Prevalensi Hipertensi di Kalangan Milenial Meningkat

Di tengah prevalensi hipertensi yang terus meningkat dan ancaman COVID-19, pemantauan tekanan darah rutin serta perubahan gaya hidup yang lebih sehat sangat disarankan.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Banyak orang masih belum menyadari bahaya hipertensi atau penyakit darah tinggi. Untuk memperingati Hari Hipertensi Sedunia yang tahun ini bertemakan “Cegah dan Kendalikan Hipertensi dengan Tepat untuk Hidup Sehat Lebih Lama”, PT OMRON Healthcare Indonesia, mengadakan diskusi virtual untuk mendorong masyarakat mencegah dan mengendalikan hipertensi melalui pemantauan tekanan darah secara mandiri.

Hipertensi, yang juga disebut the silent killer, sering terjadi tanpa keluhan dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. “Prevalensi hipertensi selama ini dianggap hanya terjadi di kalangan pasien berusia 60 tahun ke atas. Namun beberapa tahun terakhir, penyakit yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner itu sering ditemui pada usia yang relatif lebih muda,” ujar Tomoaki Watanabe, Director, OMRON Healthcare Indonesia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi pada kelompok usia 18-39 tahun mencapai 7,3% dan prevalensi pre-hipertensi di rentang usia ini mencapai jauh lebih tinggi lagi, yakni 23,4%.

Menurut Yayasan Jantung Indonesia (YJI), hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Kondisi ini tidak hanya menyerang mereka yang sudah lanjut usia tapi juga milenial, yakni generasi yang lahir antara tahun 1981 dan 1996.

Kenaikan prevalensi hipertensi pada milenial ini berhubungan erat dengan pola hidup tidak sehat, stres, dan kemajuan teknologi yang mengurangi aktivitas fisik. Stres dipicu oleh banyak faktor seperti tuntutan pekerjaan, selain juga pandemi COVID-19. Studi Blue Cross Blue Shield Association menemukan bahwa 92% milenial menganggap COVID-19 telah berdampak negatif terhadap kesehatan mental mereka.

Hipertensi patut diwaspadai sebagai komorbid atau penyakit penyerta teratas yang mengikuti penderita COVID-19. Menurut data yang dihimpun oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 1 Juni 2021, tiga besar komorbid tertinggi yang ditemukan pada pasien COVID-19 adalah hipertensi (50%), Diabetes Melitus (36.6%), penyakit jantung (17,4%). Jangan lupa, hipertensi adalah kontributor utama pada penyakit jantung, stroke dan penyakit ginjal kronik.

Pentingnya Gaya Hidup Sehat dan Deteksi Dini Hipertensi

Mengetahui adanya peningkatan prevalensi hipertensi dan ancaman penyakit COVID-19, pemantauan tekanan darah secara teratur dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat sangat dianjurkan untuk memungkinkan deteksi dini dan pengelolaan penyakit yang lebih baik.

Untuk mendukung kesehatan anak muda di masa pandemi, OMRON menekankan pentingnya pemantauan tekanan darah secara rutin di rumah, mengubah kebiasaan dan menjalani pola hidup sehat. Mengukur tekanan darah secara teratur adalah salah satu langkah paling penting untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi.

“Di OMRON, kami telah lama percaya bahwa peningkatan kesehatan pasien dapat diwujudkan dengan meningkatkan kesadaran akan hipertensi dan memantau tekanan darah secara rutin di rumah. Deteksi dini terhadap kenaikan tekanan darah adalah kunci pencegahan dan pengurangan risiko berbagai komplikasi yang berhubungan dengan hipertensi,” tutur Tomoaki Watanabe.

Esti Nurjadin, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia juga menegaskan bahwa hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner yang tidak hanya bisa menyerang mereka yang lanjut usia tetapi juga bisa menyerang generasi muda atau milenial.

“Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi dan penyakit jantung ini berhubungan erat dengan pola atau gaya hidup antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, rendahnya aktivitas fisik, rendahnya konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah, serta tingginya konsumsi gula garam dan lemak. Yang paling utama selain menghindari pola hidup tidak sehat adalah kita juga melalukan pengukuran tekanan darah secara rutin sehingga bisa mencegah atau setidaknya mengendalikan hipertensi.”

Ahli Jantung dan Pemerhati Hipertensi Dr. Badai menambahkan, hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai dua kali, dan risiko gagal jantung serta stroke sampai tiga kali. “Kita harus menumbuhkan kesadaran diri untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam,” ujar Dr. Badai yang juga staf di divisi prevensi dan rehabilitasi, departemen kardiologi dan kedokteran vaskular, FK Unpad.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.