Bagaimana Marissa Mayer menjadi master user experience? Jawabannya adalah dengan memiliki pengalaman yang sama seperti para penggunanya.
Sebagai ujung tombak sebuah perusahaan, banyak CEO yang bersaing menempatkan dirinya sebagai prioritas utama untuk mengevaluasi dan mengadopsi tools teknologi dan layanan baru. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi atau profesional mereka sendiri, tetapi juga untuk lebih memahami bagaimana para pelanggan menggunakannya.
Masalahnya adalah konsumen biasanya tidak berlomba untuk menjadi yang terdepan. Kita ambil CEO Yahoo! Marissa Mayer, orang yang membangun karir di sektor teknologi dengan mengadopsi kebiasaan pengguna rata-rata dibanding pengadopsi awal. Bisa dibilang, beberapa eksekutif mencurahkan banyak pemikirannya ke dalam user experience sebagaimana yang dinikmatinya.
Dalam buku biografi Mayer yang diterbitkan oleh Business Insider pada bulan Agustus lalu, sang penulis Nicholas Carlson menjelaskan panjang lebar dalam buku 21.000 kata tersebut. Sementara itu untuk mengawasi produk-produk Google, ia (Marissa Mayer) memaksakan dirinya untuk berempati dengan pengguna.
“Dia akan kembali menciptakan suasana teknologi para pengguna dalam hidupnya sendiri,” tulis Nicholas.
Nicholas melanjutkan dalam tulisannya, di rumahnya selama bertahun-tahun tidak terpasang broadband, ia menolak untuk menginstalnya sampai akhirnya ia juga memasangnya setelah sebagian besar rumah-rumah Amerika memasangnya. Ia juga melengkapi iPhone miliknya dengan mesin pencari Google – pembuat ponsel Android – karena demikian pula sebagian besar pengguna web mobile lakukan.
Mayer juga mengandalkan data mengenai perilaku nyata masyarakat. Dia akan melacak, survei serta mengukur setiap interaksi dengan pengguna dengan produk Google. Kemudian menggunakan data tersebut untuk merancang dan mendesain ulang (redesign).
Editor: Wahid FZ | Sumber: TheBuildNetwork | Photo: BusinessInsider
