Rantai Pasok Asia Pasifik Tetap Tangguh di Masa Pandemi Covid-19, Tapi …

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

oracle scm cloudMarketing.co.id – Berita Marketing | Penelitian terbaru Citi yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) menemukan bahwa rantai pasok di kawasan Asia Pasifik lebih tangguh dari yang diperkirakan, meskipun ada dampak yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

Penelitian berjudul Disruption, Digitalisation, Resilience: Thefutureof Asia-Pacific supply chains dibuat berdasarkan survei terhadap 175 manajer rantai pasok global di enam industria utama, yaitu otomotif, pakaian dan alas kaki, makanan dan minuman, manufaktur, teknologi, dan kesehatan. Penelitian ini melihat perubahan dalam strategi rantai pasok di kawasan Asia Pasifik. Semua responden yang terlibat memiliki wewenang dalam keputusan terkait rantai pasok di wilayah tersebut.

Lebih dari setengah manajer rantai pasok di Eropa dan Amerika Utara mengatakan bahwa meningkatnya kekhawatiran atas ketangguhan rantai pasok merupakan faktor utama yang mendorong strategi pengaturan rantai pasok mereka di Asia Pasifik, tetapi hanya 3,2% manajer di Asia yang setuju terhadap hal tersebut.

Sekitar 46,4% dari mereka mengatakan pendorong utama perubahan strategi rantai pasok adalah dampak pandemi yang berkelanjutan.

Hal tersebut terlihat dalam pandangan para manajer berbasis di Asia Pasifik yang lebih terbuka menanggapi globalisasi dan rantai pasok internasional. Hanya 9% dari mereka yang khawatir akan gangguan dalam perdagangan global dibandingkan 52% manajer yang berbasis di Eropa dan Amerika Utara.

Penelitian ini juga  menunjukkan sebelum pandemi terjadi, sudah ada perubahan strategi rantai pasok dalam jangka panjang yang diakibatkan oleh faktor geopolitik dan ekonomi. Namun, pandemi ini mempercepat rencana perubahan sehingga membuat banyak perusahaan mengevaluasi kembali strategi mereka untuk ke depannya.

Sepertiga dari perusahaan-perusahaan ini sedang melakukan perombakan total pada strategi rantai pasok mereka untuk jangka panjang. Hanya 22,9% manajer yang tidak membuat perubahan signifikan pada strategi rantai pasoknya.

Secara sektoral, 48,3% manajer di industria otomotif dan 40% di industria pakaian dan alas kaki sedang melakukan perombakan strategi rantai pasok mereka, atau 32,6% lebih tinggi dari rata-rata. Hasil survei dari dua industria tersebut dibandingkan dengan 16,7% di industria teknologi, 23,1% di industri manufaktur, dan 33,3% di industri makanan dan minuman, serta kesehatan.

Korespondensi ini sesuai dengan tingkat disrupsi yang dihadapi oleh masing-masing sektor, dengan industri otomotif yang paling terkena dampak karena menghadapi penghentian produksi, pembatasan perdagangan, dan kesulitan dalam mengakses ke input primer.

Setiap wilayah memiliki variasi dalam perencanaan rantai pasoknya. 40% manajer di Eropa dan 48% di Amerika Utara mengatakan perusahaan mereka mengejar diversifikasi sebagai strategi rantai pasok teratas mereka, namun hanya 24% manajer di Asia Pasifik yang menggunakan strategi ini.

Manajer di Asia Pasifik mengejar strategi yang lebih beragam mencakup diversifikasi, lokalisasi, reshoring, dan China-plus-one. Diversifikasi adalah strategi rantai pasok yang diutamakan saat ini. Tetapi, penelitian ini menemukan bahwa perusahaan besar lebih tertarik untuk beralih dari “satu sumber” untuk mengurangi ketergantungan rantai pasok, sementara perusahaan kecil lebih suka melokalisir dan memperpendek rantai pasok.

Selain itu, pandemic ini juga telah menghasilkan fokus yang lebih besar pada proses digitalisasi rantai pasok dan investasi dalam teknologi yang bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan, prakiraan penawaran dan permintaan, manajemen keuangan, dan manajemen inventaris.

Dari semua manajer rantai pasok yang disurvei, 32,5% mengatakan perusahaan mereka telah meningkatkan investasi sebesar lebih 50% dalam alat atau proses digital akibat dari pandemi. Dari angka tersebut, 12% di antaranya adalah para manajer di Eropa dan Amerika Utara, sedangkan lebih dari 40% adalah para manajer di Asia. Investasi ini sebagian besar di bidang fasilitasi perdagangan, prakiraan dan prediksi, manajemen inventaris dan proses manufaktur.

“Setiap industria memiliki tanggapan yang berbeda terhadap tantangan yang mereka hadapi, tetapi mereka melakukannya dengan tujuan yang sama, yaitu untuk membuat rantai pasok mereka lebih tangguh. Peningkatan investasi dalam teknologi dan digitalisasi akan membantu perusahaan membangun ketahanan sambil memajukan perdagangan digital dan rantai pasok secara lebih luas. Area yang sebenarnya relative lambat apabila mengikuti perubahan teknologi,” kata Citi Asia Pacific, Treasury and Trade Solutions Head,Rajesh Mehta.

EIU Asia, Trade & Globalisation Editorial Lead, Chris Clague mengatakan, “Manajer di Asia Pasifik jelas lebih optimis tentang ketahanan rantai pasok dari pada manajer yang berbasis di tempat lain. Ini berasal dari faktor-faktor seperti kepercayaan yang lebih besar dalam globalisasi dan pemahaman yang lebih bernuansa tentang pasar yang berbeda. Tetapi, pandemi ini telah membuat banyak perusahaan berpikir secara mendalam tentang dampak yang diberikannya dan ketahanan rantai pasok mereka dalam jangka panjang, selain faktor tren geopolitik dan ekonomi.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here