Mana yang Lebih Penting, Intuisi atau Riset Pasar?

marketing.co.id- Menurut Anda mana yang lebih penting menggunakan intuisi atau riset pasar? Seringkali pilihan ini menjadi dilema bagi banyak bisnis yang ingin meluncurkan sebuah produk atau inovasi baru.

Bagi mereka yang menganut paham Steve Jobs mungkin akan berpikir ulang untuk melakukan riset pasar. Pasalnya, mereka menganggap riset pasar hanya membuang-buang waktu saja?

Tapi masalahnya, seberapa banyak marketer atau pemilik bisnis yang memiliki intuisi bisnis setajam Steve Jobs yang mampu meramal tren pasar di masa depan?

Menurut Hermawan Kartajaya dalam bukunya “Marketing Klasik Indonesia”, intuisi bisnis tidak bisa digantikan dengan model riset apa pun.

Unilever tidak jadi membuat teh botol karena hasil risetnya menyatakan produk semacam itu tidak laku di pasaran. Tirto Utomo, Pendiri Aqua, mengandalkan intuisi bisnis untuk terjun ke bisnis air mineral yang lebih mahal dari bensin.

Sosial media seperti Facebook, Twitter, atau YouTube merupakan beberapa contoh lain dari inovasi produk yang lahir dari intuisi penciptanya.

Ketika pertama kali Facebook muncul, pasar (konsumen) tidak mengerti ada media sosial seperti itu. Begitu Facebook keluar barulah orang perlu itu.

Martinus Sulistio Rusli, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen PPM mengatakan, idealnya, inovasi produk mesti diperkuat dengan riset pasar.

Inovasi sangat penting dan harus redikal, karena itu yang akan menjadi faktor pembeda atau keunikan suatu produk dengan produk yang lain, katanya.

Namun, untuk melakukan inovasi yang radikal membutuhkan investasi yang mahal. Itulah sebabnya mengapa banyak marketer Indonesia yang enggan melakukan inovasi radikal. Apalagi sampai melakukan R&D, perusahaan-perusahaan Indonesia sangat berhati-hati mengeluarkan uang untuk ini, terangnya.

Mending bongkar (utak-atik) produk yang sudah ada. Jadi, dilihat secara mikro perusahaan benar melakukan inovasi, tapi jika ditinjau dari pasar sebetulnya tidak, tutur dia.

Menurutnya, ada celah lain bagi perusahaan untuk melakukan  inovasi selain inovasi produk, yaitu inovasi proses. Kalau inovasi produk berimbas pada kualitas, inovasi proses bisa berdampak pada harga produk di pasar.

Perusahaan yang mampu memangkas proses bisnis/produksinya akan lebih kompetitif di pasar, karena baik produk yang ditunjukka untuk segmen menengah-bawah atau menengah-atas, harga menjadi faktor penentu bagi konsumen, pungkasnya. (CS/Tony)

1 COMMENT

  1. Setuju sekali dengan artikel ini, bahwa intuisi bisnis tidak bisa digantikan dengan model riset apapun. Tapi intuisi bisnis yang didukung riset pasar mungkin akan lebih baik, betul tidak pendapat saya ya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.