Tesis jangka panjang kami tetap sama, kami masih optimis terhadap tema investasi di India yang mengusung formalisasi ekonomi, digitalisasi dan pertumbuhan manufaktur. Tema tersebut akan mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi dan kualitas pertumbuhan yang lebih baik.

Sering dikaitkan bahwa kebijakan pemerintah China yang melakukan pengetatan likuditas menjadi salah satu faktor dominan yang menyebabkan kinerja pasar saham China tertinggal di tahun ini. Bagaimana peluang ekonomi dan pasar saham China?

Dari sisi likuiditas, 50% dari total Special Purpose Loan senilai USD528 miliar – sebagai bantuan darurat pandemi yang dikeluarkan oleh pemerintah China sejak tahun lalu – memang berakhir di bulan April, sehingga kami memperkirakan bahwa volatilitas pasar yang disebabkan oleh kekhawatiran pengetatan likuiditas masih dapat berlanjut selama paruh pertama 2021.

Andrian Tanuwijaya, Portfolio Manager, Equity MAMI
Andrian Tanuwijaya, Portfolio Manager, Equity MAMI

Namun dari sisi ekonomi, China masih berada dalam jalur pemulihan yang solid dan orderly deleveraging ini akan semakin meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonominya. Langkah tersebut diambil oleh pemerintah China untuk mencegah perekonomiannya dari overheating dan menekan aksi spekulasi. Aktivitas ekonomi masih kuat karena didorong oleh permintaan ekspor yang tinggi dan akselerasi siklus belanja modal domestik. Sehubungan dengan pasar saham kami tetap optimis untuk 2021, kami menangkap peluang investasi lewat perusahaan yang memiliki tema pertumbuhan struktural yang kuat dan diuntungkan dari pemulihan aktivitas global seperti misalnya sektor industrials, materials dan technology.

Apa pandangan anda terkait valuasi pasar saham Asia yang dinilai sudah tidak murah lagi?

Betul, jika dibandingkan dengan rata-rata historis, valuasi pasar saham Asia saat ini sudah berada diatas rata-rata historisnya. Namun perlu diketahui bahwa valuasi pasar saham diatas rata-rata historisnya juga terjadi di hampir seluruh kawasan, bahkan negara maju pun demikian. Membanjirnya likuiditas global  yang disebabkan oleh pemangkasan suku bunga dan program pembelian aset oleh bank sentral membuat valuasi aset berisiko meningkat menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historisnya. Tetapi meskipun valuasi pasar saham Asia lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan valuasi negara maju yang menawarkan valuasi ±22% lebih tinggi dibandingkan Asia. Earnings pasar saham Asia diperkirakan akan tumbuh ±20% di tahun ini dan melanjutkan pertumbuhan double digit di tahun berikutnya.

Baca juga: Tinjauan Pasar Saham – Apakah 2021 akan tak Stabil untuk Pasar Saham?

Apa katalis dan risiko yang perlu dicermati di pasar saham Asia?

Kecepatan dan keberhasilan vaksinasi menjadi faktor penting yang perlu dicermati. Jika melihat apa yang terjadi di India – lonjakan kasus COVID-19 – terlihat dampaknya tidak terlalu besar pada kinerja pasar, sehingga memang kecepatan vaksinasi dan akselerasi pembukaan ekonomi akan menjadi faktor yang lebih penting. Ke depannya perhatian pasar tidak hanya berfokus pada pandemi, namun akan bergeser pada outlook inflasi, komunikasi bank sentral dan pemulihan aktivitas terutama di sektor jasa.

Dalam hal pengelolaan portofolio Asia, apa pilihan sektor yang menjadi andalan?

Kami mengedepankan fokus pada perusahaan yang menawarkan potensi pertumbuhan yang kuat dengan valuasi yang baik. Kami memperkirakan, bahwa pemulihan permintaan dari negara maju akan menguntungkan perusahaan komoditas global karena belanja infrastruktur – faktor penting dalam belanja stimulus Biden – akan mendorong permintaan akan komoditas. Selain itu, sektor siklikal yang diuntungkan dari pemulihan ekonomi seperti consumer discretionary, auto, dan IT components juga menjadi salah satu sektor andalan yang kami sukai. Sementara untuk sektor defensif kami mempertahankan alokasi pada utilities dan telecommunication.

Andrian Tanuwijaya – Portfolio Manage, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.