Indonesia Naik Kelas! Dulu Dianggap Kelas Dua, Kini Diincar Investor

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Indonesia Naik kelasIndonesia Naik Kelas! Saatnya Kita Bicara Sebagai Pemain Utama, Bukan Penonton

Marketing.co.id – Berita Marketing | Selama bertahun-tahun, Indonesia dikenal sebagai pasar yang menjanjikan, tapi jarang disebut sebagai pusat kekuatan finansial. Kini, narasi itu mulai berubah. Dunia mulai melihat Indonesia bukan hanya sebagai konsumen besar, tetapi juga sebagai pemain utama dalam percaturan ekonomi dan keuangan Asia.

Laporan “Asia Financial Snapshot 2024” dari CARMA menegaskan bahwa Indonesia naik kelas. Bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi, tapi juga dalam cara media global memberitakan.

Dulu Dianggap Rapuh, Kini Diincar Investor

Label “Fragile Five” yang dulu melekat pada Indonesia perlahan mulai menghilang. Sepanjang 2024, media global melaporkan lonjakan minat investor asing ke Indonesia, mulai dari Tiongkok, Singapura, hingga Jepang.

China International Capital Corporation (CICC) misalnya, membuka kantor di Jakarta. Bukan hanya karena potensi pasar, tapi juga karena Indonesia kini dipandang sebagai negara dengan arah kebijakan yang jelas dan kondusif untuk investasi jangka panjang.

Di sinilah momentum itu terbentuk. Indonesia tidak lagi diposisikan sebagai follower, tapi mulai dilihat sebagai emerging financial leader di kawasan.

Energi Hijau dan AI Jadi Pintu Masuk

Setidaknya, ada dua kekuatan utama yang menjadi pendorong Indonesia naik kelas. Pertama, transisi energi hijau, lewat proyek kendaraan listrik, baterai, dan ekspor tenaga surya. Kedua, adopsi teknologi AI di sektor keuangan, khususnya pada fintech, layanan pelanggan, dan keamanan transaksi.

Perusahaan seperti Akulaku yang didukung oleh HSBC menjadi contoh nyata dari strategi yang matang. Indonesia menggabungkan teknologi, inklusi keuangan, dan potensi pasar dalam satu paket menarik. Bagi investor global, ini bukan lagi soal murahnya biaya tenaga kerja atau besarnya populasi. Tapi, tentang kesiapan Indonesia menyambut masa depan.

Perjalanan ini bukannya tanpa hambatan. Isu keamanan siber, seperti peretasan Indodax, dan komentar sensitif dari tokoh publik soal saham sempat memunculkan sentimen negatif. Namun menariknya, laporan CARMA mencatat bahwa 81% pemberitaan media internasional tentang keuangan Indonesia bersentimen positif. Artinya, reputasi Indonesia di panggung global semakin kuat. Dan dalam dunia branding, persepsi positif adalah aset paling berharga.

Apa Dampaknya bagi Dunia Bisnis dan Branding?

Bagi para pemasar, pengusaha, dan brand owner, ada tiga pelajaran penting. Pertama, pasar Indonesia tidak bisa lagi didekati dengan pendekatan entry-level. Ekspektasi konsumen dan regulator semakin sophisticated. Kedua, narasi “produk luar lebih baik” mulai memudar. Brand lokal yang relevan, inklusif, dan digital mulai memenangkan hati pasar. Ketiga, reputasi Indonesia sebagai pusat investasi masa depan menjadi nilai jual baru. Ini momen untuk membawa cerita lokal ke panggung global.

Naik kelas bukan hanya soal angka PDB atau jumlah investor di Bursa Efek. Ini tentang bagaimana dunia melihat Indonesia. Ini tentang keberanian memimpin, bukan sekadar ikut tren. Sekarang saatnya perusahaan lokal membangun narasi baru bahwa kita bukan hanya besar, tapi siap menjadi pusat.