Dari Mana Memulai Greeting?

www.marketing.co.id –  Greeting adalah salah satu ciri-ciri memberikan service excellence dan semestinya dimulai dari dalam internal perusahaan dan diteruskan ke external customers.  Jika ini dilakukan berulang-ulang dengan kesungguhan atau sincerity yang dalam di internal perusahaan, maka memberikan salam bukan lagi hal yang memalukan dan terkesan canggung.  Bahkan jika tidak memberikan salam terasa ada yang kurang berkenan.

Greeting adalah bentuk courtesy atau keramah-tamaan.  Dengan greeting, nada bicara bisa dikendalikan dari awal.  Layaknya seperti ketika kita mau menyanyi, kita mencari tangga lagu yang pas dengan nada suara. Demikian pula greeting merupakan nada bicara yang sangat penting untuk menentukan pitch dan intonasi.

Sedemikian pentingnya greeting ini sehingga beberapa perusahaan kembali mengingatkan karyawannya untuk menyapa satu dengan yang lain ketika berpapasan. Saya teringat ketika mengunjungi salah satu perusahaan klien beberapa waktu lalu. Di setiap sudut ruang yang dilalui banyak karyawan, terpampang standing banner berisi imbauan untuk saling mengucapkan salam.  Kelihatannya sederhana dan menggelikan.

Salam memang sederhana. Namun kita yang terus menerus bertemu seseorang atau sekelompok orang, sering bersikap ’take it for granted’.  Mungkin sesuatu yang tidak sengaja dilupakan tapi dianggap tidak perlu lagi dilakukan terutama untuk orang-orang yang sangat dekat dengan kita.  Sering kita mendengar ”a..lah.. jangan terlalu formal lah”.  Greeting sering dikaitkan dengan formalitas.

Banyak juga atasan yang enggan menyapa bawahan dengan memberikan greeting secara lengkap.  Katanya sih untuk ’jaim’ alias ’jaga image’. Nah sikap seperti inilah yang sering membuat budaya greeting sedikit demi sedikit dan hari demi hari hilang dan suatu saat menjadi lenyap.  Jika sudah lenyap maka yang muncul adalah budaya yang kurang ’respect’, bicara dengan nada tinggi dan bicara dengan cara kurang profesional.

Greeting adalah budaya. Ada perusahaan yang memiliki ciri khas di mana setiap karyawan, atasan, dan bawahan ketika bertemu muka mengucapkan salam ’Hallo, selamat pagi apa kabar?’.  Namun jika ditelaah lebih lanjut ini hanya ucapan ’tanpa makna’.

Ada yang mengucapkannya dengan cepat, menatap sebentar tanpa mempedulikan menerima jawaban atau tidak. Parahnya ada yang sambil berlalu mengucapkannya.  Sekali lagi rutinitas memang membuat kita kurang menghargai apa yang dihadapi sehari-hari. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika Anda mendesain suatu program untuk mengembalikan greeting yang pernah ada tapi sudah hilang sekarang.  Selamat bekerja.  (Yuliana Agung)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.