Marketing.co.id – SidoMuncul mampu membangun image merek-mereknya dengan tepat. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat kedua merek mereka bersinar di dalam kategorinya.
Merek-merek keluaran SidoMuncul sudah begitu akrab di telinga orang. Sebut saja Tolak Angin dan Kuku Bima Energy Drink yang menjadi produk andalan pabrikan obat-obatan ini. Kedua merek tersebut juga menempati posisi atas dalam persaingan di kategori masing-masing.
Tolak Angin sekarang ini menjadi merek favorit yang diterima semua lapisan dan golongan masyarakat. Sedangkan Kuku Bima Energ-G juga terbukti mampu merangsek ke kategori minuman penambah energi. Meski belum mampu menggeser pemimpin pasar, tapi setidaknya sudah bertengger di posisi dua.
Namun begitu, SidoMuncul sepertinya belum puas dengan pencapaian tersebut di atas. Perusahaan jamu ini terus menguatkan merek-mereknya, terlebih dalam produk dan promosi. Tolak Angin merupakan produk awal yang dimiliki SidoMuncul dan diharapkan akan terus bertahan karena terkait dengan kebutuhan kesehatan orang. Sedangkan Kuku Bima Ener-G adalah produk yang sedang digemari oleh masyarakat atau produk yang sedang ngetren.
“Kalau diibaratkan, Tolak Angin itu seperti kacang yang sudah ada dari dulu dan akan ada sampai kapan pun, hanya bentuk penyajian yang berbeda. Sedangkan Kuku Bima Ener-G produk yang baru booming, bagaimana prospeknya tergantung pada inovasi pengusahanya,” kata Irwan Hidayat, Direktur Utama PT SidoMuncul.
Mengenai pengembangan produk, upaya peningkatan kualitas terus dilakukan terlebih karena produk keluaran SidoMuncul berbasis tanaman herbal. Irwan selalu melakukan penelitian bukan hanya untuk mencari kelebihan produknya, tapi juga kekurangannya. Bahkan, ia tidak segan menarik dan men-discontinue mereknya bila berefek negatif bagi konsumen.
Tolak Angin saat ini dikembangkan tidak saja dalam produk, tapi juga dalam promosi. Dalam produk, sudah ada empat jenis variannya, antara lain Tolak Angin reguler, Tolak Angin Flu, Tolak Angin Kids, dan Tolak Angin permen. Mengenai promosi dan komunikasi yang dilakukan, Tolak Angin dibentuk sebagai produk yang memiliki image peduli terhadap kesehatan. Merek ini selalu menganjurkan “Berobatlah Sebelum Terlambat” sebagai bahasa komunikasi. Bahkan, Tolak Angin tidak saja peduli dengan kesehatan yang berkait dengan perut dan angin, tapi juga dengan mata.
Sejak 10 Januari 2011, SidoMuncul mengiklankan Tolak Angin yang peduli dengan penyakit katarak. Menurut data, penderita katarak saat ini di Indonesia berjumlah 1,5 juta orang dan tiap tahun meningkat 240 ribu orang. “Ini adalah bentuk komitmen kami terhadap masyarakat Indonesia atau brand social responsibility.”
Sedangkan pengembangan untuk Kuku Bima Ener-G, selain dalam kekuatan produk, promosi juga digencarkan. Merek ini diasosiasikan dengan kepedulian terhadap kekayaan alam nasional, terutama dalam pengembangan pariwisata alam di Indonesia Timur. Setidaknya sudah tiga daerah yang “digarap” SidoMuncul dan ditampilkan dalam iklan—yaitu Papua, Sumba Barat, dan Labuhan Bajo.
Sedikit melirik kisah Kuku Bima Ener-G. Boleh dibilang di luar perkiraan banyak orang ketika SidoMuncul masuk ke jenis minuman berenergi. Ketika itu, diprediksi tidak akan mampu bertahan lama. Irwan juga mengakui bahwa ketika meluncurkan Kuku Bima Ener-G, SidoMuncul terancam bangkrut karena harus jor-joran dalam promosi. “Orang bilang, jangan masuk ke red ocean, karena sudah ada market leader, second leader, dan pemain lainnya. Tapi, saya nekat saja,” terang Irwan.
Saat ini, Kuku Bima Ener-G justru mampu mengalahkan merek-merek lain yang sudah lama ada di kategori ini, meski belum jadi market leader. Bagaimana bisa begitu? “Kuncinya adalah kreativitas dan komitmen terhadap merek kita sendiri,” jawab Irwan.
Kisah sama sebenarnya juga dialami oleh Tolak Angin—meskipun di kategori ini pemainnya belum banyak. Merek ini juga tidak langsung diterima di pasaran. Maka, strategi yang dilakukan adalah menembus pasar orang-orang Tionghoa. Orang keturunan Tionghoa dikenal sangat selektif dalam menggunakan jamu dari luar resep leluhur mereka. Jadi, bila orang keturunan sudah bisa menerima, bisa dibilang etnis lain lebih mudah menerima, apalagi Jawa.
Produk-produk SidoMuncul pun meraja di negeri sendiri. Bahkan, banyak importir dari berbagai negara yang menawarkan kerja sama untuk membawa Tolak Angin dan Kuku Bima Ener-G ke negara asalnya. Antara lain dari Jerman, Belgia, dan lainnya. “Kalau kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri, maka orang luar akan datang sendiri mencari kita,” tambah Irwan. (Ign. Eko Adiwaluyo)