Bingkai Pertahanan Bisnis Ritel Kecil di Kala Pandemi

Marketing.co.idArtikel UMKM | Pandemi Covid-19 masih terus mewabah di penjuru Indonesia sejak Maret 2020 yang lalu. Bahkan, hingga saat tulisan ini diterbitkan, data dari kawal covid19.id menyebutkan, tidak kurang dari 70.000 kasus telah terkonfirmasi dengan penyebaran tercepat berpusat di Pulau Jawa. Imbasnya, sektor ekonomi skala kecil menengah juga ikut merasakan dampaknya. Banyak perusahaan besar pada akhirnya juga harus bertahan dengan menerapkan berbagai strategi, seperti yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia yang terpaksa mengurangi jumlah pegawai atau GoJek yang mengambil langkah serupa dengan menutup layanan GoLife dan memberhentikan 430 karyawannya.

Berkurangnya transaksi tatap muka bisa dialihkan ke platform jual beli secara online. Tentu pengiriman barang bisa dilanjutkan dengan pemilihan jasa ekspedisi yang terpercaya.

Jika perusahaan besar yang kita anggap lebih stabil dan bermodal besar saja ‘berteriak’ di tengah pandemi, lantas bagaimana nasib dari bisnis UMKM seperti toko retail yang sering kita temui di pusat perbelanjaan atau bahkan lingkungan sekitar? Perlu Anda ketahui, berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia pada bulan Mei lalu menyebutkan, bahwa penjualan eceran di tengah masyarakat tengah mengalami penurunan, dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) menurun tajam hingga 20,6% secara year-on-year.  Jadi, dapat dipastikan, bahwa dampak Covid-19 sudah menembus cukup dalam pada sektor perekonomian dalam negeri.

Baca juga: 5 Tips Manjur Mengelola Keuangan UMKM

Sementara itu, dilonggarkannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga nyatanya tidak banyak membantu. Menurut data temuan di lapangan jumlah pengunjung mal menurun 50%, sementara penghasilan toko ritel secara keseluruhan menurun hingga 90%. Pemilik salah satu bisnis makanan bernama Flip Burger, Lucy Wiryono, juga menyebutkan, “satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan mempertahankan cashflow daripada profit.

Pada saat ini, semesta sepertinya sedang tidak berpihak pada pelaku bisnis yang memiliki beban besar untuk tetap menghidupi karyawannya. Perlu Anda ketahui, jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tercatat sedang berjuang di era pandemi ini mencapai 64,2 juta unit pada medio 2020. Tragisnya, Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Ida Fauziah, justru meminta agar pelaku bisnis tetap membayar gaji pegawainya sesuai dengan aturan yang berlaku. Banyak toko ritel kecil yang pada akhirnya harus ‘gulung tikar’ atau mempertahankan cashflow dengan cara menggelontorkan uang pribadi demi mempertahankan kesejahteraan pegawainya.

Oleh karena itu, setiap orang yang memiliki ide untuk bertahan hidup dapat menjadi “guru” bagi pengusaha lain, memperluas jaringan pemasarannya, dan juga memberikan nilai lebih kepada barang yang dijual. Bagi pelaku bisnis yang bergerak di sektor jasa, ide bisnis yang menawarkan pilihan jasa tanpa perlu keluar dari rumah dapat menjadi pilihan yang menarik untuk Anda pertimbangkan di era pandemi.

Contohnya seperti yang dilakukan oleh bisnis minuman bernama Kokumi dan Xin Fu Tang yang menciptakan produk minuman yang dapat dibuat konsumen sendiri di rumah. Penjualannya pun dilakukan secara online, dengan memanfaatkan ojek online untuk pengantaran produknya. Daya beli masyarakat sendiri memang menurun, namun strategi penjualan online ini terbukti dapat membuat keduanya bertahan.

Konsep do-it-yourself ala Kokumi dan Xin Fu Tang pada akhirnya menjadi ujung tombak agar para pegawai dapat tetap digaji dan membeli makanan di warung sekitar. Warung yang berlokasi di sekitar juga ikut diuntungkan, karena pegawai tetap membeli makan di tempat berjualan mereka. Dengan cara ini, perputaran uang di sektor ekonomi kecil dan menengah dapat terus berlangsung.

Baca juga: 5 Tips Memperluas Bisnis Kelontong Online

Cara yang dilakukan oleh bisnis untuk beralih ke penjualan online seperti ini dapat menjadi strategi yang menguntungkan. Bisnis UMKM tidak perlu lagi bergantung pada pengunjung toko semata, tetapi bisa mendapatkan keuntungan tambahan dari channel penjualan lainnya, seperti misalnya marketplace atau juga toko online di media sosial.

Untuk mendukung berbagai ide tersebut sejatinya kita pun membutuhkan sebuah platform yang dapat mengakomodir ide bisnis untuk dapat bertahan hidup. Suatu saat nanti, saya membayangkan perusahaan e-commerce di Indonesia layaknya Bukalapak atau Tokopedia yang tidak berjualan produk, tetapi ide bisnis kecil berkonsep segar yang dapat dimodali masyarakat atau angel investor dengan sistem crowdfunding. Nantinya, setiap orang yang tertarik dengan sebuah ide bisnis yang ‘dijual’ di situs e-commerce tersebut dapat menyuntikkan dana agar bisnis kecil dapat berkembang.

Pada akhirnya, kemampuan UMKM untuk beradaptasi dan berjejaring adalah kunci terpenting agar sektor ekonomi tetap hidup. Semangat untuk terus belajar juga harus dimiliki pelaku UMKM, karena pada dasarnya tidak ada pelaku bisnis yang benar-benar berpengalaman menghadapi pandemi sejak terjadinya Flu Spanyol pada tahun 1930 silam. Oleh karena itu, dengan cara dan pemahamannya masing-masing setiap UMKM dituntut untuk berkreasi dan menemukan formula bisnis baru yang tepat untuk bertahan di tengah kondisi yang kita belum tahu ujungnya ini.

Seorang guru saat saya masih SMP pernah berkata, bahwa kita tidak dapat mengatur hidup orang lain, tetapi kita dapat mengatur agar diri kita tetap kuat dan tidak terpengaruh kondisi apapun. Sama halnya dengan kondisi saat ini, di mana era ‘new normal’ sudah bukan lagi sesuatu yang asing, tetapi harus dijalani dengan semangat baru.

Walaupun nanti Covid-19 telah mereda, tidak akan ada lagi yang benar-benar kembali normal, sehingga pemanfaatan teknologi untuk bisnis bukan sekedar opsi, tetapi kewajiban agar dapat bertahan. Sekarang keputusan ada di tangan Anda, apakah akan menggunakan cara yang dilakukan pebisnis lama atau berevolusi menjadi bisnis online yang siap melayani pasar Indonesia? (Penulis: Alisa Aufa Mahasiswa tingkat akhir Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB).

Editor: Tony B.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

 

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.