Marketing.co.id – Berita Digital & Techno |Total belanja iklan periode Januari – Juli 2020 mencapai Rp122 Triliun. Hasil ini didapatkan dari layanan Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel). Periode Januari – Juli 2020, televisi masih mendominasi 72% porsi belanja iklan dengan angka lebih dari Rp 88 Triliun. Disusul belanja iklan digital 20% dengan total belanja iklan Rp 24, 2 Triliun. Sementara itu total belanja iklan media cetak mencapai lebih dari Rp9,6 Triliun dan total belanja iklan radio mencapai Rp604 Miliar.
Belanja digital yang berada di posisi kedua—mengalahkan belanja iklan media cetak dan radio—sebenarnya sudah diprediksi banyak kalangan, karena masifnya penetrasi digital diIndonesia. Penyedia solusi iklan digital tentu saja ikut menikmati booming iklan digital.
Menurut Senior Vice President Digital Advertising, Banking and Data Solutions Telkomsel Ronny Wilimas Sugiadha, bisnis Telkomsel DigiAds mampu bertumbuh 10,0% YoY dan menjadi pendorong utamaTransformasi Telkomsel menjadi Digital Telco Company.
Baca juga: Belanja Iklan Digital Jauh Lampaui Media Cetak
“Transformasi digital ini mendorong layananTelkomsel DigiAds untuk terus tumbuh menjadi penyedia solusi periklanan dan pemasaran digital yang mampu menyediakan layanan yang lengkap, fleksibel, terintegrasi, dan inovatif. Telkomsel DigiAds membantu perusahaan dalam menjangkau pengguna baru maupun mempererat hubungannya dengan pengguna yang sudah ada dengan tetap memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam menjalani gaya hidup digitalnya,” jelas Ronny.
Sejak dirilis pada 2013, Telkomsel DigiAds konsisten menghadirkan solusi periklanan digital melalui empat pilar produk, yaitu Messaging, Display, Rewards, dan Banking. Solusi ini guna membantu perusahaan menjalankan berbagai kampanye mobile marketing atau digital marketing yang efektif, efisien, serta menemui target, baik itu dalam meningkatkan awareness, trafik, hingga penjualan.
Ronny mengungkapkan, saat ini klien Telkomsel DigiAds sebagian besar berasal dari industri makanan dan fashion. “Saat ini ada sekitar 1000 active campaign di Telkomsel DigiAds, sekitar 500 merupakan perusahaan UMKM,” tandas Ronny.
Ketika ditanyakan kapan iklan digital mampu menyalip iklan televisi, menurut Ronny masih membutuhkan waktu lebih lama, karena Indonesia adalah negara kepulauan, sehingga membutuhkan infrastruktur jaringan internet yang merata di seluruh wilayah Indonesia. “Yang paling penting, semua media baik itu media luar ruang seperti billboard, TV On Air, bisa harmonis. Tentu saja ada beberapa media yang karena cost nya tinggi karena ada biaya cetak, tapi ini bisa dibantu dengan digitalisasi. Tapi sekali yang paling penting, bagaimana semua media bisa growth,” jelas dia.
Head of Digital & E-Commerce Johnson & Johnson Alberts Hendrajaya yang hadir dalam Editor’s Gathering mengatakan, pandemi menghadirkan tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan di berbagai industri untuk menyesuaikan operasional dan strategi bisnis, termasuk dalam merancang program digital marketing
Baca juga: Tren Digital Marketing Meningkat, Inilah 6 Profesi Baru yang Makin Dibutuhkan
“Para pelaku usaha perlu lebih memahami perilaku-perilaku baru yang dilakukan oleh masyarakat di tengah situasi seperti ini, yang kemudian diikuti oleh pendekatan yang lebih melibatkan masyarakat itu sendiri. Telkomsel DigiAds memiliki solusi inovatif yang mampu membantu perusahaan untuk tetap menjaga pertumbuhan bisnis seraya menguatkan ekosistem digital marketing di Indonesia,” tuturnya
Di masa pandemi, strategi periklanan Johnson & Johnson mengalami perubahan, yakni dengan mengurangi pencapaian awareness dan meningkatkan pencapaian conversion rate. Conversion rate adalah strategi digital campaign yang mendorong audiens untuk bertindak, salah satunya membeli produk/jasa yang diiklankan.
Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis