BCA Beberkan Strategi agar tak Mudah Ditembus Penjahat Siber

0
BCA
Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA David Formula (kiri) dan Head of Contact Center & Digital Services BCA Adrianus Wagimin (tengah) membeberkan strategi untuk mengantisipasi berbagai kejahatan siber yang sedang marak terjadi
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Sebagai institusi perbankan yang menangani hampir 100 juta transaksi per hari dari lebih dari 41 juta nasabah, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berupaya untuk menjaga setiap transaksi keuangan tetap aman. Di tengah lanskap digital yang terus berkembang, dibutuhkan keamanan siber yang kokoh dan adaptif.

Meski berbagai upaya penguatan keamanan terus dilakukan, ancaman siber juga semakin berkembang dengan pola serangan yang lebih kompleks. Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA David Formula membeberkan bahwa tren kejahatan siber bertumbuh pesat seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap konektivitas digital, terutama setelah pandemi.

Baca jugaHanya 12% Perusahaan di Indonesia Siap Menghadapi Serangan Siber

David menguraikan empat jenis kejahatan siber yang saat ini mendominasi lanskap keamanan digital. “Pertama, ransomware yang mengenkripsi data korban dan meminta tebusan agar data dapat diakses kembali. Kedua, serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang berupaya melumpuhkan sistem dengan membanjiri server dengan lalu lintas berlebih. Ketiga, social engineering, termasuk phishing, yang menargetkan nasabah dengan modus penipuan untuk mendapatkan informasi pribadi. Terakhir, malware yang disebarkan melalui tautan atau aplikasi tidak resmi dan dapat mengambil alih akun nasabah,” ungkapnya dalam sesi talk show di mini studio BCA Expoversary 2025, di Tangerang, Selasa (25/2).

 BCA
Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA David Formula (kiri) dan Head of Contact Center & Digital Services BCA Adrianus Wagimin (tengah) membeberkan strategi untuk mengantisipasi berbagai kejahatan siber yang sedang marak terjadi

Menjawab tantangan ini, BCA menerapkan strategi berbasis people, process, dan technology. Dari sisi people, BCA memiliki tim ahli yang dedicated melakukan pemantauan sistem selama 24/7 dan menganalisis pola serangan untuk mencegah serta merespons ancaman secara proaktif.

Dari sisi process, BCA mengadopsi standar keamanan ketat yang mengacu pada regulasi nasional, standar internacional seperti ISO dan NIST, serta best practice dari berbagai negara. Sementara dari sisi technology, BCA mengimplementasikan sistem keamanan canggih, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).

BCA juga mengedepankan sikap kolaboratif, yakni berkontribusi dalam memperkuat ketahanan industri dengan berbagi data terkait pelanggaran keamanan terbaru kepada regulator, termasuk daftar IP berbahaya, guna memperingatkan bank lain terhadap potensi ancaman siber. Hal ini mencerminkan upaya kolektif yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh pihak demi memberantas serangan siber dan menciptakan ekosistem digital yang lebih aman.

Tak hanya itu, BCA juga meningkatkan alokasi anggaran Capital Expenditure (Capex) di bidang IT. Pertumbuhan belanja IT BCA sebesar 8% pada tahun 2025. Investasi ini ditujukan untuk mengembangkan infrastruktur teknologi mutakhir guna menghadirkan layanan perbankan yang semakin aman, andal, dan tepercaya bagi seluruh nasabah tercinta.

Di sisi lain, riset dari Oxford menunjukkan bahwa 88% insiden kebocoran data disebabkan oleh human error, termasuk social engineering. Head of Contact Center & Digital Services BCA

Adrianus Wagimin, yang bertanggung jawab menangani layanan customer service halo BCA, melihat keselarasan antara pola kejahatan social engineering yang terjadi dalam nasabah dengan tren ancaman yang dijelaskan oleh David. Untuk menangani hal tersebut, Adrianus menegaskan bahwa BCA secara konsisten mengedepankan edukasi, inovasi, dan kolaborasi.

Baca juga: Synology Rilis ActiveProtect untuk Backup Data dan Proteksi dari Serangan Siber

“Edukasi menjadi aspek krusial dalam mencegah penipuan digital. Kami terus mengimbau nasabah untuk berhati-hati dalam bertransaksi dan tidak membagikan data pribadi, termasuk SMS OTP, kepada pihak mana pun. Dari segi inovasi, kami menghadirkan berbagai fitur yang dirancang untuk mencegah modus penipuan, seperti QRIS Customer Presented Mode (CPM) di aplikasi BCA mobile dan myBCA yang membantu menghindari penipuan pembayaran QRIS palsu,” ujar Adrianus.

Terbaru, lanjut Adrianus, diawal tahun 2025 BCA dapat memperbarui aplikasi haloBCA secara mandiri melalui Apps Store atau Playstore (versi 2.4.1) yang memperkenalkan sejumlah fitur baru, di antaranya track status laporan (‘Status Laporan’), pengkinian data rekening dan data kartu kredit, hingga pengembangan layanan Halo BCA Chat dimana nasabah dapat melakukan permintaan (request) dan pengaduan atas kendala yang dialami melalui Halo BCA Chat.

Untuk melindungi diri dari serangan siber dan penipuan digital, BCA juga mengimbau nasabah untuk menerapkan lima langkah pencegahan berikut:

  • Hanya mengunduh aplikasi resmi dari sumber tepercaya.
  • Rutin memperbarui sistem operasi dan aplikasi ke versi terbaru.
  • Selalu melakukan verifikasi terhadap pihak yang mengaku sebagai BCA sebelum memberikan informasi apa pun.
  • Tidak membagikan data pribadi, termasuk PIN, password, CVV dan SMS OTP, kepada siapa pun.
  • Tidak mengklik tautan mencurigakan yang diterima melalui pesan singkat atau email.