Marketing.co.id – Berita Financial Service | Perbankan syariah memiliki peluang yang besar karena didukung oleh besarnya potensi bisnis industri halal. Berdasarkan riset dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2019, potensi bisnis industri halal sebesar US$ 2,2 triliun, terdiri dari halal food, fashion, media, tourism, pharmacy, cosmetics, dan umrah.
Namun demikian, bisnis industri halal, kedepannya masih akan menghadapi beberapa tantangan diantaranya terjadinya perubahan – perubahan yang tidak terduga (turbulent) sehingga membuat lingkungan bisnis, sosial, dan industri berubah sangat cepat. Demikian disampaikan Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto saat National Webinar 11th Sharia Economic Activity (Sehati) 2020.
Selain itu, faktor ketidakpastian (uncertainty), menyebabkan banyak hal baru yang sifatnya tidak terduga (novelty), serta ketidakjelasan akibat terlalu banyak informasi (ambiguous). “Semua faktor tersebut menjadi tantangan kita dalam mengembangkan ekosistem halal,” kata Wahyu.
Baca juga: Halal Plaza Bertekad Bawa Produk Halal Indonesia ke Mancanegara
Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan inovasi dan kolaborasi. Inovasi digital saat ini meningkatkan peran bank syariah, tidak hanya dari sisi permodalan tapi juga untuk mempermudah sistem pembayaran.
National Webinar 11th Sharia Economic Activity (Sehati) 2020 yang dihadiri lebih dari 250 peserta ini dibuka oleh Ketua Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno, dan dihadiri oleh Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Dwi Cahyo Utomo; serta Wakil Dekan I Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Firmansyah.
Ketua Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan potensi halal ekonomi di Indonesia masih cukup besar. “Indonesia mempunyai populasi muslim terbesar di dunia dan pengimpor produk halal keempat terbesar di dunia,” kata Sandiaga Uno.
Sandiaga Uno mengatakan, ekonomi halal, UMKM dan sektor konsumsi adalah salah satu solusi kebangkitan ekonomi Indonesia. Dengan melakukan rekonstruksi di industri halal, diharapkan Indonesia bisa menjadi pusat episentrum dari global Islamic Economic.
Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Dwi Cahyo Utomo berharap webinar ini bisa memberikan kontribusi selain pada universitas tetapi juga masyarakat secara umum. “Pengembangan ekonomi Islam menjadi salah satu semangat Universitas Diponegoro dalam mengembangkan endowment fund dalam konsep wakaf,” kata Dwi Cahyo Utomo.
Baca juga: Buka Rekening Bank Cukup dengan Menjentikkan Jari
Selain digitalisasi, untuk meningkatkan industri halal juga harus melakukan kolaborasi. Kolaborasi ini dilakukan BNI Syariah salah satunya dengan mengembangkan Platform Sekolah Pintar. Dengan kolaborasi, menurut Wahyu, peran bank sebagai kolaborator dengan ekosistem terkait (open banking).
BNI Syariah saat ini fokus untuk mengembangkan produk-produk digital diantaranya melalui uang elektronik HasanahKu dan fasilitas pembukaan rekening melalui Hasanah Online.
Tidak hanya commercial finance, bank syariah juga menjalankan social finance. BNI Syariah telah memiliki aplikasi wakaf hasanah untuk memudahkan masyarakat dalam berwakaf, serta turut aktif membantu memerangi penyebaran Covid-19 dengan program donasi.
Sebagai bentuk terobosan di dunia pendidikan, BNI Syariah memfasilitasi mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. BNI syariah memiliki program “Bursa”: Buka Rekening Mahasiswa” , dengan memberikan insentif setoran awal Rp 50 ribu/mahasiswa. Diharapkan program ini dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk bertransaksi keuangan sesuai prinsip syariah.
Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis