Instrumen Investasi Yang Stabil dan Menjanjikan di Tengah Ancaman Krisis

investasi tak berwujudInstrumen Investasi Yang Stabil dan Menjanjikan  di Tengah Ancaman Krisis

Marketing.co.id – Berita Financial Service | Investasi adalah aktivitas penanaman uang atau modal (aset berharga) untuk tujuan memperoleh keuntungan. Bentuk investasi bermacam-macam, mulai dari saham, reksadana, obligasi, deposito dan lainnya. Pihak atau orang yang melakukan investasi disebut investor.

Kondisi geopolitik yang semakin bergejolak menimbulkan kondisi ekonomi yang kian tidak pasti. Mulai dari krisis ekonomi hingga perang dunia yang membuat masyarakat mencari instrumen investasi yang stabil dan menjanjikan.

Lalu, bagaimana tips berinvetasi di tengah ancaman krisis?

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, seperti tujuannya yakni memperoleh keuntungan, dalam situasi krisis para investor cenderung menghindari kerugian. Mungkin, kebanyakan investor akan memilih reksadana pasar uang.

Memang, reksadana pasar uang returnya tidak seberapa tapi ini menjadi pilihan ideal bagi mereka yang tidak nyaman dengan risiko. Tapi, bagi mereka yang nyaman dengan risiko dan bisa membaca situasi akan memilih obligasi, dimana saat ini harga obligasi sudah amat rendah akibat tingkat inflasi yang di luar dugaan.

“Kondisi tersebut menurut saya hanya akan terjadi tahun ini. Begitu sudah lewat satu tahun harganya tidak akan terus-terusan naik seperti halnya kenaikan harga Pertalite. Begitu sudah lewat satu tahun harganya tidak akan terus-terusan naik. Kalau tahun depan tidak ada kenaikan lagi artinya tidak ada lagi inflasi di Pertalite,” ujar Rudi dikutip dari YouTube CNBC Indonesia, Senin (24/10).

Begitu juga dengan saham. Menurut Rudi, saat ini memang ada gejolak di pasar saham akibat resesi yang membuat para investor khawatir. Tapi, kita harus tahu bahwa yang resesi itu negara lain bukan Indonesia. “Saat ini ada asumsi seolah-olah Indonesia akan resesi. Menurut saya kurang tepat karena yang resesi itu negara lain dan Indonesia belum resesi. Kelihatannya di tahun 2023 juga tidak akan resesi,” katanya lagi.

Rudi mengatakan, saat ini harga saham memang mengalami penurunan. Tapi, kalau dilihat dari awal tahun harganya masih naik. Dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara bahkan Asia Pasifik, mungkin Indonesia satu-satunya negara yang harga sahamnya masih naik.

“Jadi, kalau bicara diversifikasi bagi saya bisa dilakukan dengan masuk ke reksadana obligasi karena valuasi obligasi sudah amat murah. Sisanya bisa dialihkan ke pasar uang dan saham,” pungkas Rudi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here