Masyarakat Belum Terlalu Paham dan Percaya Pada Keuangan Syariah

Marketing.co.id – Berita Financial Service | Dibandingkan industri makanan halal dan fashion halal, sektor keuangan syariah masih tertinggal. Banyak yang masih asing dengan keuangan syariah, termasuk kalangan muslim muda. Kesan kaku, rumit, kuno jadi faktor penghambat majunya skema finansial yang justru sudah banyak diadopsi di negara-negara berpopulasi non-muslim.

Hal tersebut diakui oleh Dima Djani, CEO ALAMI. Menurut Dima masyarakat muslim di Indonesia sudah mulai mempunyai awareness terhadap gaya hidup syariah. Menariknya, ketika sampai ke topik soal keuangan, masyarakat muslim Indonesia masih banyak yang belum paham produk dan manfaat dari sistem keuangan syariah itu sendiri. Sehingga masih banyak yang menggunakan layanan keuangan konvensional.

Gap ini sangat kami sayangkan selaku praktisi keuangan syariah, karena artinya, masyarakat belum terlalu paham dan percaya pada layanan dari lembaga keuangan syariah yang sudah ada sejak lama. Ini adalah tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang sangat menarik bagi tim komunikasi ALAMI,” tutur Dima.

Baca juga: Nasib Keuangan Syariah Pascapandemi Tergantung 5 Faktor Ini

Menghadapi tantangan itu, pelaku keuangan syariah harus ekstra cerdik dalam menawarkan layanan keuangan syariah. Produk dan teknologinya harus semudah mungkin digunakan, manfaatnya berasa, dan tentunya, menyampaikan esensi ke masyarakat, bahwa membangun aset finansial dalam koridor syariah itu sangatlah mungkin.

“Terlebih, menyasar milenial muslim perlu pendekatan khusus agar jangan sampai rasanya seperti diceramahi atau ditakut-takuti. Sehingga, strategi narasi publik yang kami bawa pun sangat ringan, dekat dengan hidup sehari-hari, dan seimbang disampaikan di platform media sosial dan media massa,” tambah Dima.

perbankan syariah
Ilustrasi perbankan syariah

Selayaknya perusahaan rintisan, masa-masa awal dibangunnya ALAMI, perusahaan fokus pada pertumbuhan user dan membangun infrastruktur yang mumpuni. Namun, salah satu yang tidak pernah dilewatkan dalam perencanaan ALAMI adalah pentingnya membangun image perusahaan dan sosok leadership sejak awal.

Dima meyakini, startup perlu menjadikan corporate communications sebagai strategi yang dibangun sejak awal. “Menjadi beda saja tidak cukup untuk masuk dalam arena fintek yang sangat kompetitif, apalagi banyak isu pinjol dari fintek ilegal. Oleh karena itu, perlu strategi komunikasi yang komprehensif – mulai dari public relations hingga digital marketing agar kampanye perusahaan dapat didengar dan dirasa oleh publik,” ujar Dima.

Baca juga: Membangun Corporate Image di Era Digital

Konsistensi ALAMI membangun citra perusahaan mengantarkan pada hal positif lainnya, yakni ketika ALAMI dipercaya sebagai salah satu start-up yang ikut serta dalam program Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) gagasan Pemprov DKI Jakarta dalam membantu masyarakat merespon dampak pandemi Covid-19. Capaian lainnya, ALAMI dipercaya BPJS Kesehatan sebagai mitra pemberi pembiayaan kepada fasilitas kesehatan (faskes) jaringan BPJS Kesehatan.

Terhitung sejak tahun 2019, ALAMI menyediakan layanan peer-to-peer financing (P2P) berbasis syariah. Sejak terdaftar di OJK hingga saat ini, ALAMI sudah menggaet pemberi dana (funder) sekitar 7.000 orang.

Di masa pandemi Covid-19 ALAMI menerapkan seleksi ketat dan hati-hati terhadap beneficiary serta memilih sektor yang tidak terdampak langsung pandemi Covid-19. Hasilnya, hingga saat ini ALAMI masih mencatatkan NPF (Non Performing Financing) sebesar 0% atau TKB90: 100% jika menggunakan standar pengukuran industri P2P financing.

Marketing.co.id: Portal Berita Markeitng & Berita Bisnis

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.