Tetap Berinvestasi Meski Pasar Sedang Terkoreksi

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing — Meningkatnya angka kasus terinfeksi virus corona di Indonesia serta korban jiwa yang terus naik, telah mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan pencegahan dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Dampaknya, aktivitas perekonomian terhambat sebagai akibat dari terbatasnya ruang gerak masyarkat yang pada akhirnya memengaruhi permintaan konsumen.

Di sisi lain, pasar finansial Indonesia juga bereaksi negatif akibat wabah virus ini. Dikutip dari Bloomberg.com, sampai dengan 7 april 2020, terjadi capital outflow di pasar saham maupun obligasi yang cukup signifikan.

Hal ini menyebabkan IHSG mencatatkan pertumbuhan negatif 24% begitupun dengan pasar obligasi dimana yield untuk obligasi 10 tahun mengalami peningkatan hingga 8,1% (yield berbanding terbalik dengan harga obligasi).  Hal yang sama juga dirasakan oleh nilai tukar Rupiah yang melemah hingga mencapai level 16,230.

Merespon kondisi yang berkembang, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi antara lain, penurunan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo di level rendah, yaitu 4,50 % dan intervensi tidak terbatas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta peningkatan anggaran belanja negara hingga IDR 405 T untuk menangani kasus.

Dengan kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagaimana yang disampaikan dalam siaran persnya bahwa Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dari 5,0-5,4% menjadi 4,2- 4,6%.

Marsangap P. Tamba Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) dalam keterangan persnya mengatakan, pada kondisi pasar finansial yang masih cukup berfluktuasi, Reksa Dana Pasar Uang dapat menjadi pilihan investasi bagi investor selama masa wait & see.

“Kami memiliki Reksa Dana Danareksa Seruni Pasar Uang II atau yang lebih dikenal dengan SPU II. SPU II dikelola secara aktif dengan mengalokasikan asetnya 100 % pada instrument pasar uang, baik dalam bentuk deposito maupun obligasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun. Di tengah suku bunga yang masih akan dijaga di level rendah, serta adanya potensi kenaikan yield pada obligasi jangka pendek, maka strategi investasi SPU II difokuskan pada penempatan obligasi yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun yang memiliki kualitas kredit yang tinggi dan tingkat risiko yang rendah serta yield yang menarik. Di sisi lain penempatan deposito dititikberatkan pada bank-bank berskala besar untuk menjaga likuiditas,” ujarnya.

Lebih lanjut Marsangap menjelaskan, mayoritas alokasi obligasi SPU II di tempatkan pada obligasi dengan rating AA ke atas, mayoritas penempatan deposito adalah Bank Buku 3 ke atas. Hal ini sesuai dengan filosofi investasi DIM, yaitu mencari instrumen investasi yang menawarkan pertumbuhan yang berkesinambungan, didukung manajemen yang kuat dan memiliki nilai fundamental yang menarik. Sehingga SPU II senantiasa memiliki kemampuan untuk memberikan imbal hasil yang optimal dengan tingat risiko yang terkendali.

Dengan penerapan strategi investasi yang disesuaikan dengan perkembangan pasar, SPU II telah berhasil memberikan kinerja 1 tahun sebesar 5,72 % outperform terhadap infovesta money market fund index yang mencerminkan kinerja rata-rata Reksa Dana Pasar Uang yang ada di industri, dengan kinerja sebesar 5,15 %.

“Jadi, tetaplah berinvestasi, meski pasar sedang terkoreksi. Optimalkan hasil investasi anda, melalui investasi pada Danareksa Seruni Pasar Uang II,” tutup Marsangap.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here