Restaurant with a Difference! (Oleh-oleh dari Melbourne)

Marketing.co.id – Penulis baru saja menyelesaikan cuti liburan ke Melbourne, Australia, dan merambah kawasan pesisir pantai Victoria menempuh jarak 800 km. Seperti biasa, dalam setiap perjalanan ke luar negeri dan ke luar kota, penulis mengamati dengan cermat dan saksama perkembangan ritel modern, ritel tradisional, dan jalur perdagangan serta distribusi di daerah tujuan sebagai studi banding dan update knowledge. Begitu pun di kota besar seperti Melbourne atau kota ukuran menengah seperti Geelong, Mornington, dan Warrnambol di sepanjang Melbourne Bay (kota pesisir laut).

ClaypotRestoran – bisa sukses walau kelezatan masakan biasa saja (creative product dan selling concept)

Saya mengunjungi “Restoran Claypot” di kawasan St Kilda, Melbourne, pada pukul 7.30 pagi. Kawasan St Kilda, Toorak, dan Chapel Street adalah sebuah stretched tiga jalan sepanjang kurang lebih 5 km melintas pusat kota Melbourne dalam subkawasan yang posh, trendi, untuk restoran, kafe, bistro, bar & tavern bagi urbanites, yuppies, dan office executives.

Restoran Claypot berlokasi di dua unit rumah bandar/ruko berlantai dua. Setidaknya saya mengamati empat unique selling concept yang ditawarkan:

  • 1. Semua fasilitas dining berada di lantai dasar yang terdiri dari tiga bagian, yakni pre dinner cocktail dan bar cukup untuk 16 orang, terletak di ½ bagian depan dari salah satu ruko.

Bagian kedua adalah area indoor dining yang terletak di unit kedua ruko dari depan hingga ke belakang dengan kapasitas 30 orang. Bagian ketiga adalah outdoor garden dining cukup untuk 30 orang yang terletak di bagian ½ belakang dari ruko.

Desain interiornya sederhana dan suasana terasa cozy dan sangat akrab. Pre dinner cocktail dibuat dengan tema “home bar”. Area indoor dining dibuat dalam settingEnglish country home”, dengan open kitchen terletak di tengah ruangan. Area outdoor dibuat dalam settingcandle light romantic garden dinner”. (Konsep 3 in 1 yang berbeda namun saling melengkapi).

2. Menu hanya tertera di black board. Jadi, tidak ada kartu/buku menu.  Masakan yang disajikan terbatas pada seafood (lokasi restoran hanya 1 km dari pantai) yang dimasak dalam tiga gaya: Brazilian food, Chinese food, atau makanan Barat Australia. Kita bisa pilih 1 atau 2, atau ketiga kombinasi.

3. Cara penyajian makanan juga unik. Di entrée atau appetizer kita bisa pilih sejumlah menu yang setiap pilihannya disajikan dalam 3–6 piring kecil, berisi aneka ragam makanan kecil pembuka, dan disajikan seperti masakan Padang.

Main menu disajikan dalam piring makanan yang unik. Claypot disajikan dalam clay-pot, sementara ikan disajikan dalam piring panjang kurus (40 cm x 12 cm) mengikuti bentuk tubuh ikan.

Bentuk piring main menu lain adalah segitiga, trapesium, atau bujur sangkar (bentuk piring unik). Tidak ada menu utama yang disajikan di atas piring berbentuk konvensional seperti segi empat simetris atau lingkaran.

4. Toilet juga unik. Ada dua ruang WC, namun tidak ada simbol atau tulisan “men” atau “women”. Yang ada justru penampilan warna maskulin biru tua, hitam, dan putih, sementara toilet wanita berwarna pink, ungu, dan hijau toska.

Aksesori toilet pria sangat macho dilengkapi dengan tali laso koboi, topi koboi, sepatu bot koboi. Sedangkan aksesori toilet wanita didominasi dengan bunga-bunga kering dan segar, pohon kecil indoor dengan aneka renda. Air freshener yang dipakai juga sangat maskulin untuk toilet pria dan sangat feminin untuk toilet wanita.

Restoran dengan sales proposition dan product positioning yang khas juga unik – High Tea

Restoran bukan saja untuk pelanggan bersantap, namun juga bersosialisasi, bergosip ria, kongkow-kongkow, atau saling lepas kangen setelah lama tidak bersua. Konsep restoran inilah yang diusung oleh “Miss Mapple – Tea Room”. Sebuah restoran kecil berukuran sekitar 210 m2 dengan jumlah sekitar 16 meja, 80-an pelanggan, di Mt Dandenong Road.

Positioningchat times tea room

Konsep sosialisasi sambil minum teh (budaya Inggris) atau kopi/latte (budaya Amerika) dibarengi sejumlah snack seperti biskuit, pastry, sup, cake, salad, light meals dengan rasa yang lezat. Tidak ada menu untuk big atau hearty meals. Akibat dari positioning di atas, customer selalu bergantian masuk dan keluar dari pukul 10.00–18.00. Selalu 75%–80% kapasitas terisi.

Ada 260 varian teh yang bisa dipesan

Sesuai dengan budaya Inggris, teh menjadi bestselling items walau ada kopi, latte, dan juice disuguhkan. Aksesori dan perangkat teh pun lengkap seperti cup dan saucers, termasuk tea serving gaya tradisional Jepang, Cina, dan Sri Lanka.

Personal and home atmosphere

Interior gaya rumah yang amat pribadi dan familier menjadi tampilan utama. Pramusaji ditampilkan seperti zaman aristrokrat Inggris. Mereka umumnya berumur di atas 40 tahun dengan kostum khas. Banyak home made honey, home made cold remedies, dan home made jam dijual di sana dengan USP “My Grandma Recipe”.

Sungguh sebuah pengalaman makan dan bersosialisasi yang mengasyikkan dan berbeda. Selalu ada peluang dan kesempatan untuk meraih sukses bagi entrepreneur yang kreatif, inovatif, dan selalu ingin tampil beda dari pesaing main stream.

Bonus yang juga didapat adalah premium pricing 15%–25% di atas pesaing main stream, karena para pelanggan siap bayar untuk segala pengalaman yang disajikan.

(Yadi Budhisetiawan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here